Teman2 IAGI,

Kalau melihat angka2 impor minyak dari Biro Pusat Statistik   dan apa yang
dikemukan oleh Wamen ESDM, bahwa jika Singapore dan Malaysia stop ekspor ke
Indonesia 5 hari kita bisa meninggal adalah sesuatu yang mengerikan.  

Kalau kita ingin meningkatkan Energy Security dan tidak tergantung dari
Singapore dan Malysia, kita harus berani berkorban.  

Komposisi energy yang diusulkan oleh DEN untuk tahun 2025 adalah untuk
negara kaya. Sebaiknya Indonesia berkiblat pada Negara yang sedang
berkembang seperti China dan India. Kebijakan energy China tahun 2030, akan
mamakai 70% batubara, 4% gas, dan hanya 1% minyak, untuk power generation.
Bandingkan secara garis besarnya dengan kebijakan DEN tahun 2025: 30%
batubara, 22% gas, 25% minyak, dan 23% alternative. 

Idonesia untuk power generation akan "impor" LNG dari 
Bontang dan Wiryagar secara besar-besar dengan dibangunnya regassing plant
di Jakarta bay, dan rencana di Jawa Tengah/Timur, Sumatra Selatan, dan Arun.
Memang udara Indonesia akan bersih, tetapi can we afford it?

LNG untuk power Generation adalah sangat mahal. Sebagai perhitungan kasar.
Pertama gas harus di liquefied, $3.50/mmbtu. Diangkut ke Jakarta
$0.50/mmbtu. Dikembalikan ke gas untuk bisa dipakai di PLN Muara Karang,
$3.00/mmbtu. Jadi ongkos angkut gas saja dari Bontang sampai di PLN Muara
Karang adalah $8/mmbtu. Sedangkan harga jual gas K3S ke PLN dipatok ESDM
$5,80.mmbtu untuk Jawa dan Sumatra. 

Pemakaian Geothermal sebagai alternative energy, adalah menarik karena clean
dan tidak bisa di ekspor, hingga seyogianya dikembangkan. Tapi Geothermal
seperti minyak memerlukan minimum 10 tahun untuk mendapatkan produksi yang
berarti. Jangan diharapkan produksi akan naik 400% dalam kurun waktu 11
tahun, seperti yang diusulkan DEN dan disetujui DPR.

Dilain sisi, banyak Negara berkembang menggunakan batubara kalor rendah
untuk power generation karena harga murah. Bahkan batuabara jenis lignitic
yang kadar kalorinya hanya 2000 kcal, bisa menghasilkan listrik dengan skala
besar secara ekonomis seperti di Victoria, Australia dan Mamau Mines,
Thailand. Kita tinggal meniru mereka.
  
Banyak geologist percaya bahwa cadangan batubara Indonesia bisa memenuhi
kebutuhan domestik selama 200 tahun berdasarkan konsumsi sekarang. Apalagi
kalau yang dipakai hanya 2000-3000 kcal. Sekarang batubara kalor rendah yang
dibuang sebagai overburden, bisa kita manfaatkan. 
  
Memang coal akan menimbulkan polusi. Itulah kejelekannya tetapi sebagai
Negara developing kita harus menerimanya pumpung Kyoto Protocol masih
memperbolehkan. Inilah pengorbanan yang perlu diambil.

Kalau kita tidak ingin tergantung dari Negara lain, seyogianya kita pakai
batubara kalori rendah untuk semua pembangkit listrik termasuk industri.
Sedangkan batubara kalor tinggi, yang selama ini juga dipakai oleh PLN,
hanya diperuntukkan untuk  ekspor. Gas LNG juga hanya untuk ekspor. Minyak
khusus untuk transportasi. 

Salam,

HL Ong    



-----Original Message-----
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
lia...@indo.net.id
Sent: Wednesday, 12 February 2014 11:06 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] membingungkan...

Indonesia Ketegantungan Impor Minyak dari Singapura, Ini Buktinya
Maikel Jefriando - detikfinance

Jakarta -Indonesia mengimpor 900.000 barel per hari minyak
mentah dan BBM dari total kebutuhan 1,4 juta barel per hari.
Sebagian besar diimpor dari Singapura. Benarkah Indonesia
ketergantungan impor BBM dari Singapura?
"Apa yang terjadi kalau Singapura setop ekspor BBM ke
Indonesia, apa yang terjadi kalau Malaysia juga setop ekspor
BBM ke Indonesia? 5 hari kita bisa meninggal," ungkap Wakil
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo
akhir pekan lalu.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip
detikFinance, Selasa (11/2/2014), sepanjang 2013 lalu,
Indonesia mengimpor hasil minyak atau BBM dengan total US$
28,56 miliar atau sekitar Rp 285 triliun, berjumlah 29,6 juta
ton. Dari jumlah itu, nilai impor BBM dari Singapura adalah US$
15,145 miliar atau sekitar Rp 151 triliun. Jumlah BBM yang
diimpor Indonesia dari Singapura mencapai 29,6 juta ton.
Selain Singapura, berikut negara-negara yang BBM-nya sering
dibeli oleh Indonesia sepanjang 2013:
.Malaysia, dengan nilai US$ 6,4 miliar atau Rp 64 triliun.
Jumlahnya 6,7 juta ton
.Korea Selatan, dengan nilai US$ 2,53 miliar atau sekitar Rp 25
triliun. Jumlahnya 2,7 juta ton
.Kuwait, dengan nilai US$ 906 juta atau sekitar Rp 9 triliun.
Jumlahnya 1,07 juta ton
.Arab Saudi, dengan nilai US$ 709 juta atau sekitar Rp 7
triliun. Jumlahnya 735 ribu ton
.Qatar, dengan nilai US$ 538 juta atau sekitar Rp 5 triliun.
Jumlahnya 562 ribu ton
.Uni Emirat Arab, dengan nilai US$ 367 juta atau sekitar Rp 3
triliun. Jumlahnya 371 ribu ton
.Taiwan, dengan nilai US$ 312 juta atau sekitar Rp 3 triliun.
Jumlahnya 310 ribu ton
.Rusia, dengan nilai US$ 261 juta atau sekitar Rp 2 triliun
lebih. Jumlahnya 277 ribu ton
.China, dengan nilai US$ 257 juta atau sekitar Rp 2 triliun
lebih. Jumlahnya 245 ribu ton
.Sisanya dari negara lain, dengan nilai US$ 1,05 miliar atau Rp
10 triliun lebih. Jumlahnya 1,01 juta ton(dnl/ang)







> Sodara iagi-ers,
> Memang perencanaan yang dibuat harus disesuaikan dengan
> "kemampuan" real. Terutama untuk geotermal, sepertinya masih
> terbentur dengan UU kehutanan dan kata "pertambangan" yang
> di analog-kan oleh para penentang.  Hal ini terjadi di
> daerah WKP tangkuban perahu, belum apa-apa Walhi sudah
> protes ngg jelas, dan cenderung membabi buta.  Mereka tidak
> bisa membedakan antara WKP, P=Pertambangan dengan P =
> Pengeboran Panasbumi. dan Walhi menyebutkan bahwa panas bumi
> menghasilkan gas (?), padahal yang kita cari adalah uap
> (=steam). Begitu juga yang terjadi di Sarella, hiruk pikuk
> "protes" lebih di dominasi masalah "kami" tidak mendapat
> kesempatan kerja, alias masalah sosial-ekonomi, bukan
> masalah teknis.
> Ternyata merubah paradigma menjadi PR kita bersama untuk
> menjamin program yang dibuat akan berjalan seperti yang
> direncanakan.
>
> Go Green Energy
> Sustainable development
>
> *Rahmawan Helmi*
> GeologistNPA3541
> GeoUnpad-MIG89
> Geotermal.ITB-2011
> DisESDM.ProvJabar
> +62 853 9542 0580
>
>
> Pada 11 Februari 2014 08.43, Yanto R. Sumantri
> <yrs_...@yahoo.com> menulis:
>
>>
>> Pak HL Ong ysh dan rekan IAGI netters
>>
>> Salah satu tugas KEN dan juga DEN saat INI , adalah
>> melakukan pengkajian mengenai seberapa target sudah dicapai
>> SAAT INI , Pelajari dengan jujur secara tekno - ekonomik
>> dan peraturan "Apa saja yang menjadi kendala". Sebagai
>> prakatisi , saya mengalami peraturan peraturan yang ada
>> saat ini TIDAK memberikan atmosfoir yang memberikanudara
>> segar kepada  perusahaan yang bergerak didalam ekstraksi
>> sumber daya alam.
>> Terus terang terlalu banyak "raja raja kecil" dan peraturan
>> yang overlaped.
>>
>> Kembali ke laptop , hanya dengan cara yang jujur dan
>> evaluasi teknis yang benar benar didasarkan atas
>> pengetahuan ( termasuk pengetahuan dasar mengenai
>> keberadaan sumber energi khususnya non renewable yi
>> geologi) ,teknologi reservoir , drilling dsb ,  dapat
>> ditemukan dasar yang kokoh untuk melakukan langkah langkah
>> kedepan.
>>
>> Saya mabil contoh : CBM . Dari sejak awal saya melihat
>> bahwa spertinya kita melangkah kearah eksploitasi CBM tanpa
>> sesuatu kerangka pemikiran yang kokoh.
>> Apakah status CBM saat ini ? Sukses kah ? Gagal kah ? Belum
>> ada  informasi yang dapat kita pakai sebagai bahan
>> pemikiran . Bahkan diantara para profesional sekalipun !!!
>>
>> Kemudian ada pemikiran lagi shale gas yang sukses di USA
>> sana , apakah Indonesia akan cocok untuk pengembangan shale
>> gas ? Saya belum tahu ,mungkin ada teman yang mempunyai
>> panangan ?
>>
>>
>>
>> Jadi tanpa perencanaan , kemudian evaluasi , merencanakan
>> kembali dst maka saya pesimis bahwa kebijakan "energy
>> mixed" Indonesia akan memberikan hasil yang sesuai dengan
>> harapan kita semua.
>>
>> Semoga kehawatiran saya ini tidak terjadi .
>>
>> si Abah
>>
>>
>>   On Tuesday, February 11, 2014 6:58 AM,
>>   "aluthfi...@gmail.com" <
>> aluthfi...@gmail.com> wrote:
>>
>> Mencermati ulasan pak Ong memang dirasakan KEN disusun
>> tergesa-gesa. Salah satu driver kebutuhan energi adalah
>> pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Dirasakan era
>> harga minyak & gas murah telah berakhir, maka penggunaan
>> minyak & gas dalam memenuhi kebutuhan energi kita
>> memerlukan biaya tinggi (energi biaya tinggi). Inilah
>> peduli pak Ong dengan sebutan "komposisi energi" bergaya
>> negara kaya.
>> Pada saat volume bbm bersubsidi dikurangi, begitu cepat
>> pasokan bbm industri beralih ke gas, kebutuhan gas dalam
>> negeri meningkat pesat sementara pasokan tak mencukupi maka
>> harga gas naik drastis. Untuk memenuhi kebutuhan gas
>> dibangun infrastruktur termasuk FSRU (floating storage
>> regasification unit).
>> Dirasakan dalam menyusun KEN, sangat kurang
>> mempertimbangkan melimpahnya cadangan batubara.
>> Prosentase minyak masih tinggi padahal produksi sendiri tak
>> bisa mencukupi, berarti harus impor, maka importir minyak
>> dan bbm sangat diuntungkan.
>> Dengan membangun infrastruktur maka banyak proyek (project
>> oriented) untuk menyalurkan gas ke konsumen, sementara gas
>> DN diekspor, 40% gas Tangguh train tiga sudah dialokasikan
>> pemerintah untuk ekspor, bisa-bisa kalau tak impor gas FSRU
>> yg dibangun hanya bisa terisi separuh (idle capacity).
>> Disisi lain batubara ditambang secara sporadis dan
>> diekspor.
>>
>> Saya sependapat dengan pendapat pak Ong bahwa KEN yang
>> telah disetujui adalah energi biaya tinggi "tidak fit"
>> dengan negara kita yang kaya akan energi yang lebih murah.
>> Mengenai energi alternatif melihat yang sudah dilaksanakan
>> koq belum memunculkan optimisme. Contohnya CBM yang
>> di-declare onstream @ 2011, realisasinya semu. Begitu juga
>> shale gas.
>> Komposisi energi dalam KEN yang telah disetujui tidak logis
>> ditinjau dari sudut kemandirian energi karena akan bertumpu
>> pada energi impor. Energi dipandang sebagai komoditi
>> ekonomi, bukan dipandang sebagai komoditi vital dan
>> strategis. Barangkali Banyak kepentingan/interest yang
>> mencampuri penyusunan KEN.
>>
>> Apakah organisasi seperti IAGI/HAGI/IATMI, dsb mampu
>> menolak dan merubah arah KEN tsb ? Apapun hasil upaya untuk
>> merubah KEN ada baiknya ada upaya yang dilakukan.
>>
>>
>> Salam,
>> LTH
>>
>> Sent from my BlackBerry(R)
>> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>> ------------------------------
>> *From: * Ong Han Ling <hl...@geoservices.co.id>
>> *Sender: * <iagi-net@iagi.or.id>
>> *Date: *Mon, 10 Feb 2014 19:24:23 +0700
>> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
>> *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
>> *Subject: *RE: [iagi-net] membingungkan...
>>
>>  Maaf, saya kirim ulang via email biasa bukan attachment.
>>
>> HL Ong
>>
>> Teman2 IAGI,                                   Februari 9,
>> 2014. Tulisan Kompas ttg. rancangan Peraturan Pemerintah
>> tentang Kebijakan Energy Nasional (PP KEN) yang disusun
>> Dewan Energy Nasional (DEN) dan disetujui DPR 28/1/2014
>> perlu dibahas karena pentingnya bagi kita semua. Dua hal
>> yang menjadi persoalan jika PP KEN dilaksanakan adalah
>> perihal besarnya prosentase dari  commoditas dan tentang
>> focus dan prioritas yang diberikan kepada alternative
>> energy.
>>
>> *Komposisi dari commodity energy dalam PP KEN menyerupai
>> Negara kaya. * Target dari PP KEN untuk tahun 2025 adalah
>> pemakaian Oil 25%, Coal 30%, Gas 22%, dan Energy Baru dan
>> Terbarukan atau Alternative Energy 23%. Besarnya prosentase
>> commodity PP KEN menyerupai Negara kaya seperti US dan
>> Europe. Untuk tahun 2025, coal yang murah hanya dipakai 30%
>> sedangkan minyak yang perlu disubsidi sampai 25%.
>> Bandingkan dengan China yang  pada tahun 2030 akan memakai
>> coal sebesar 70% sedangkan minyak plus gas ditekan sampai
>> 5% untuk pembangkit listriknya.
>> Indonesia dilain pihak akan menggunakan gas LNG dalam skala
>> besar untuk power generation. Regassing plant telah
>> beroperasi di Teluk Jakarta. Rencana berikutnya adalah di
>> Jawa Tengah atau Jawa Timur, Sumatra Selatan, dan Arun
>> dengan  menjagakan supply LNG dari Badak dan dari Wiryagar.
>> Ini tidak masuk akal samasekali karena harganya sangat
>> mahal. Seharusnya DEN, IAGI, IATMI, atau siapapun harus
>> mencegah hal ini.
>> Coal adalah energy paling murah. Di Indonesia Biaya Pokok
>> Produksi (BPP) PLN untuk tahun 2010 dengan mengunakan coal
>> harga pasar dunia cuma Rp.450/kwh dibandingkan dengan solar
>> dan gas alam yang disubsidi harganya jauh lebih besar,
>> yaitu Rp. 1,800/kwh dan Rp.800/kwh. Harga solar dan gas
>> akan naik 20-30% kalau subsidi dihilangkan.
>> Sebagai pembanding, produksi coal China 3X dan India
>> hampir2X dari produksi batubara Indonesia. Namun China dan
>> India masih perlu import coal dari Indonesia. Indonesia
>> bangga sebagai "the biggest thermal coal exporter in the
>> world". Indonesia bangga pakai clean energy, yaitu gas alam
>> dan alternative energy, yang cukup besar. Namun apakah
>> Indonesia siap untuk membayar "clean energy"? Jawabannya
>> belum karena terlalu mahal.
>> Kita harus meniru China dan India, memakai coal dalam semua
>> pembangkit istrik. Memang beberapa kota di China terkena
>> smog yang parah karena pemakain coal yang berlebihan. Tapi
>> diain pihak, pemakaian coal yang sangat murah merupakan
>> pemacu untuk kemajuan industrinya. Sekarang setelah China
>> maju, baru kota-kota mulai dibersihkan (lih.  Beijing waktu
>> Olimpics). Indonesia seyogianya harus pakai low rank coal
>> dalam semua pembangkit listriknya. Coal diatas 4,500 kalori
>> diekspor. Bukan sekarang dimana low kalori coal perlu di
>> ditingkatakan sebelum di ekspor. Suatu kebijakan yang
>> keliru.
>> Perlu diketahui bahwa coal Indonesia "relatively clean".
>> Kebanyakan batubara Indonesia adalah thermal coal dengan
>> moisture tinggi tetapi rendah kadar  ash dan belerang.
>> Selain itu, kebuthan energy  terbesar adalah di Jawa dan
>> Bali, yang merupakan kepulauan didaerah tropis. Asap dari
>> pembangkit listrik bisa lewat dengan cepat dan hujan tropis
>>  akan membersihkannya. Contoh adalah Cilacap refinery yang
>> menerima crude dari Middle East yang ditolak dimana-mana
>> karena kadar belerang. Penduduk sekitarnya tidak ada yang
>> complaint. Tidak demikian dengan China, asap yang keluar
>> berputar-putar di pedalaman.
>> Indonesia seperti China dan India masih diperkenankan,
>> berdasarkn Kyoto Protocol, untuk mengotori udara. Kita
>> harus memanfaatkan kesempatan ini.
>>
>> *Keputusan DEN memberikan prioristas kepada alternative
>> energy perlu dikaji kembali. *
>> PP KEN baru men-targetkan kenaikan alternative energy dari
>> sekarang 6%, menjadi 23% ditahun 2025 dan 31% ditahun 2050,
>> kenaikan luar biasa sampai 4-5 kali hanya dalam kurun waktu
>> 11 tahun, sesuatu yang tidak masuk akal untuk suatu
>> resource industry.
>> Indonesia bukan kecualian. Puluhan produsen migas didunia
>> bernasib sama seperti Indonesia. Minyak  mulai "depleted"
>> sedangkan kemajuan ekonomi, menyebabkan konsumsi domestic
>> naik exponentially. Terjadilah "gap" yang makin lama makin
>> besar.
>> Suatu badan independent, The Association for the Study of
>> Peak Oil atau ASPO, yang anggotanya adalah orang2
>> independent terutama akademisi dari 31 Negara, memberi
>> anjuran  tentang strategi yang perlu diambil dengan adanya
>> "gap" yang membesar.  Studi dari ASPO menjimpulkan suatu
>> strategi energy berdasarkan empat prioritas. Prioritas ke-4
>> atau terakir adalah Alternative Energy.
>> Sedangkan PP KEN , memprioritaskan Alternative Energy
>> sebagai prioritas pertama dengan menaikkannya sampai 4-5
>> kali dari sebelumnya. Ini bertentangan dengan "guidance"
>> dari ASPO.
>> Textbook karangan David MacKay "Sustainable Energy without
>> the hot air"
>>  adalah buku yang mengambarkan kesalahan persepsi dari
>>  banyak orang tentang
>> sustainable (alternative) energy. Buku ini bisa di download
>> free. MacKay mengambarkan sangat besarnya lahan yang
>> diperlukan untuk mengembangkan alternative energy seperti
>> matahari, onshore dan offshore wind farms, hydro, biomass,
>> wave, tide, dll. Sedangkan kebutuhan energy dalam jumlah
>> besar di Indonesia  terbatas di Jawa dan Bali yang lahannya
>> mahal sekali hingga alternative energy sukar berkembang.
>> Negara maju di Eropa, Canada dan akir-akir ini Australia
>> telah meng-adopsi Kyoto Protocol dimana emisisi CO2, adalah
>> penyebab "Global Warming", dan perlu dibatasi. Amerika
>> Serikat punya US Clean Air Act. Dengan adanya "Global
>> warming", Negara kaya yang selama puluhan tahun telah emisi
>> CO2, wajib membersihkan dengan mengembangkan alternative
>> energy yang
>> "sustainable" atau yang emisi CO2 kecil. Meskipun memang
>> ada  kemajuan yang pesat dalam pengembangan alternative
>> energy oleh Negara-negara maju, seperti wind energy di
>> Germany dan Denmark, namun sampai sekarang mereka masih
>> sangat mahal dan perlu di disubsidi oleh Negaranya hingga
>> dibentuk carbon credit dipasar bebas Eropa.
>> Indonesia secara agresif ingin mengembangkan alternative
>> energy mengikuti jejak Negara kaya dengan dalih energy
>> migas Indonesia sudah terkuras dan coal mengotori udara.
>> Indonesia tidak diminta tetapi ingin "sok green".
>> Pertanyaan adalah apakah kita tahu  biayanya untuk "green"
>> dan apakah kita sangup membayarnya?
>> Amerika Serikat berkiblat pada US clean air act, dan tidak
>> mau
>> menandatangani Kyoto Protocol meskipun dapat tekanan dari
>> seluruh dunia dan Copenhagen meeting secara jelas
>> menyalahkan global warming adalah tingkah laku manusia.
>> Amerika menganaggap Kyoto Protocol terlalu mahal dan akan
>> menghalangi kemajuan ekonominya.  Canada memberi aba-aba
>> ingin keluar dari Kyoto Protocol karena dengan harga energy
>> yang mahal, mineral resources mereka tidak dapat
>> dikembangkan. Australia yang akan menutup beberapa coal
>> generating power plant karena polusi, sekarang berpikir
>> balik karena dibeberapa daerah, daya beli masyarakat
>> rendah. Artinya, "green" itu  mahal sekali dan sebaiknya
>> Indonesia jangan ikut-ikutan.
>> Indonesia memang perlu ngomong "green" supaya tidak
>> dimusuhi Negara lain. Tapi jangan ikut melaksanakan "green"
>> karena masih terlalu mahal. Indonesia mempunyai beberapa
>> option untuk mengurangi suibsidi BBM. Option yang diambil
>> oleh PP KEN adalah membesarkan alternative energy, suatu
>> "unchartered territory" kalau dibandingkan dengan migas
>> yang telah kita tekuni lebih dari satu abad. Memang,
>> alternative energy seperti biodiesel, geothermal, CBM, dsb.
>> perlu ditanggapi secara serious, tetapi tidak perlu
>> diutamakan dengan menaikkan dari 6% menjadi 4 sampai 5 kali
>>  liapat. Apakah tidak sebaiknya kita meninjau kembali
>> potensi migas kita yang telah kita tekuni dan betul2 kita
>> ketahui ada cadangannya tinggal applikasi teknologi yang
>> memadai?
>> Sebagai akir kata, saya ingin mengemukakan tentang batubara
>> Indonesia. Memang menggunakan batubara menyebabakan
>> pengotoran udara yang cukup parah. Namun Jawa/Bali adalah
>> pulau di daerah tropis, hujan dan angin akan
>> membersihkannya. Dalam keadaan sekarang, coal mempunyai
>> potential paling besar untuk dikembangkan. Marilah kita
>> memanfaatkan batubara kalori rendah yang cadangannya
>> terjamin, berlimpah sampai 200 tahun,  berrisiko rendah,
>> relative bersih, harga murah, bisa bersaing di pasar
>> International, diperkenankan oleh Kyoto Protocol, dan
>> pengolahannya relative murah, tinggal carigali.
>> Salam,
>> HL Ong
>>
>>
>>  *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id]
>>  *On Behalf Of *Isamail
>> Zaini
>> *Sent:* Monday, 10 February 2014 6:14 PM
>> *To:* iagi-net@iagi.or.id
>> *Subject:* RE: [iagi-net] membingungkan...
>>
>> Kayaknya millist ini tidak bisa ngirimkan attachment - nya
>> ya
>>
>> ISM
>>
>>
>>  *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id]
>>  *On Behalf Of *Ong
>> Han Ling
>> *Sent:* 10 February 2014 16:35
>> *To:* iagi-net@iagi.or.id
>> *Subject:* RE: [iagi-net] membingungkan...
>>
>> Maaf saya kirim kembali attachment-nya
>>
>>  *From:* iagi-net@iagi.or.id
>>  [mailto:iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>]
>> *On Behalf Of *lia...@indo.net.id
>> *Sent:* Monday, 10 February 2014 3:28 PM
>> *To:* iagi-net@iagi.or.id
>> *Subject:* Re: [iagi-net] membingungkan...
>>
>> Kayaknya lampiranya tidak ikut.
>>
>> Pada PP tsb target kedepan 2025 dalam energy mix penggunaan
>> minyak berkurang dari 49% menjadi 25 % disisi lain gas
>> minimal 22 % { saat ini kira kira 50 % dari total
>> produksinya } batubara 30 % { saat ini hanya 25% dari total
>> produksinya } yg paling besar peningkatannya Energi
>> terbarukan yg didalamnya ada Geothermal mejadi 23 % dari
>> target sebelumnya hanya 6 % di KEN 2006 {saat ini hanya 3%
>> }. Pertanyanya target tsb apakah cukup realistik dg kondisi
>> saat ini ? Ditengah lesunya investasi dibidang ekplorasi ,
>> langkah langkah apa yg perlu dilakukan secara konsisten
>> untuk mencapai target tsb dalam 10 thn kedepan ini {2025 }
>> ini tugasnya DEN dg Pemerintah baru kedepan atau malah akan
>> dilakukan revisi PP KEN tsb .
>>
>> Dlm PP tsb prioritas pengembangan energi mempertimbangkan
>> kesimbangan keekonomian , keamanan pasokan , pelestarian
>> fungsi lingkungan dan diprioritaskan untuk memenuhi
>> kebutuhan dalam negeri oleh kerena itu ekpor dikurangi
>> bahkan di tiadakan, untuk memenuhi komitmen ini tentunya
>> kebijakan dalam industri energi spt migas dan batubara akan
>> berubah terutama dlm hal meminimalkan ekpor sampai nol
>> persen, Pertanyaannya bagaimana dg komitmen ekpor jangka
>> panjang yg sdh ada apakah perlu penyusaian kembali spt
>> halnya di ekpor bahan mineral { adanya larangan ekpor bahan
>> mentah } , ini semua harus direncanakan dg matang dan
>> dituangkan dalam Rencana Umum Energi Nasional yg akan
>> dibuat oleh Den baru dg pemerintah sbg kelanjutannya dari
>> KEN
>> Selanjutnya Den baru juga harus mengawal { fungsi
>> pengendalian dan pengawanan
>> Thd implemenmtasi dari KEN tsb kususnya bagaimana
>> penjabarannya ditiap sektoral yg biasanya saling tumpang
>> tindih dg ego sektoralnya masing masing , inilah tantangan
>> Den baru nantinya apakah bisa mencapai target traget yg
>> telah dibuatnya sendiri tsb
>>  Powered by Telkomsel BlackBerry(R)
>>  ------------------------------
>>  *From: *Ong Han Ling <hl...@geoservices.co.id>
>>  *Sender: *<iagi-net@iagi.or.id>
>>  *Date: *Mon, 10 Feb 2014 13:54:18 +0700
>>  *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
>>  *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
>>  *Subject: *RE: [iagi-net] membingungkan...
>>
>>  Teman2 IAGI,
>>
>> Tulisan Kompas ttg. rancangan Peraturan Pemerintah tentang
>> Kebijakan Energy Nasional (PP KEN) yang disusun Dewan
>> Energy Nasional (DEN)dan disetujui DPR 28/1/2014 perlu
>> diberi comment dan dibahas karena pentingnya bagi kita
>> semua.
>>
>> Saya ingin memberikan response terhadap PP KEN yang baru.
>> Namun karena tulisan agak panjang dan untuk mempermudah
>> pembaca dan juga karena tidak semua anggota berminat, saya
>> sampaikan sebagai attachment.
>>
>> Coment Anda saya hargai, terutama untuk diskusi mengingat
>> pentingnya kebijakan energy yang efeknya baru setelah 10
>> tahun lagi terlihat. Seperti sekarang kemacetan dan
>> kebanjiran dimana-mana adalah hasil penundaan membangun tol
>> road dan banjir kanaal yang sudah direncanakan 10 -15 tahun
>> lalu.
>>
>> Salam,
>>
>> HL Ong
>>
>> ----------------------------------------------------
>> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
>> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
>> JAKARTA,15-18 September 2014
>> ----------------------------------------------------
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
>> ----------------------------------------------------
>> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,-
>> (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>> ----------------------------------------------------
>> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
>> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
>> ----------------------------------------------------
>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
>> information posted on its mailing lists, whether posted by
>> IAGI or others.
>> In no event shall IAGI or its members be liable for any,
>> including but not limited
>> to direct or indirect damages, or damages of any kind
>> whatsoever, resulting
>> from loss of use, data or profits, arising out of or in
>> connection with the use of
>> any information posted on IAGI mailing list.
>> ----------------------------------------------------
>>
>> ----------------------------------------------------
>> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
>> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
>> JAKARTA,15-18 September 2014
>> ----------------------------------------------------
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
>> ----------------------------------------------------
>> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,-
>> (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>> ----------------------------------------------------
>> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
>> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
>> ----------------------------------------------------
>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
>> information posted on its mailing lists, whether posted by
>> IAGI or others.
>> In no event shall IAGI or its members be liable for any,
>> including but not limited
>> to direct or indirect damages, or damages of any kind
>> whatsoever, resulting
>> from loss of use, data or profits, arising out of or in
>> connection with the use of
>> any information posted on IAGI mailing list.
>> ----------------------------------------------------
>>
>> ----------------------------------------------------
>> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
>> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
>> JAKARTA,15-18 September 2014
>> ----------------------------------------------------
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
>> ----------------------------------------------------
>> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,-
>> (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>> ----------------------------------------------------
>> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
>> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
>> ----------------------------------------------------
>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
>> information posted on its mailing lists, whether posted by
>> IAGI or others.
>> In no event shall IAGI or its members be liable for any,
>> including but not limited
>> to direct or indirect damages, or damages of any kind
>> whatsoever, resulting
>> from loss of use, data or profits, arising out of or in
>> connection with the use of
>> any information posted on IAGI mailing list.
>> ----------------------------------------------------
>>
>> ----------------------------------------------------
>> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
>> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
>> JAKARTA,15-18 September 2014
>> ----------------------------------------------------
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
>> ----------------------------------------------------
>> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,-
>> (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>> ----------------------------------------------------
>> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
>> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
>> ----------------------------------------------------
>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
>> information posted on its mailing lists, whether posted by
>> IAGI or others.
>> In no event shall IAGI or its members be liable for any,
>> including but not limited
>> to direct or indirect damages, or damages of any kind
>> whatsoever, resulting
>> from loss of use, data or profits, arising out of or in
>> connection with the use of
>> any information posted on IAGI mailing list.
>> ----------------------------------------------------
>>
>>
>>
>>
>> ----------------------------------------------------
>> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
>> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
>> JAKARTA,15-18 September 2014
>> ----------------------------------------------------
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
>> ----------------------------------------------------
>> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,-
>> (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>> ----------------------------------------------------
>> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
>> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
>> ----------------------------------------------------
>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
>> information posted on its mailing lists, whether posted by
>> IAGI or others.
>> In no event shall IAGI or its members be liable for any,
>> including but not limited
>> to direct or indirect damages, or damages of any kind
>> whatsoever, resulting
>> from loss of use, data or profits, arising out of or in
>> connection with the use of
>> any information posted on IAGI mailing list.
>> ----------------------------------------------------
>>
>>
>
> ----------------------------------------------------
> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
> JAKARTA,15-18 September 2014
> ----------------------------------------------------
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,-
> (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
> information  posted on its mailing lists, whether posted by
> IAGI or others.
> In no event shall IAGI or its members be liable for any,
> including but not limited to direct or indirect damages, or
> damages of any kind whatsoever, resulting  from loss of use,
> data or profits, arising out of or in connection with the
> use of  any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------



___________________________________________________________
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id


----------------------------------------------------
Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014
----------------------------------------------------
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
use of
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------

----------------------------------------------------
Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014
----------------------------------------------------
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------

Kirim email ke