Bu Pavita, saya resend. Komputer saya mengalami ganguan.
From: Ong Han Ling [mailto:wim...@singnet.com.sg] Sent: Monday, July 13, 2015 2:26 PM To: 'iagi-net@iagi.or.id' Subject: ueensland, harga gasRE: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing Ibu Pavita, Maaf baru sekarang menjawab. Definis cadangan adalah tekno-ekonomis. Artinya migas yang ditemukan harus bisa diproduksi berdasarkan teknologi yang sekarang berlaku dengan keekonomian /harga yang sekarang berlaku. Kalau salah satu tidak terpenuhi, tidak bisa disebut sebagai cadangan. Dengan demikian cadangan sifatnya adalah dinamis dan tidak statis. Di Indonesia kecenderungan terus menambah cadangan yang ditemukan hingga angkanya membengkak, padahal belum tentu bisa diproduksi. Contoh teknis adalah pemboran eksplorasi offshore. Umpama kita bisa bor dilaut dengan kedalaman 1000 meter pada tahun 1974. Namun untuk produksi baru bisa dilaksankan tahun 1994, atau 20 tahun kemudian. Sekarang orang bisa mengebor eksplorasi pada kedalaman laut 3000 meter, tapi teknologi produksi "belum sampai" hingga meskipun dianggap discovery dan proven karena sudah dibor, namun tidak bisa disebut sebagai cadangan. Contoh keekonomian adalah Shell yang beroperasi di Negeria yang sedang perang. Shell mengeluarkan cadangan dari portefolianya karena selam perang dia tidak bisa produksi. Kalau tidak Shell akan kena denda oleh SEC (maupun FSC dari UK) bisa ratusan juta dollar. SEC mementingkan publik. Shell tidak boleh bohong karena sahamnya dijual umum termasuk di US. Publik yang membeli saham harus tahu apakah cadangan yang dicantumkan oil company bisa diproduksi atau tidak saat ini. Pada waktu Medco melakukan road show di US untuk menjual sahamnya sepuluh tahun yang lalu yang lalu ketentuan SEC juga harus dipenuhi, meskipun Medco bukan perusahaan US. Indonesia cadangannya terus ditambah padahal belum tentu bisa diproduksi. Contoh adalah Natuna Exxon dengan cadangan gas sampai 54 TCF. Namun Natuna punya 72% CO2. Tahun 1998, Exxon-Natuna sudah diberikan POD. Sudah ada satu pembeli dari PTT Thailand. Namun tahun 2000 mulai ditemukan gas skala raksasa di NW Shelff Australia dan CBM di Queensland. Gas Natuna dengan 72% CO2 tidak mungkin berkompetisi dengan gas dari NW Shelf. Selain itu sejak tahun 2008, gas alam terdapat berlimpah di US. Gas Natuna perlu dipetieskan dan dikeluarkan dari cadangan Indonesia hingga cadangan gas Indonesia berkurang sampai 50%. Sebagai contoh konkrit adalah adanya mis-persepsi dengan gas alam di Indonesia. Dianggap masih berlimpah cadangannya sampai 106TCF, padahal setengahnya datangnya dari Natuna yang secara ekonomis sekarang tidak mungkin diproduksi. Bahkan sampai dua tahun yang lalu gas Natuna ingin dikembangkan lagi oleh Indonesia. Presiden SBY yang dinasehati secara keliru mendengungkan kebesaran gas Natuna. Karena dianggap kaya gas alam, kebijaksanaan yang diambil Pemerintah keliru. Dengan anjloknya harga gas karena revolusi shale gas di US dan Canada, proyek seperti Inpex-Masela dan IDD Chevron menjadi mengantung. Keekonomiannya mulai diragukan. Keduanya ditemukan sekitqr 2000, tetapi sudah 15 tahun belum juga POD dikeluarkan. POD IDD Chevron sebetulnya sudah didikeluarkan sebesar $12 miliar dollar thn 2012, tetapi dibatalkan karena kita ketakutan. Kemungkina keduanya bisa memenuhi nasib gas Natuna, yaitu dipetieskan. Berarti bukan cadangan lagi. Salam, HL Ong From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Parvita Siregar Sent: Wednesday, July 1, 2015 7:32 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing Baru baca tulisan Pak Ong. Pertanyaan saya, informasi cadangan ini datangnya dari mana sampai bisa meleset? Kalau untuk cadangan Migas, KKKS sudah dari sekitar 5 tahun yang lalu ada yang namanya RPS, dimana setiap tahun kita harus memperbaharui portfolio prospect and lead dan perkiraan cadangannya. Itu dimanage oleh team Studi dan Kajian di SKK Migas. Apa ini yang dimaksud dengan data yang kurang akurat dibandingkan dengan tahun 2000 sewaktu dikelola oleh Pertamina? Salam Parvita PARVITA SIREGAR | SENIOR GEOLOGIST | AWE (NORTH MADURA) NZ LTD | AWE LIMITED _____ P +62 21 2934 2934 | D EXT 107 | F +62 21 780 3566 | M +62 811 996 616 | E <mailto:parvita.sire...@awexplore.com> parvita.sire...@awexplore.com From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Ong Han Ling Sent: Saturday, June 20, 2015 11:34 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing Teman2 IAGI, Memang cadangan Mineral Resources Indonesia, migas dan batubara, dapat dikatakan kacau. Padahal cadangan merupakan segalanya untuk planning. Pada kesempatan ini saya ingin membahas sedikit ttg. cadangan migas. Banyak data dari ESDM keliru dan kurang teliti. Umpama banyak peta ESDM yang mengambarkan cadangan terbukti (proven) lebih besar, sampai 3X, dari cadangan potential. Ini ditayangkan bertahun-tahun tanpa ada yang berkomentar/peduli. Besarnya cadangan migas Indonesia merupakan teka-teki. Sebelum 2000, cadangan masih diurusi Pertamina/MPS hingga hingga dapat dikatakan datanya up to date. Setelah itu tidak ada yang peduli. Banyak orang mengutib cadangan minyak Indonesia sekarang 3.7 billion bbl minyak. Tidak banyak berubah sejak 10 tahun yang lalu, padahal tiap tahun dikeluarkan sekitar 300,000 bbl. Namun kalau kita bandingkan dengan cadangan dari Inggris yang kira-kira tidak banyak beda dan maturity lapangan minyak Inggris dan Indonesia serupa; tetapi Inggris bisa produksi 1.3 juta bbl/hari. Sedangkan Indonesia hanya sekitar 800,000 bbl/hari? Apakah ada sesuatu yang keliru dengan cadangan Indonesia? Untuk cadangan gas, saya ingin mengambil sebagai contoh cadangan raksasa yang kita banggakan, yaitu Natuna Exxon. Indonesia selalu memasukkan semua cadangan yang pernah ditemukan. Sebagai contoh cadangan Natuna mulai dikembangkan Exxon permulaan tahun 1980 dengan ditemukan cadangan gas hidrokarbon sekitar 53 TCF bersih dengan kadungan 70% CO2. Cadangan Natuna 53 TCF terus dimasukkan dalam cadangan Nasional hingga menumpuk sebagai cadangan gas Indonesia yang kekal. Banyak dikutib bahwa cadangan gas Indonesia sekitar 106 TCF sedangkan yang dikeluarkan baru 6%. Jadi banyak orang menganggap gas Indonesia masih berlimpah. Padahal cadangan bersifat dinamis. Definisi cadangan adalah Tekno-ekonomis, hingga kalau tidak bisa dikeluarkan secara teknis dan secara ekonomis saat ini juga (berarti harga sekarang dan teknologi sekarang), maka jangan disebut sebagai cadangan nasional. Contoh adalah Shell di Negeria. Karena setelah setahun perang dan tidak bisa produksi, cadanganya Shell dikurangi. Laporan yang dimasukkan ke SEC (US) dan FSC (UK) berkurang. Hal ini diperlukan supaya jangan dianggap membohongi orang yang akan membeli sahamnya Shell dipasar Internasional. Cadangan gas Natuna sebetulnya sebelum akir tahun 2000, POD sudah dikeluarkan dan mulai dipasarkan. PTT Thailand sudah mau ambil. Namun dengan penemuan gas raksasa di NW Shelf di Western Australia dan CBM di Queensland permulaan tahun 2000 gas Natuna yang mengandung 70% CO2 mulai dipertanyakan keekonomiannya. Dengan penemuan shale gas di US dan Canada sekitar tahun 2005, gas Natuna menjadi sejarah dan harus dipetieskan dan dikeluarkan dari cadangan Indonesia. Jika cadangan gas Natuna dikeluarkan, berarti cadangan gas Indonesia berkurang 50%. Perlu dikemukakan bahwa pada tahun 2011/2012, Presiden SBY berdasarkan bisikan Menteri ESDM, masih membanggakan gas Natuna dan minta untuk dilanjutkan pembicaraan dengan Exxon. Hal demikian ini akan memberi persepsi yang keliru kepada pengambil kebijakan gas Indonesia bahwa Indonesia kaya gas. Salam, HL Ong Kepemeilikan cadangan Indonesia Besarnya cadangan mengikuti definisi tekno-ekonomi, yaitu disebut cadangan kalau bisa dikeluarkan secara ekonomis sekarang dengan harga sekarang. Sedangkan kepemilikan cadangan lebih rumit. Seperti pemilikan rumah. Kita beli rumah baru dengan downpayment 10-30%, certifikat rumah sudah atas nama kita. Kita pemiliknya. Namun kalau mau dijual tidak bisa, persaratan-persaratan perlu dipenuhi dan pinjaman harus dilunasi terlebih dahulu. Demikian juga kepemilikan cadangan apakah waktu disubsurface, atau waktu keluar di wellhead, atau waktu di export point, dsb. Namun bagi K3S yang penting bukan kepemilikan. Dia tidak peduli siapa pemiliknya. Asal cadangan tsb. dia bisa dipakai untuk digadaikan di bank hingga dia bisa pinjam uang untuk development. Tanpa kecualian semua perusahaan, harus pindjam dana untuk development lapangan. Hingga bagi K3S yang terpenting adalah "bankability" dari cadangan tsb. Dengan PSC sekarang, K3S bisa mengadaikan dan bank Internasional dapat menerima PSC Indonesia. Ini sudah berjalan selama 50 tahun. Perusahaan minyak raksasa sepert TOTAL, Chevron, dsb. sudah menerima hingga yang kecil atau Independent juga bisa menerima. Saya harapkan bahwa Indonesia tidak merubah UUMIGAS. Karena konsekwensinya besar sekali. Dengan Nasionalisme menguat, besar kemungkinan UUMIGAS baru akan meng-akomodasi Nasionalisme tsb. Akirnya dilakukan perubahan PSC hingga bank diluar Negeri tidak bisa menerimanya sebagai agunan. Artinya tidak bisa digadaikan. Kalau hal ini terjadi, berakirlah industri perminyakan Indonesia. Salam, Hl Ong From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Achmad Luthfi Sent: Saturday, June 6, 2015 12:22 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing Secara UU Migas dan UUD45 kalau masih di dalam bumi (cadangan) dimiliki dan dikuasai negara 100%. Perusahaan asing maupun Pertamina busa menguasai haknya sesuai split kalau dilakukan lifting. Sent from Cak Phie's iPhone Signal Kuat MOJOSARI On 6 Jun 2015, at 09.12, koeso...@melsa.net.id wrote: Bukankah yg menguasai seluruh cadangan minyak Indonesia itu SKK Migas? Perusahaan asing kan cuman contractor (PSC)n hanya dapat 15%, sedangkan untuk melakukan kegiatan, al pemboran saja harus izin/persetujuan SKK Migas. Atau ini hanya di atas kertas saja.? Hehehe Wass RPK Powered by Telkomsel BlackBerryR _____ From: Ipong Kunwau <ipongkun...@gmail.com> Sender: <iagi-net@iagi.or.id> Date: Sat, 6 Jun 2015 08:23:25 +0700 To: <iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing dan ini terjadi sudah sejak tahun 70-an. mungkin ada baiknya melihat sejarah masa lalu sejenak ketika RI dijajah Belanda dimana NNGPM (shell dulu kala) merajai exploration efforts di nusantara yang kemudian berangsur berkurang porsinya ketika menjelang dan pasca kemerdekaan dimana perusahaan Amerika spt Phillips, Sunoco, Vico, Amoco mengambil alih kegiatan eksplorasi di seluruh Nusantara yang kemudian disusul oleh banyak lagi perusahaan2 asing lain ambil bagian - semua tidak lepas dari kebijakan dan poros politik Indonesia sepanjang sejarah nasakom, demokrasi terpimpin, hingga sekarang berangsur bermetamorfosa menjadi demokrasi liberal di negri ini maka ketidakhadirannya perusahaan2 nasional lebih kepada tidak adanya peluang yang cukup tersedia baik itu dalam ranah kebijakan dan pemodalan investasi jangka panjang yang fleksibel. lagi lagi berbeda dengan malaysia yang dulu saya ingat betul staf petronas banyak belajar ke Pemina kini Pertamina dan ingat betul ketika perminyakan Malaysia identik dengan nama besar Shell - tetapi sekarang dengan restrukturisasi pemerintahan dan politik yang terpadu maka Petronas muncul ke permukaan bahkan bukan hanya domestik tapi mendunia. selain ini, bukankah banyak negara berkembang yang mayoritas investornya asing tetapi pemasukan negara nya positif untuk pembangunan. apakah kebijakannya berupa PSC kah, atau royalti kah, semua hanyalah sistem yang ujung ujungnya tergantung kepada para pelakunya. ulasan di atas mengajak kita agar tidak apriori melulu kepada investor asing tetapi harus flash back sejarah kebijakan, sudahkah pemerintah memberi peluang yang cukup kepada investor domestik? kalau pun kebijakannya sudah tersedia, sudahkah law enforcement nya diupayakan secara konsisten? atau jangan-jangan banyaknya hutang budi RI kepada negara donatur hutang maka RI belum (tidak) bisa juga mandiri? harapan harapan senantiasa menyeruak di setiap pergantian kepemerintahan bahwa kelak semoga ada perbaikan yang berpihak kepada rakyat kebanyakan dan pengusaha nasional, tetapi harapan itu belum Alloh berikan kepada bangsa ini karena mungkin ketidak sungguhan semua pihak di dalam berdoa dan berkarya - termasuk saya sendiri :-( selamat berakhir pekan... 2015-06-06 6:57 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>: Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan dipercaya oleh pembaca. Rdp Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing Lani Pujiastuti - detikFinance http://images.detik.com/customthumb/2015/06/05/1034/153218_diskusimuhammadiy ah.jpg?w=400 Jakarta - Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 3,7 miliar barel saja, tapi sayangnya, hampir 90% cadangan tersebut justru dikelola oleh perusahaan luar negeri alias asing. "Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil, tapi hanya 10% yang dikuasai Pertamina," kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan UU Migas yang Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng Raya No. 62 Jakarta Pusat, Jumat (5/6/2015). Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang ada yang dikelola perusahaan nasional seperti PGN dan Medco Energi, namun porsinya kecil, lebih banyak dikelola oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP, ConocoPhillips dan banyak lagi. Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi perusahaan kelas dunia pada 2025. Agar bisa mencapai target tersebut, Pertamina butuh bantuan dan dorongan dari pemerintah. "Pertamina 100% saham dari Indonesia. Pertamina ingin jadi global championbisa kelola lebih besar sumber migas, ingin kelola cadangan lebih besar. Di mata internasional ingin diakui dan bisa akuisisi blok-blok migas besar. Saat ini bentuk dukungan pemerintah, yakni dengan keluarkan Permen ESDM No. 15 Tahun 2015, blok-blok yang akan habis masa berlakunya ingin bisa dominan dikelola Pertamina sebagai manajer operasi (operator)," ungkapnya. Wianda menegaskan, bila Pertamina semakin besar, maka negara yang mendapatkan keuntungan paling besar. Salah satu buktinya, Pertamina pada 2013 membayar pajak penghasilan Rp 73 triliun dan akan terus bertambah seiring naiknya produksi. "Di 2014 kita berkontribusi Rp 9 triliun dividen ke pemerintah. Kami ingin jadi instrumen utama dari pemerintah. 57 tahun kita distribusikan BBM terutama PSO (subsidi). Memiliki 109 terminal BBM di seluruh Indonesia, 65 kapal dari 140-an kapal milik Pertamina dikelola untuk distribusikan BBM," tutupnya. (rrd/ang) Sent from my iPhone ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------- ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------- ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------- ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------- ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------- ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ----------------------------------------------------