Tulisan pak Ong sangat baik sebagai bahan kajian skk migas atau nantinyg 
berfungsi sbg itu.

Jadi pertanyaan juga ya kali data cadangan tidak pernah di update oleh skk 
migas.


Si Abah


Sent from Yahoo Mail on Android

From:"noor syarifuddin" <noorsyarifud...@gmail.com>
Date:Sun, 21 Jun, 2015 at 17:41
Subject:Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

Selamat sore Pak Ong,

Sepengetahuan saya semua Operator melakukan pelaporan status cadangan tiap awal 
tahun baik kepada SKKMigas maupun Migas, namun entah kenapa data2 ini rupanya 
tdk terkonsolidasi dgn baik sehingga data cadangan kita tdk pernah terupdate.. 
Nah kalau yg aktif produksi saja tdk terkonsolodisasi maka saya jd maklum kalau 
yg blm produksi jg amburadul akurasinya... 😄


Salam

On Saturday, June 20, 2015, - kangim...@yahoo.com 
<SRS0-AEjo=G6=yahoo.com=kangim...@iagi.or.id> wrote:

Informasi geologi termasuk diantaranya info sumberdaya mineral, minyak, gas dan 
batubara harusnya menjadi faktor kunci kebijakan strategis negara. Hal ini bisa 
terjadi kalau badan geologi nasional ada dibawah presiden dan memiliki 
fasilitas kunci menjaga keakuratan data. Sejak 2005 IAGI mengusulkan 
dibentuknya Badan Geologi Nasional. Mari kita angkat lagi issue ini.im

Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> 

Sender: <iagi-net@iagi.or.id> 

Date: Sat, 20 Jun 2015 11:44:01 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing


Menarik Pak Ong

Ijin di share di blog boleh kan ?

Salam

Rdp

Sent from my iPhone


On 20 Jun 2015, at 11.33, Ong Han Ling <hl...@geoservices.co.id> wrote:

Teman2 IAGI,

 

Memang cadangan Mineral Resources Indonesia, migas dan batubara, dapat 
dikatakan kacau. Padahal cadangan merupakan segalanya untuk planning.  Pada 
kesempatan ini saya ingin membahas sedikit ttg. cadangan migas. 

 

Banyak data dari ESDM keliru dan kurang teliti. Umpama banyak peta ESDM yang 
mengambarkan cadangan terbukti (proven) lebih besar, sampai 3X, dari cadangan 
potential. Ini  ditayangkan bertahun-tahun tanpa ada yang berkomentar/peduli. 

 

Besarnya cadangan migas Indonesia merupakan teka-teki. Sebelum 2000, cadangan 
masih diurusi Pertamina/MPS hingga hingga dapat dikatakan datanya up to date. 
Setelah itu tidak ada yang peduli. 

 

Banyak orang mengutib cadangan minyak Indonesia sekarang 3.7 billion bbl 
minyak. Tidak banyak berubah sejak 10 tahun yang lalu, padahal tiap tahun 
dikeluarkan sekitar 300,000 bbl. Namun kalau kita bandingkan dengan cadangan 
dari Inggris yang kira-kira tidak banyak beda dan maturity lapangan minyak 
Inggris dan Indonesia serupa; tetapi Inggris bisa produksi 1.3 juta bbl/hari.  
Sedangkan Indonesia hanya sekitar 800,000 bbl/hari? Apakah ada sesuatu yang 
keliru dengan cadangan Indonesia? 

 

Untuk cadangan gas, saya ingin mengambil sebagai contoh cadangan raksasa yang 
kita banggakan, yaitu Natuna Exxon. Indonesia selalu memasukkan semua cadangan 
yang pernah ditemukan. Sebagai contoh cadangan Natuna mulai dikembangkan Exxon 
permulaan tahun 1980 dengan ditemukan cadangan gas  hidrokarbon sekitar  53 TCF 
bersih dengan kadungan 70% CO2. Cadangan Natuna 53 TCF terus dimasukkan dalam 
cadangan Nasional hingga menumpuk sebagai cadangan gas Indonesia yang kekal. 
Banyak dikutib bahwa cadangan gas Indonesia sekitar  106 TCF sedangkan yang 
dikeluarkan baru 6%. Jadi banyak orang menganggap gas Indonesia masih 
berlimpah.  

 

Padahal cadangan bersifat dinamis. Definisi cadangan adalah Tekno-ekonomis, 
hingga kalau tidak bisa dikeluarkan secara teknis dan secara ekonomis saat ini 
juga (berarti harga sekarang dan teknologi sekarang), maka jangan disebut 
sebagai cadangan nasional. Contoh adalah Shell di Negeria. Karena setelah 
setahun perang dan tidak bisa produksi, cadanganya Shell dikurangi. Laporan 
yang dimasukkan ke SEC (US) dan FSC (UK) berkurang. Hal ini diperlukan supaya 
jangan dianggap membohongi orang yang akan membeli sahamnya Shell dipasar 
Internasional.

 

Cadangan gas Natuna sebetulnya sebelum akir tahun 2000, POD sudah dikeluarkan 
dan mulai dipasarkan. PTT Thailand sudah mau ambil. Namun dengan penemuan gas 
raksasa di NW Shelf di Western Australia dan CBM di Queensland permulaan tahun 
2000 gas Natuna yang mengandung 70% CO2 mulai dipertanyakan keekonomiannya. 
Dengan penemuan shale gas di US dan Canada sekitar tahun 2005, gas Natuna 
menjadi sejarah dan harus dipetieskan dan dikeluarkan dari cadangan Indonesia. 
Jika cadangan gas Natuna dikeluarkan, berarti cadangan gas Indonesia berkurang 
50%. 

 

Perlu dikemukakan bahwa pada tahun 2011/2012, Presiden SBY berdasarkan bisikan 
Menteri ESDM, masih membanggakan gas Natuna dan minta untuk dilanjutkan 
pembicaraan dengan Exxon. Hal demikian ini akan memberi persepsi yang keliru 
kepada  pengambil kebijakan gas Indonesia bahwa Indonesia kaya gas. 

 

Salam,

 

HL Ong

 

 

Kepemeilikan cadangan Indonesia

 

Besarnya cadangan mengikuti definisi tekno-ekonomi, yaitu disebut cadangan 
kalau bisa dikeluarkan secara ekonomis sekarang dengan harga sekarang. 
Sedangkan kepemilikan cadangan lebih rumit. Seperti pemilikan rumah. Kita beli 
rumah baru dengan downpayment 10-30%, certifikat rumah sudah atas nama kita. 
Kita pemiliknya. Namun kalau mau dijual tidak bisa, persaratan-persaratan perlu 
dipenuhi dan pinjaman harus dilunasi terlebih dahulu. Demikian juga kepemilikan 
cadangan apakah waktu disubsurface, atau waktu keluar di wellhead, atau waktu 
di export point, dsb. 

 

Namun bagi K3S yang penting bukan kepemilikan. Dia tidak peduli siapa 
pemiliknya. Asal cadangan tsb. dia bisa dipakai untuk digadaikan di bank hingga 
dia bisa pinjam uang untuk development. Tanpa kecualian semua perusahaan, harus 
pindjam dana untuk development lapangan.  Hingga bagi K3S yang terpenting 
adalah "bankability" dari cadangan tsb. 

 

Dengan PSC sekarang, K3S bisa mengadaikan dan bank Internasional dapat menerima 
PSC Indonesia. Ini sudah berjalan selama 50 tahun. Perusahaan minyak raksasa 
sepert TOTAL, Chevron, dsb. sudah menerima hingga yang kecil atau Independent 
juga bisa menerima.    

 

Saya harapkan bahwa Indonesia tidak merubah UUMIGAS. Karena konsekwensinya 
besar sekali. Dengan Nasionalisme menguat, besar kemungkinan UUMIGAS baru akan 
meng-akomodasi Nasionalisme tsb. Akirnya dilakukan perubahan PSC hingga bank 
diluar Negeri tidak bisa menerimanya sebagai agunan. Artinya tidak bisa 
digadaikan. Kalau hal ini terjadi, berakirlah industri perminyakan Indonesia. 

 

Salam,

Hl Ong

 

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Achmad 
Luthfi
Sent: Saturday, June 6, 2015 12:22 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

 

 

Secara UU Migas dan UUD45 kalau masih di dalam bumi (cadangan) dimiliki dan 
dikuasai negara 100%. Perusahaan asing maupun Pertamina busa menguasai haknya 
sesuai split kalau dilakukan lifting.



Sent from Cak Phie's iPhone

Signal Kuat MOJOSARI 


On 6 Jun 2015, at 09.12, koeso...@melsa.net.id wrote:

Bukankah yg menguasai seluruh cadangan minyak Indonesia itu SKK Migas? 
Perusahaan asing kan cuman contractor (PSC)n hanya dapat 15%, sedangkan untuk 
melakukan kegiatan, al pemboran saja harus izin/persetujuan SKK Migas. Atau ini 
hanya di atas kertas saja.?
Hehehe
Wass
RPK

Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: Ipong Kunwau <ipongkun...@gmail.com> 

Sender: <iagi-net@iagi.or.id> 

Date: Sat, 6 Jun 2015 08:23:25 +0700

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

 

dan ini terjadi sudah sejak tahun 70-an.

 

mungkin ada baiknya melihat sejarah masa lalu sejenak ketika RI dijajah Belanda 
dimana NNGPM (shell dulu kala) merajai exploration efforts di nusantara yang 
kemudian berangsur berkurang porsinya ketika menjelang dan pasca kemerdekaan 
dimana perusahaan Amerika spt Phillips, Sunoco, Vico, Amoco mengambil alih 
kegiatan eksplorasi di seluruh Nusantara yang kemudian disusul oleh banyak lagi 
perusahaan2 asing lain ambil bagian - semua tidak lepas dari kebijakan dan 
poros politik Indonesia sepanjang sejarah nasakom, demokrasi terpimpin, hingga 
sekarang berangsur bermetamorfosa menjadi demokrasi liberal di negri ini maka 
ketidakhadirannya perusahaan2 nasional lebih kepada tidak adanya peluang yang 
cukup tersedia baik itu dalam ranah kebijakan dan pemodalan investasi jangka 
panjang yang fleksibel.

 

lagi lagi berbeda dengan malaysia yang dulu saya ingat betul staf petronas 
banyak belajar ke Pemina kini Pertamina dan ingat betul ketika perminyakan 
Malaysia identik dengan nama besar Shell - tetapi sekarang dengan 
restrukturisasi pemerintahan dan politik yang terpadu maka Petronas muncul ke 
permukaan bahkan bukan hanya domestik tapi mendunia.

 

selain ini, bukankah banyak negara berkembang yang mayoritas investornya asing 
tetapi pemasukan negara nya positif untuk pembangunan.  apakah kebijakannya 
berupa PSC kah, atau royalti kah, semua hanyalah sistem yang ujung ujungnya 
tergantung kepada para pelakunya.

 

ulasan di atas mengajak kita agar tidak apriori melulu kepada investor asing 
tetapi harus flash back sejarah kebijakan, sudahkah pemerintah memberi peluang 
yang cukup kepada investor domestik? kalau pun kebijakannya sudah tersedia, 
sudahkah law enforcement nya diupayakan secara konsisten? atau jangan-jangan 
banyaknya hutang budi RI kepada negara donatur hutang maka RI belum (tidak) 
bisa juga mandiri?

 

harapan harapan senantiasa menyeruak di setiap pergantian kepemerintahan bahwa 
kelak semoga ada perbaikan yang berpihak kepada rakyat kebanyakan dan pengusaha 
nasional, tetapi harapan itu belum Alloh berikan kepada bangsa ini karena 
mungkin ketidak sungguhan semua pihak di dalam berdoa dan berkarya - termasuk 
saya sendiri :-(

 

selamat berakhir pekan...

 

2015-06-06 6:57 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>:

Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan dipercaya oleh pembaca. 



Rdp

Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB

90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

Lani Pujiastuti - detikFinance

<image002.jpg>

Jakarta - Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 3,7 miliar barel 
saja, tapi sayangnya, hampir 90% cadangan tersebut justru dikelola oleh 
perusahaan luar negeri alias asing.

"Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil, tapi hanya 10% yang 
dikuasai Pertamina," kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina 
(Persero) Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan UU Migas yang 
Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng Raya No. 62 Jakarta 
Pusat, Jumat (5/6/2015).

Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang ada yang dikelola 
perusahaan nasional seperti PGN dan Medco Energi, namun porsinya kecil, lebih 
banyak dikelola oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP, ConocoPhillips dan 
banyak lagi.

Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi perusahaan kelas dunia pada 
2025. Agar bisa mencapai target tersebut, Pertamina butuh bantuan dan dorongan 
dari pemerintah.

"Pertamina 100% saham dari Indonesia. Pertamina ingin jadi global championbisa 
kelola lebih besar sumber migas, ingin kelola cadangan lebih besar. Di mata 
internasional ingin diakui dan bisa akuisisi blok-blok migas besar. Saat ini 
bentuk dukungan pemerintah, yakni dengan keluarkan Permen ESDM No. 15 Tahun 
2015, blok-blok yang akan habis masa berlakunya ingin bisa dominan dikelola 
Pertamina sebagai manajer operasi (operator)," ungkapnya.

Wianda menegaskan, bila Pertamina semakin besar, maka negara yang mendapatkan 
keuntungan paling besar. Salah satu buktinya, Pertamina pada 2013 membayar 
pajak penghasilan Rp 73 triliun dan akan terus bertambah seiring naiknya 
produksi. 

"Di 2014 kita berkontribusi Rp 9 triliun dividen ke pemerintah. Kami ingin jadi 
instrumen utama dari pemerintah. 57 tahun kita distribusikan BBM terutama PSO 
(subsidi). Memiliki 109 terminal BBM di seluruh Indonesia, 65 kapal dari 140-an 
kapal milik Pertamina dikelola untuk distribusikan BBM," tutupnya.


(rrd/ang)

Sent from my iPhone 
----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------

 


----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------


----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------


----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------


----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------


----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------


----------------------------------------------------



Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti

----------------------------------------------------

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

----------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 

any information posted on IAGI mailing list.

----------------------------------------------------

Kirim email ke