Saya setuju dgn b. OK Taufik, kalau lulusan sarjana geologi terlalu banyak. Tapi di Indonesia kemungkinan mereka tidak siap terjun ke dunia pekerjaan dan/atau dunia pekerjaan banyak yang tidak siap menerima geolog. Beberapa kasus yang ingin saya sampaikan untuk dipikirkan: 1. Geolog sebagai guru geografi di SMA. Di Belanda beberapa geolog dari perusahaan minyak keluar dari perusahaan dan menjadi guru geografi di SMA. Tentu penghasilan tidak bisa dibandingkan tapi mereka punya kesenangan sendiri. 2. Geolog sebagai tourist guide. Di Grand Canyon mereka merekrut geolog dengan BSc untuk jadi tourist guide. Saya coba cari peluang untuk jadi touris guide di Danau Toba, tapi travel agent takut, karena untuk cover flight dan hotel kami yang dari Jakarta sudah terlalu banyak ongkosnya. Belum termasuk gaji / tip. Lulusan ITM (bisa dibilang orang lokal) minta gaji terlalu tinggi juga. Jadi sementara ini tamu dari luar negeri, hanya dikasih cerita legenda saja mengenai terbentuknya Danau Toba. Sering kali tourist dari Singapore dan Hongkong lebih mengerti proses terbentuknya Danau Toba daripada touris guide lokalnya.3. Geolog untuk mencarikan air. Khususnya di Indonesia Timur, misalnya di Soe dan sekitar Kupang, masih sulit cari geolog yang bisa mencarikan air. Sebuah laporan geolistrik yang saya review bahkan tidak ada petanya sama sekali. Ketika ditanyakan mengenai petanya, mereka terbungkam. Karena memang bukan geolog, tapi hanya operator geolistrik.4. Geolog untuk Bank dan Perusahaan Asuransi. Meskipun tidak banyak ada teman2 saya yang keluar dari perusahaan dan bergabung dengan bank dan perusahaan asuransi. Yang di bank menjadi penasihat untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan minyak. Yang di asuransi, kebetulan bekas junior saya, justru lebih sering ke rig daripada di perusahan minya. Dia ke rig untuk mereview drilling program dan menentukan jumlah uang untuk asuransi. Shallow water vs deepwater, overpressure objective, shallow hazards, dll merupakan faktor2 yang dia ukur.5. Geolog sebagai akhli gemstone. Wah ahlinya, mang Okim ada di sini. bisa ditanyakan langsung. Saya pernah interview beliau untuk AAPG. Mungkin mang Okim juga sudah lupa. Saya interview beliau karena melihat ini merupakan peluang buat geolog yang tidak banyak dimanfaatkan. Sebagian besar lulusan geologi dibina untuk kerja di perusahaan, khususnya perusahaan minyak. Jarang dibina menjadi entrepreneur, untuk menciptakan lapangan pekerjaan.Saya juga masih belajar.... Herman DarmanIndogeo Social Enterpriseindogeose.weebly.com HP/WA: +62 81310995828
On Tuesday, May 15, 2018, 4:00:14 PM GMT+7, Ok Taufik <ok.tau...@gmail.com> wrote: bagaimana menurut members semua, apa tujuan pendidikan Geologi..kalau akhirnya tak bisa berkarya di bidang Geologi?, Ribuan Fresh Gaduate saat ini tak bisa menyalurkan minatnya untuk berkarya karena tak ada peluan di bidangnya. masihkah layak disebut sarjana keahlian geologi kalau kerja di bank, dagang kulliner, dllnya yg tak ada hubungan dengan pendidikannya.? -- OK Taufik Sent from my Computer® ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI) No. Rek: 123 0085005314 ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list.