Pernyataan Sikap Institute for Migrant Workers (IWORK) Menyikapi Global Forum on Migration and Development Rakyat Indonesia dipaksa Bermigrasi Karena Kegagalan Pembangunan Pekan ini Forum global Migrasi dan Pembangunan (Global forum on Migration and development) atau GFMD akan dilaksanakan di Manila Philipina 28-30 Oktober 2008. Pertemuan ini di inisiasi oleh Bank Dunia dan merupakan pertemuan II setelah pertemuan sebelumnya di Brusssel. GFMD di ikuti 192 negara anggota Perserikatan bangsa-bangsa yang akan membahas persoalan Migrasi dan kaitannya dengan Pembangunan. GFMD mencoba merumuskan bagaimana migrasi bisa memberikan kontribusi bagi pembangunan. Hal ini tentunya menjadi pertanyaan besar mengingat latar belakang migrasi Indonesia adalah akibat dari kegagalan pembangunan. Pada masa orde baru model pembangunan yang hanya menguntungkan kroni-kroni Soeharto dan pemilik modal besar dan meminggirkan rakyat banyak. Resep Neoliberalisme yang di gunakan untuk mengatasi krisis pada tahun 1997 terbukti semakin memperparah krisis kesejahteraan. Pasca krisis, dorongan migrasi tenaga produktif Indonesia di dominasi dari dalam negeri. Akibat dari kegagalan pemerintah dalam memberikan kesejahteraan warga negaranya. Minimnya lapangan pekerjaan dan akses rakyat terhadap layanan kebutuhan dasar seperti pangan, pendidikan dan kesehatan merupakan wujud konkret dari gagalnya pemerintah dalam menjalankan pembangunan untuk rakyatnya. Meskipun secara makro ekonomi Indonesia di klaim mengalami pertumbuhan, sebagimana laporan pemerintah Indonesia bahwa sepanjang tahun 2002-2006 pertumbuhan ekonomi mencapai 3,8% pada 2002 dan 5,8% pada 2006. Tapi kenyataannya pertumbuhan ini contrast dengan kondisi mikro di lapangan. Departemen tenaga kerja mencatat Antara tahun 2002-2006 jumlah pengangguran tidak pernah di bawah angka 10 juta. Kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia yang menghamba pada neoliberalisme sudah terbukti tidak mampu menyerap tenaga kerja dan semakin memperpanjang penderitaan dan kemiskinan yanga dialami rakyat Indonesia. Migrasi yang diakibatkan kegagalan pembangunan ekonomi, konflik, dan bukan merupakan pilihan sadar, tapi didorong dari latar belakang situasi tersebut, biasa disebut sebagai Forced Migration. Latar belakang Forced migration yang menjadi pendorong utama proses migrasi internasional rakyat Indonesia, menimbulkan berbagai permasalahan dan kerentanan yang dialami BMI. Masalah demi masalah tiap tahun terus terjadi berulang. Penipuan, Human trafficking, Upah tidak dibayar, upah di bawah standard, Penyiksaan, Kekerasan dan bahkan yang mengakibatkan kematian dan pemerasaan menjadi makanan sehari-hari BMI. Tahun lalu lebih dari 200 orang BMI meninggal dunia ketika mereka bekerja. Tahun ini sepanjang January – September 2008, LBH Buruh Migran IWORK mencatat 123 BMI meninggal dunia, 800.000 BMI undocumented di Malaysia bersiap dideportasi bahkan sebagian diantaranya telah di deportasi, 335 BMI dalam ancaman hukuman mati, di Malaysia, Arab Saudi, Singapore dan Mesir. Buruh Migran Indonesia menyandang predikat Pahlawan Devisa. Remitensi yang hasilkan BMI sedemikian besar. Faktanya, sejak proses perekrutan BMI telah memberikan kontribusi besar bagi pihak-pihak di sekeliling mereka. Dari mulai Calo/ sponsor yang merekrut calon BMI di desa-desa, menjadikan aktivitas perekrutan sebagai mata pencaharian, dimana BMI adalah “penopang utama” pendapatan mereka. Lalu rupa-rupa syarat administrasi seperti Medical check-up, paspor, visa, asuransi, transportasi dll memberikan kontribusi tidak sedikit bagi sector-sektor yang terlibat didalamnya. Remitensi BMI justru lebih banyak memberikan kontribusi bagi class social diatasnya. Dari segi konsumsi juga demikian. Sektor perbankan dan jasa pengiriman uang seperti Kantor Pos dan Western Union merasakan bagaimana pendapatan mereka bertambah melalui jasa pengiriman uang yang mereka sediakan. Tak heran, Bank-bank berkompetisi untuk menarik hari para BMI menggunakan jasa layanan mereka. Remiten BMI yang menggelontor di keluarga BMI dan berputar di daerah asal mereka lebih banyak digunakan untuk pemenuhan konsumsi barang-barang sekunder seperti peralatan rumah tangga, Televisi, Kulkas, HP, Sepeda motor dan barang konsumsi lainnya. Bahkan sebuah penelitian di Sukabumi tentang bagaimana pengaruh migrasi keluar negeri terhadap kesejahteraan rumah tangga keluarga BMI menungkapkan fakta, bahwa kebanyakan keluarga BMI tidak mampu “balik modal” dari ongkos yang harus mereka keluarkan pada tahap awal migrasi. Mereka yang menjual lahan pertanian mereka untuk modal bekerja di Luar negeri atau meminjam uang dari tetangga, tidak mampu membeli kembali Lahan tersebut. Dan ketika kembali ke tanah air, tak ada pilihan lain selain menjadi Buruh tani atas lahan yang bukan milik mereka lagi. Ini yang disebut trickle up effect, Remiten yang di hasilkan BMI tidak dirasakan keberlanjutannya oleh BMI sendiri, tapi oleh kelompok social lain. Klaim Pemerintah Indonesia yang menyatakan bahwa migrasi membuka kesempatan kerja dan dapat mengentaskan kemiskinan adalah wujud pemerintahan yang malas, dan mengalihkan tanggungjawabnya pada yang lain. Dari latar belakang tersebut, IWORK menyatakan penolakan atas GFMD karena pendekatan pembangunan yang digunakan telah terbukti gagal dan menyengsarakan rakyat dan BMI pada khususnya. Dalam carut Marutnya system penempatan BMI, IWORK menyerukan : Amandemen Undang-undang 39 Tahun 2004. Pemerintah harus menghapuskan keterlibatan pihak swasta dalam proses penempatan BMI. Kesepakatan antar negara pengirim (sending country) dan negara penerima (Receiving Country) tanpa keterlibatan swasta dalam proses penempatan dan perlindungan BMI akan meminimalisir komoditisasi terhadap BMI.Pemerintah harus merumus ulang berbagai bilateral agreement dengan negara-negara penerima BMI menjadi kesepakatan yang equal, melindungi dan menempatkan BMI pada posisi tawar yang kuat.Pemerintah harus membuat mekanisme pengelolaan BMI pasca bekerja, misalnya dengan memberikan pendidikan entrepreneurship dll.Pemerintah Harus menutup terminal IV, terminal khusus kepulangan BMI di Bandara Sukarno Hatta yang rawan menjadi area pemerasan dan penipuan. Dan memberikan opsi kepada BMI apakah akan menggunakan travel yang di sediakan atau kembali dengan pilihan transportasi mereka sendiri. Jakarta, 25 October 2008 Yuni Asriyanti Liaison Officer Jakarta ___________________________________________________________________________ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme! Situs Web: http://www.indomarxist.co.nr/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/