http://us.bisnis.news.viva.co.id/news/read/384611-ken--70-juta-orang-indonesia-rentan-miskin

KEN: 70 Juta Orang Indonesia Rentan Miskin
"Mereka tergerus terus, sehingga tidak pernah naik kelas."
ddd
Selasa, 22 Januari 2013, 20:50 Aries Setiawan, Dwifantya Aquina 
 
Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani (Nur Farida Ahniar I VIVAnews)

VIVAnews - Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), Aviliani menyampaikan 
bahwa berdasarkan data 2012, setidaknya  29 juta masyarakat Indonesia hidup di 
garis kemiskinan. Sementara terdapat 70 juta masyarakat berada di garis rentan. 
Situasi ini, lanjutnya, suatu saat akan menjadi bom waktu.

"Kami berharap orang yang rentan itu bisa naik menjadi kelas menengah. Yang  
rentan ini yang harus kita bereskan. Itu yang bahaya," kata Aviliani di 
Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa 22 Januari 2013.

Menurut Aviliani, pendapatan perkapita masyarakat golongan rentan itu hanya 
kecil sekali naiknnya yakni 2 persen. Hal ini tentu timpang dengan tingkat 
inflasi di Indonesia yang mencapai 4-5 persen. Sementara golongan menengah 
mengalami kenaikan di atas 6 persen.

"Mereka tergerus terus, sehingga tidak pernah naik kelas. Makanya mengapa 
generate ratio kita 0,41 persen. Kami sarankan agar ada perbaikan kebijakan. 
Kebijakan yang sudah ada diperbaiki."

Salah satu yang harus dilakukan pemerintah, kata Aviliani, adalah perbaikan 
pendampingan terhadap masyarakat miskin dalam memperoleh informasi bantuan. 

"Ternyata kalau dilihat, orang miskin ini tidak punya akses informasi. Jadi dia 
tidak tahu haknya, misalnya untuk raskin yaitu 15 kilogram dengan harga 
Rp1.600. Itu harus tahu," tuturnya.


Pendampingan ini, lanjutnya, bisa dilakukan oleh para pekerja sosial. Terutama 
untuk masyarakat yang ada di tingkat bawah sekali untuk memberikan informasi 
soal hak-hak itu, termasuk hak mendapatkan pelayanan publik.

Aviliani mengatakan bahwa KEN telah memaparkan beberapa hal terkait upaya 
pengentasan kemiskinan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam waktu 
dekat action plan-nya akan dibicarakan. "Karena masalah ini sangat krusial 
sekali," katanya.

+++++

http://us.bisnis.news.viva.co.id/news/read/390832-kata-mantan-menkeu-orba-soal-jurang-kemiskinan-ri

Kata Mantan Menkeu Orba Soal Jurang Kemiskinan RI
Saat ini di Indonesia ada 70 juta penduduk miskin, kata dia.
ddd
Sabtu, 16 Februari 2013, 15:32 Sandy Adam Mahaputra, Tommy Adi Wibowo 
 
Potret kemiskinan Jakarta (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)

VIVAnews - Sejak reformasi pada tahun 1997 sampai 1998, perekonomian Indonesia 
terus membaik hingga tahun ini. Tapi peningkatan perekonomian hanya membuat 
negara makmur, dan tidak membuat masyarakatnya sejahtera. 

Ini bisa dilihat dari tingkat kesenjangan pendapat yang sangat tinggi antara 
yang kaya dan miskin.

Menurut Johannes Baptista Sumarlin, mantan Menteri Keuangan pada zaman orde 
baru, setelah 14 tahun melewati reformasi Indonesia sangat hebat bisa keluar 
dari krisis dan memiliki perekonomian yang baik.

"Walaupun pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi tidak menghasilkan lapangan kerja 
yang banyak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, contohnya adalah masalah 
kemiskinan. Saat ini di Indonesia ada 70 juta penduduk miskin," kata JP 
Sumarlin, saat ditemui di acara peluncuran bukunya "Cabe Rawit yang Lahir di 
Sawah" di Hotel Borobudur, 16 Februari 2013.

Ia menambahkan, seharusnya kebijakan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari amanat 
UUD 45, yaitu demokrasi ekonomi. "Ekonomi tidak hanya pembangunan, tapi juga 
harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat," 
tambahnya.

Selain itu, saat ini masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan sifat liberal, 
materialtis, individualis. Semua masyarakat ingin menonjolkan kepentingannya 
sendiri, sehingga timbul persaingan yang tidak sehat.

"Tiap orang selalu mengejar kepentingannya sendiri dan meraup keuntungan dengan 
cara apapun. Sekarang korupsi sudah merajalela dimana-mana," kata pria yang 
pernah menjabat Ketua BPK periode 1993-1998.

JP Sumarlin juga sangat menyayangkan kalau Pancasila sudah tidak menjadi 
pedoman dari perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan ekonomi.

"Intinya kita melupakan jati diri sebagai bangsa dan juga melupakan budaya 
bangsa. Pembangunan di seluruh sektor harus berdasarkan budaya kita yang 
terekam pada Pancasila," kata JP Sumarlin. (adi) 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke