Betul. Partai komunis Soviet Uni dihancurkan oleh para pemimpinnya yang sudah 
merosot ideologi dan politiknya akibat blokade ekonomi dan politik pihak 
negara-negara anti Komunis Barat yang dikepalai oleh Amerika Serikat. Namun 
Komunisme sebagai ajaran dan juga ilmu politik bukan berarti telah bangkrut 
sama sekali. Masih ada Kuba, Korea Utara, Vietnam (hingga tahun 1992). Saya 
juga turut menyaksikan proses degenerasi ideologi para pengkhianat sosialisme 
yang tidak tahan uji dan goyah oleh tekanan politik serta propaganda  anti  
komunis Internasional yang dikepalai Amerika Serikat (AS). Saya sendiri dididik 
di negara-negara Sosialis seperti  bekas Uni Soviet dan kemudian Vietnam dan 
cukup lama tinggal di dua negara tsb. Tentu tidaklah terlalu penting untuk 
mengandalkan berapa lama tinggal di negara-negara Soisalis atau sudah 
menyaksikannya dari dekat dan macam-macam lainnya yang bersifat kasat mata 
ataupun saksi mata.Yang penting bagaimana melihat kenyataan, menganalisa 
kenyataan dan menggunakan serta membuka pikiran untuk melihat mana yang baik 
mana yang buruk lalu mengambil maknanya, hikmahnya untuk menuju jalan terbaik 
bagi rakyat negara masing-masing. Saya memilih jalan Komunisme yang benar 
dengan tidak menutup mata apa yang pernah salah dan keliru, yang mana harus 
ditinggalkan dan dikoreksi, yang mana harus diteruskan dan diperjuangkan. 
Kalau bicara soal Nyoto, sudah tentu kasus Nyoto tidak bisa diglobalisasi 
sebagai: “itulah PKI, itulah Komunisme”.  Nyoto, karna kasus yang dia lakukan, 
mendapat tindakan disiplin serius dari Partai, dia dicopot dari fungsi kader 
tinggi Partai, sebagai wakil ketua Partai dan menerima kritik yang serius dari 
Partai yang dia terima dengan legowo bahkan dengan air mata (hal itu saya 
ketahui karna saya juga anggota Partai, bukan sekedar dengar dengar atau 
nguping). Dan bukan hanya Nyoto yang pernah kena disiplin demikian dengan kasus 
yang hampir serupa atau sejenis. Sujoyono yang pelukis,juga dipecat dari PKI, 
Klara Akustia(A.S.Dharta alias Roji) yang penyair besar PKI  dipecat, yang 
bahkan saya sendiri tahu dia datang ke rumah Ketua PKI dan menerima “wejangan 
keras”dari Ketua PKI. Meskipun PKI bukan partai moralis, tapi itu bukan berarti 
PKI tidak mengurusi soal-soal pelanggaran moral, apalagi yang bahkan bisa  
berpengaruh terhadap kerukunan rumah tangga dan pekerjaan Partai lainnya.
RRT, seperti juga Uni Soviet, mengalami keruntuhan sebagai bekas negeri 
Sosialis, BUKAN karena sistim Sosialisme itu yang runtuh atau kadaluwarsa, tapi 
oleh olah segolongan manusia dari puncak kekuasaan yang runtuh moral 
sosialis/komunisnya  yang juga akibat tekanan, blokade, sabotase, intimidasi 
serta sikap permusuhan lainnya dari negara-negara anti Komunis yang dikepalai 
AS. Namun keruntuhan mereka secaran fisik adalah mereka lakukan sendiri. bukan 
karena jatuhan ”bom fisiknya”,  kaum anti Komunis Internasional. Mereka 
meruntuhkan dirinya untuk menjadikan dirinya kapitalis di negerinya sendiri 
karena keruntuhan ideologi mereka sendiri dan bukanlah keruntuhan sistim atau 
ilmu sosialisme   itu sendiri. Kalau segelintir pemegang kuasa tertinggi runtuh 
, itu tidak berarti sistim sosialisme juga ikut runtuh. Itu cuma kesalahan 
manusia bukan kesalahan mesin atau mekanisme. Bila manusianya diganti, mesin 
akan berjalan kembali .Itulah sosialisme.
ASAHAN AIDIT.

lalu mengmbil
From: Salim Said 
Sent: Saturday, February 06, 2016 12:53 AM
To: group-indepen...@googlegroups.com ; alumnas-oot ; 
alumnilemhana...@yahoo.com ; Group Diskusi Kita ; Tito Karnavian ; tiaraly ; 
Sully T. Suharjo ; Martiono Hadianto ; Abdillah Toha ; Retno L Marsudi ; 
ganur2...@yahoo.com ; Chan ; Jaya Suprana ; Anwar Nasution,Prof. 
Subject: Re: “50 tahun G30S dalam sorotan pers Belanda” oleh Joss Wibisono



2016-02-06 6:04 GMT+07:00 Harjono Kartohadiprodjo 
<harj...@kartohadiprodjo.or.id>:

  Bung, partai Komuinis Dunia itu hancur karena KORUPSI, yg dilakukan oleh 
kader2 utama partainya. RRT pun menghadapi hal yg sama, sewaktu mau tumbuh dng 
baik, yg diberantas juga mafia yg ada di partainya. Saya ini sudah memasuki 70% 
negara Komunis saat Perang Dingin.Jadi cerita 7 SETAN DESA jaman Orde Lama 
adalah propaganda PKI mencari simpati, mereka juga litah daratKetua Partai 
seperti Nyoto kan seering dansa2 dan punya pacar di Rusia, saat Bangsa 
Indonesia makan 1X /hari.
  Sudahlah kita lihat ke depan, jangan bicara masa klabu Bangsa Indonesia yg 
lalu, dng saling menyalahkan orang lain.MHK
  Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.
        From: Salim Said
        Sent: Sabtu, 6 Februari 2016 04.13
        To: Group Diskusi Kita; alumnas-oot; alumnilemhana...@yahoo.com; 
group-indepen...@googlegroups.com
        Reply To: group-indepen...@googlegroups.com
        Subject: Re: “50 tahun G30S dalam sorotan pers Belanda” oleh Joss 
Wibisono 




  2016-02-06 2:15 GMT+07:00 A. Alham <a.alham1...@kpnmail.nl>:

    “Pilihan dibunuh atau  membunuh” adalah alasan kaum anti Komunis untuk 
membunuh semua anggota PKI. PKI ataupun seluruh kaum Komunis sedunia tiada 
bermaksud membunuh siapapun kecuali musuh rakyat yang sudah teramat besar 
dosanya terhadap rakyat. Umpamanya para GEMBONG JAHAT yang terlalu banyak 
berhutang darah pada rakyat seperti  lintah darat, penghasut elemen jahat 
lainnya untuk memeras rakyat dan punya hutang darah pada rakyat, tuan tanah 
jahat yang  punya praktek perbudakan hingga membunuh rakyat yang dianggapnya 
musuh atau punya hutang tak terbayar yang semua elemen jahat dan punya  hutang 
darah pada rakyat itu disebut GEMBONG JAHAT di desa maupun mungkin di 
kota-kota. Semua jenis gembong jahat YANG TIDAK BISA DIKENDALIKAN OLEH 
PEMERINTAH DAN PELANGGAR HUKUM BERAT ini memang mungkin diselesaikan oleh PKI 
demi melindungi keamanan jiwa rakyat yang itu memang kewajiban PKI dan setiap 
Komunis di manapun. Namun sebelum mengambil tindakan keras dan hukuman terhadap 
gembong jahat itu, Partai selalu mengadakan penyelidikan yang sangat teliti, 
meminta dan mendengarkan pendapat rakyat setempat, mengumpulkan data-data 
kejahatan seseorang gembong jahat dan lalu mendiskusikannya secara teliti dari 
berbagai segi dan lalu mengambil keputusan: diselesaikan atau dibiarkan untuk 
sementara.Cara ini digunakan hampir oleh semua Partai Komunis sedunia yang 
melakukan perjuangan keras lawan keras melawan musuh-musuh rakyat yang sudah 
terlampau jahat dan punya hutang darah terhadap rakyat. Apa boleh buat, PKI 
bukan Partai melati atau kenanga meskipun juga cuma Partai Tawon dan belum 
Partai Singa ketika itu. Dan ketika PKI menjadi partai anggrek, maka hancur 
luluhlah PKI karna melawan takdirnya sendiri. NEXT TIME BETTER.
    ASAHAN AIDIT.
    From: 'achmad mubarok' via Grup Independen 
    Sent: Thursday, February 04, 2016 12:44 PM
    To: group-indepen...@googlegroups.com 
    Subject: Re: “50 tahun G30S dalam sorotan pers Belanda” oleh Joss Wibisono

    Tahun 1965 saya usia 20 tahun adalah santri di pesantren kecil, guru SD 
Negeri dan Kepala Madrasah. Di organisasi saya ketua Pertanu (Tani NU), Lesbumi 
(Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia) dan Sekretaris Partai NU tingkat 
Kecamatan di Jawa Tengah. Saya mengalami langsung konflik dengan PKI, dan dari 
awal PKI lah profokator konflik dengan aksi sepihak, BTI, LEKRA , Pemuda Rakyat 
dan Serikat buruhnya, Perstiwa pembunuhan Jenderal di Lubang Buaya menjadi picu 
arus balik. Semua krekuatan non PKI bangkit melawan aksi PKI, bahkan ketika itu 
Banser lebih diasegani dibanding tentara dan polisi, karena ada juga indikasi 
tentara dan plisi yang pro PKI. Waktu itu pilihannya hanya satu, dibunuh atau 
membunuh. Kedatangan RPKAD dibawah  Sarwo Edi menambah energi rakyat dalam 
menhadapi PKI. Yang saya lihat aksi rakyat lebih spontan dibanding tentara.



    On Wednesday, February 3, 2016 11:05 AM, Bekto Suprapto 
<supraptobe...@gmail.com> wrote:




    Pak Jaya Suprana ysh.
    Sejarah selalu dibuat dengan versi penguasa. Versi Belanda mereka tidak 
menjajah Indonesia tetapi bisnis di Indonesia. Hal serupa terjadi di Indonesia, 
versi penguasa saat itu.

    Salam hormat
    Bekto Suprapto

    Sent from my iPhone

    On 3 Feb 2016, at 07.26, semarsupr...@gmail.com wrote:


      Jika Belanda adil dalam membahas masa lalu seharusnya mereka juga 
membahas kebengisan militer Belanda membantai warga Indonesia di bumi Indonesia 
akibat (sampai kini) secara resmi de jure mereka tidak sudi mengakui 
kemerdekaan Indonesia. Salam merdeka dari jaya suprana 
      Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network.
            From: Salim Said
            Sent: Wednesday, February 3, 2016 08:03
            To: Group Diskusi Kita; alumnas-oot; alumnilemhana...@yahoo.com; 
group-indepen...@googlegroups.com; Tito Karnavian; Sully T. Suharjo; Martiono 
Hadianto; Abdillah Toha; Retno L Marsudi; Von Magnis Suseno; Harry Tjan 
Silalahi; Jaya Suprana; Din Syamsuddin; Salahuddin Wahid; ganur2...@yahoo.com; 
Chan; Asahan Aidit
            Subject: Fwd: “50 tahun G30S dalam sorotan pers Belanda” oleh Joss 
Wibisono 



      ---------- Forwarded message ----------
      From: sukojo midjan <suko...@gmail.com>
      Date: 2016-02-03 6:04 GMT+07:00
      Subject: “50 tahun G30S dalam sorotan pers Belanda” oleh Joss Wibisono
      To: Salim Said <bungsali...@gmail.com>



      “50 tahun G30S dalam sorotan pers Belanda” oleh Joss Wibisono
      Posted on 1 Februari 2016 by gatholotjo 
      Versi lain tindjauan pers ini telah nongol di madjalah Historia No 25, 
halaman 17-19.
      Lima puluh tahun G30S ternjata djuga mendjadi pemberitaan media massa 
Belanda, negeri bekas pendjadjah. Bukan tjuma koran, mingguan atau media tjetak 
lain jang memberitakannja, tapi djuga radio dan televisi serta tak ketinggalan 
situs web. Menariknja, ketika mingsih adaaa sadja media massa Indonesia jang 
gak bosen2nja meng-ulang2 sudut pemberitaan seperti 50 tahun silam 
(keminggrisnja gak bisa move on) jaitu G30S terus2an dipandang sebagai 
bentrokan ideologis antara PKI dan mungsuh2nja (seperti maunja orde bau), maka 
media massa Londo si bekas pendjadjah sudah sama sekali meninggalkan sudut 
pandang kuno ini. Sekarang mereka menekuni G30S melulu dari sudut pelanggaran 
berat hak2 asasi manusia, bahkan bagi mereka G30S merupaken kejahatan terhadap 
kemanusiaan.
      Pertentangan sudut pandang lama dengan sudut pandang baru terhadap G30S 
ini merupakan inti pemberitaan harian NRC Handelsblad. Pada edisi 1 Oktober 
2015, dengan djelas koran sore terbitan Amsterdam ini menguraikan perbedaan 
pandangan antara chalajak umum (jang dibesarkan tiap tahun menonton film 
Pengchianatan G30S/PKI) dengan kalangan jang disebutnja “jonge intellectuelen” 
alias tjendekiawan muda. Dalam berita itu, tjendekiawan muda ini diwakili orang 
tiga orang, masing2 dua novelis jaitu Laksmi Pamuntjak dan Eka Kurniawan, serta 
peneliti Andreas Harsono.
       
      Berita NRC Handelsblad tentang Laksmi Pamuntjak, Eka Kurniawan dan 
Andreas HarsonoBagi Laksmi Pamuntjak film indoktrinasi orde bau itu 
mengadjarkan bahwa PKI adalah kalangan batil sedjati jang atheis dan karena itu 
harus dibasmi. Inilah jang menjebalkan dan mendjengkelkannja. Karena itu Laksmi 
melakukan sesuatu jang tidak pernah diterima di Indonesia: menulis novel 
—berdjudul Amba— tentang pembunuhan massal 50 tahun silam. Diterdjemahkan 
sebagai Amba of de kleur van rood, novel ini sekarang djuga hadir untuk publik 
pembatja Belanda. 
      Laksmi tidak sendirian. Novelis Eka Kurniawan —dengan roman Tjantik itu 
luka jang terbit dalam bahasa Inggris— djuga tidak segan2 menulis tentang 
pembantaian 1965. Dalam bukunja, demikian NRC Handelsbald, Eka menggambarkan 
majat2 jang berserakan di mana2, di djalan, di sungai, di atas djembatan, 
bahkan di semak2. Mereka dibunuh tatkala berupaja melarikan diri, tulis Eka — 
sesuatu jang, demikian NRC Handelsblad, berlawanan dengan pesan film propaganda 
orde bau.
      Di balik minat besar intelektual muda itu, masalah 1965 tetap sadja tidak 
dibitjarakan setjara terbuka oleh chalajak ramai Indonesia. Kenapa? Untuk ini 
NRC Handelsblad menghubungi Andreas Harsono, peneliti pada organisasi hak2 
asasi manusia Human Rights Watch. Menurut Andreas banjak orang terlibat. 
“Politisi pada tingkat tertinggi, gubernur, bupati, kepala desa. Masih banjak 
orang2 berkuasa karena terlibat setjara pribadi, sehingga mereka tidak berminat 
berbitjara tentang hal ini.”
      Bukan hanja tentara dan preman jang terlibat dalam pembunuhan, demikian 
NRC Handelsblad berlandjut. Nahdlatul Ulama dan Muhammadijah, dua organisasi 
muslim terbesar Indonesia, djuga ikut serta. Para pemimpin agama melihat 
perburuan kalangan komunis ini sebagai sematjam perang sahid.
      NU dan Muhammadijah merupakan fundamen masjarakat. Keduanja mengendalikan 
sekolah, rumah sakit dan pelbagai upaja pengentasan kemiskinan. Bahwa dua 
organisasi, dengan 70 djuta anggota dari 245 djuta penduduk Indonesia, terlibat 
dalem pembunuhan massal itu merupakan kenjataan jang oleh banjak orang 
Indonesia ingin dilupakan sadja.
      Koran pagi de Volkskrant, pada edisi 30 September 2015, menampilkan 
wawantjara dengan dokter Ribka Tjiptaning Proletarijati, anggota DPR jang 
selalu membanggakan diri sebagai anak PKI. Sebagai anak djudul berita ini 
tertera “50 tahun silam tentara Indonesia membunuhi sedjuta orang komunis. 
Sedjak itu mereka merupakan pariah, demikian satu2nja anak komunis jang bisa 
mendjadi anggota DPR”.
      Berita ini bernada suram. Walaupun Tjiptaning sudah bisa sampai pada 
kursi DPR, nasib orang komunis dan korban peristiwa 65 lain tidaklah membaik. 
Mereka tetap dianggap antjaman. Tjiptaning djelas perketjualian, seperti bisa 
dibatja pada alinea berikut.
       
      Ribka Tjiptaning diwawantjarai de VolkskrantSepeninggal Gus Dur situasi 
Indonesia kembali mundur. Pada 2004, buku2 sedjarah jang memberi gambaran lebih 
bernuansa tentang peristiwa 1965 dilarangi dan dibakari. Tjiptaning: “Tidak ada 
jang protes. Siapa sadja berkata, ‘sudahlah biarkan sadja’. Tapi aku tak mau 
tutup mulut. Siapa sadja harus tahu bahwa anggota PKI bukan pembunuh, bukan 
pemerkosa dan bukan perampok, tapi orang jang menganut ideologi dengan tudjuan2 
luhur. Orang tuaku itu baik2. Mereka tidak pernah bertengkar dan keluarga kami 
selalu diliputi harmoni. Kalian tidak boleh menganggap mereka tidak pernah 
ada”. 
      Pada edisi achir pekan 26-27 September 2015, rubrik ilmu pengetahuan 
harian NRC Handelsblad menurunkan laporan pandjang tentang pelbagai teori G30S 
jang selama ini sudah berkembang. Djudulnja “Bloedbad dat de wereld niet kon 
schelen” artinja “Bandjir darah jang tak dipedulikan dunia”. Menariknja teori2 
ini berkembang di luar negeri, tidak di Indonesia sendiri. Maklum ilmuwan dan 
sedjarawan Indonesia belum djuga bisa benar2 membebaskan diri dari kungkungan 
orde bau, seperti bisa dibatja pada dua alinea berikut.
      Pembunuhan massal kalangan sajap kiri Indonesia tidak pernah diakui dunia 
internasional sebagai genosida. Sedjarawan Australia Robert Cribb, sedjarawan 
Belanda Gerry van Klinken dan ilmuwan lain djustru mengakuinja, mereka berseru 
bahwa ada upaja2 sengadja untuk membasmi kelompok politik tertentu. PBB hanja 
mengakui genosida djika terdjadi kekerasan sistematis terhadap “kelompok2 
nasional, etnis, rasial dan penganu agama tertentu”.
       
      Bandjir darah jang tak dipedulikan duniaSedjarawan2 John Roosa, Robert 
Cribb dan Gerry van Klinken, adalah ilmuwan luar negeri jang melakukan 
penelitian kritis terhadap episode berdarah ini. Sebagian besar ilmuwan 
Indonesia tetap berpegang teguh pada pentjirian jang pernah dikemukakan oleh 
sedjarawan senior Taufik Abdullah. Bandjir darah itu adalah “konflik 
horisontal”, amukan spontan massa terhadap kalangan komunis jang memang 
dibentji. Walaupun pemerintahan Indonesia jang muntjul setelah djatuhnja harto 
sudah tidak lagi menerapkan pembatasan2 ketat terhadap keluarga PKI, tapi 
setjara luas orang masih berpendapat bahwa PKI itu adalah pihak djahat jang 
sebenarnja. Demikian harian sore NRC Handelsblad. 
      Lembaga penjiaran KRO-NRCV djuga tak mau ketinggalan. Melalui kanal dua 
(NPO2) gabungan organisasi penjiaran katolik dan kristen-protestan ini 
menurunkan laporan chusus tentang G30S, pada hari Djumat 1 Oktober 2015. 
Sebagai organisasi penjiaran agama mereka tertarik pada Joop Beek, rohaniwan 
katolik jang pegang peran besar pada zaman awal orde bau.
      Dokumenter sepandjang 50 menit ini berisi tajangan dari masa lampau 
maupun masa kini. Maklum, waktu itu wartawan KRO, Aad van den Heuvel, datang ke 
Djakarta untuk melaporkan situasi Indonesia menjusul G30S. Ketika berangkat, 
dia mengantongi nama Joop Beek dan melalui rohaniwan Ordo Jesuit ini Van den 
Heuvel bisa mewawantjarai banjak orang, termasuk harto jang mulai naik daun dan 
Bung Karno jang waktu itu mulai memudar kekuasaannja.
      Suatu sore kepada Beek, Van den Heuvel bertanja benerkah harto akan 
berpidato pada malam harinja. Itu dibenarkan, dan ketika ditanja apa isi pidato 
harto, Beek mendjawab belum tahu, karena pidato itu masih harus ditulisnja. 
Semula djawaban ini dikira gurauan belaka, tapi ketika Van den Heuvel mendapati 
bahwa harto bener2 membatjakan pidato jang ditulis Joop Beek, dia segera sadar 
betapa besar pengaruh rohaniwan Belanda ini. Daftar pertanjaan untuk 
mewawantjarai harto diserahkan kepada Beek, dan dalam wawantjara harto 
membatjakan djawaban jang ditulis sang pastur Jesuit.
       
      harto batja djawaban Joop Beek ketika diwawantjarai Aad van den 
HeuvelDalam dokumenter itu diperintji apa sadja pengaruh besar Joop Beek di 
Indonesia pada hari2 achir Presiden Sukarno. Beek menggalang demonstrasi 
besar2an para mahasiswa menuntut pengunduran diri sang Pemimpin Besar Revolusi. 
Sebelum berdemonrasi para pemimpin mahasiswa menemui Beek, untuk mendengar 
instruksinja. Ketika achirnja Sukarno mundur dan orde bau tegak, Joop Beeklah 
jang memikirkan pembentukan Golongan Karja. Setelah menjusun struktur partai, 
ditemuinja Harry Tjan Silalahi supaja mendekati harto. Sang orang kuwat 
setudju, maka lahirlah Golkar jang djelas merupakan anak rohani Joop Beek, 
rohaniwan katolik asal Belanda jang begitu berpengaruh. 
      Pengaruh itu baru berkurang ketika pembesar Ordo Jesuit di Roma turun 
tangan. Maklum tidak semua rohaniwan Jesuit setudju dengan pastor berpengaruh 
politik begitu besar. Salah satunja bernama Adolf Heuken, seorang pastur asal 
Djerman jang djuga bertugas di Djakarta. Baginja Beek sudah terlalu dekat 
dengen kekuasaan, kekuasaan orde bau jang ber-darah2 lagi! Menurut peraturan 
geredja katolik seorang pastur tidak boleh berpolitik praktis. Karena itu Adolf 
Heuken per-tama2 menghubungi Uskup Agung Djakarta untuk melaporkan peran Beek. 
Ketika Beek tidak memperdulikan atasan, Heuken menulis surat kepada pembesar 
Jesuit di Roma, minta supaja Beek diperingatkan. Pembesar Jesuit turun tangan, 
maka Joop Beek pindah rumah dan mendjauhkan diri dari orang kuwat orde bau.
      Selain dokumenter ini, organisasi penjiaran VPRO menajangkan dua 
dokumenter karja Joshua Oppenheimer tentang peran para algodjo pada pembantaian 
1965. Dua malam ber-turut2, tanggal 30 September dan 1 Oktober 2015, chalajak 
Belanda berkesempatan menonton The Act of Killing (Djagal) dan The Look of 
Silence (Senjap). Mendjelang siaran, berkala panduan atjara jang dikeluarkan 
VPRO mewawantjarai Saskia Wieringa, gurubesar antropologi Universiteit van 
Amsterdam jang meneliti pemusnahan Gerwani, organisasi perempuan onderbouw PKI. 
Pasalnja, Wieringa memimpin apa jang disebut IPT65, singkatan International 
People’s Tribunal jang, November mendatang di Den Haag, akan mengadili 
kedjahatan terhadap kemanusiaan Indonesia itu.
       
      Buku panduan atjara VPRORadio 1, pada pembukaan siaran pagi 1 Oktober, 
mewawantjarai Martijn Eickhoff, peneliti Belanda tentang 50 tahun G30S. 
Eickhoff per-tama2 mendjelaskan kenapa Indonesia tidak djuga berandjak dari 
versi orde bau terhadap G30S. Kemudian, sebagai penjelenggara, Eickhoff djuga 
membeberkan seminar jang pada hari itu diselenggarakan di Amsterdam. Seminar 
ini antara lain bertudjuan untuk menempatkan pembunuhan massal di Indonesia 
dalam kerangka genosida jang selama ini sudah dikenal orang. Bagaimanakah 
bandjir darah di Indonesia bisa tjotjok dalam kerangka penelitian genosida 
internasional? 
      Tak pelak lagi, pers Belanda (dan djuga pers internasional lain) punja 
sudut pandang lain mengenai bandjir darah 50 tahun lalu. Sudut pandang itu 
berpangkal dari pendirian bahwa pembunuhan anggota PKI dan orang2 jang diduga 
simpatisannja merupakan pelanggaran hak2 asasi manusia besar2an. Ketika Tembok 
Berlin sudah runtuh dan di Eropa Timur serta Uni Soviet komunisme sudah gulung 
tikar djelas akan djadi bahan ketawaan kalau sudut pandang perang dingin, jaitu 
perbenturkan ideologi, diulang2 lagi.
      Dapatkah chalajak ramai Indonesia berandjak dari adjaran orde bau jang 
sudah begitu lama mereka anut? Kapan Indonesia menjeruak tempurung jang 
mengungkunginja untuk setjara djudjur dan terbuka mengakui bahwa peristiwa 50 
tahun silam itu adalah pelanggaran hak2 asasi fantastis besar2an jang tidak 
pernah dikenal dalam sedjarahnja sendiri



      -- 
      You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"Grup Independen" group.
      To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an 
email to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
      To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
      To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/20160203002626.4857936.67733.5271%40gmail.com.
      For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

    -- 
    You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"Grup Independen" group.
    To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an 
email to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
    To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
    To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/66EAC91E-B9DA-413F-99C3-E124334DD643%40gmail.com.
    For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.




    -- 
    You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"Grup Independen" group.
    To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an 
email to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
    To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
    To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/1001822327.1501563.1454586260543.JavaMail.yahoo%40mail.yahoo.com.
    For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

    -- 
    Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google 
Grup.
    Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, 
kirim email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com.
    Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.



  -- 
  You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"Grup Independen" group.
  To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an 
email to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
  To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
  To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/CAJKLYGaAncV2po29oNEo1M2yPOPb8vA8MZqt3sXoL3dLux7dYw%40mail.gmail.com.
  For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.


  -- 
  You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"Grup Independen" group.
  To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an 
email to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
  To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
  To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/20160205230413.5394516.44131.5227%40kartohadiprodjo.or.id.
  For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.


-- 
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "Grup 
Independen" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/CAJKLYGbxh4UXpr23Yw9M5jHOFggtseHyqfOfk_mdugpJK-Reaw%40mail.gmail.com.
For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke