Sekali lagi, Silaturahmi membawa rezeki


Masih ingat cerita saya waktu hunting bahan baku ke Bandung beberapa bulan 
lalu? Waktu itu saya harus berulang kali ke Bandung untuk mendapatkan bahan 
baku produksi. Sampai nginap segala. Kalau pun dapat, itu pun sudah sisa 
pilihan perusahaan lain yang lebih besar. Maklum, kita ini perusahaan kecil dan 
masih baru. Jadi, belum diprioritaskan, meskipun kita bawa uang kontan.

Alhasil, rasio antara berhasil dan gagalnya, lebih banyak gagalnya. Misalnya, 
dari 4 bahan yang saya pesan, akhirnya cuma dapat 1. Alasannya, karena bahan 
itu sudah dilepas ke perusahaan yang lebih besar. Gagalkah perjalanan saya 
berhari-hari di Bandung itu? Tidak, itu pembelajaran berharga buat saya. Next 
time will be better.

Nah, kemarin waktu silaturahmi hari raya, kami berkunjung ke rumah famili di 
daerah Ciledug sana. Meskipun hubungan keluarga cukup dekat, dalam 3 tahun ini 
saya baru berkunjung kedua kalinya ke sana. Begitulah. Alasannya kesibukan. 
Klise sih.

Singkat cerita, kami saling bercerita keadaan masing-masing, termasuk bisnis. 
Ternyata cerita kami ada yang "nyangkut". Lawan bicara saya ini - saya 
panggilnya paman juga - ternyata paham benar seluk beluk bahan baku tekstil, 
meskipun sekarang sudah tidak aktif lagi. Setahu saya core businessnya bukan di 
bahan, tapi pakaian anak.

Saya sebutkan beberapa jenis bahan yang saya cari dan harganya. Ternyata paman 
ini paham betul dan tahu harga pasarannya. Bahkan dia mengatakan bahwa harga 
beli saya itu kemahalan. Dia bisa membantu saya mendapatkan harga yang jauh 
lebih murah sampai Rp. 4.000-an per yard-nya. Bayangkan, saya biasa beli bahan 
minimal 300 - 1.000 yard per model. Bisa hemat Rp. 1.200.000 sampai Rp. 
4.000.000! Wah.

Jadi, paman ini kenal beberapa sales freelance yang istilahnya tukang kantaw. 
Mereka ini bisa disuruh mencari bahan apa saja yang kita inginkan. Mereka akan 
keliling-keliling ke pabrik-pabrik di mana bahan itu berada. Nanti dia kita 
beri komisi sekian persen dari nilai pembelian tersebut. 

Saya sering mendapatkan informasi peluang bisnis dalam moment-moment 
silaturahmi seperti ini. Kita sebenarnya bertemu tanpa tujuan bisnis. 
Pembicaraan mengalir begitu saja. Lama-lama ada aja yang nyangkut di bisnis. 
Pengalaman ini nggak sekali dua kali saya alami. Berkali-kali. Padahal, kalau 
silaturahmi itu disengaja untuk tujuan bisnis, malah nggak dapat.

Saya ingat, - entah ayat atau hadist - mengatakan Allah merahmati orang yang 
bersilaturahmi. Katanya, orang yang gemar bersilaturahmi itu rezekinya akan 
ditambah, umurnya akan dipanjangkan. Di tabloid Peluang Usaha terakhir saya 
baca ada orang sukses karena kegemarannya bersilaturahmi itu. 

Sebenarnya silaturahmi itu sama dengan networking. Networking kedengarannya 
lebih keren. Tapi saya lebih suka istilah silaturahmi, soalnya saya nggak 
pernah denger orang yang gemar networking itu dirahmati Allah. He he he. 
Networking itu kesannya terlalu bisnis minded. Kadang-kadang manipulatif. Saya 
lebih sreg dengan istilah silaturahmi. Plong, tanpa embel-embel maksud 
tersembunyi. Silaturahmi membawa rezeki. Itu benar adanya. 

 

Roni Yuzirman


Kirim email ke