http://www.republika.co.id/berita/43196/PKS_Optimistis_Raih_73_Kursi_DPR
PKS Optimistis Raih 73 Kursi DPR By Republika Newsroom Jumat, 10 April 2009 pukul 16:29:00 JAKARTA-Partai Keadilan Sejahtera (PKS) optimistis meraih 73 kursi di DPR atau naik sebesar 28 kursi (62,3 persen) dibandingkan jumlah kursi PKS di DPR saat ini, yaitu 45 kursi. Penghitungan raihan kursi tersebut didapat dari hasil penghitungan suara dengan metode hitung cepat (//quick count//) yang dilakukan DPP PKS. Berdasarkan penghitungan suara di 6.025 TPS dari tujuh ribu TPS sampel, PKS menyimpulkan, suara mereka berada pada level 11 persen sampai 13 persen. Sekretaris Jenderal DPP PKS, Anis Matta, menjelaskan, setelah membandingkan hasil hitung cepat dengan hasil hitung tepat (//real count//) yang dilakukan partainya, PKS sukses mendongkrak jumlah perwakilan mereka di parlemen pusat. "Dari perbandingan ini bisa diprediksikan kursi PKS di DPR menjadi 73 kursi, naik sekitar 62,5 persen dibandingkan dengan kursi PKS saat ini," ujar Anis saat menggelar konferensi pers di kantor DPP PKS, Jakarta, Jumat (10/4). Rinciannya, lanjut Anis, dari daerah pemilihan Sumatera Bagian Utara 10 kursi, Sumatera Bagian Selatan enam kursi, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat 24 kursi, DIY Yogyakarta dan Jawa Tengah 10 kursi, Jawa Timur dan Bali enam kursi, Nusa Tenggara satu kursi, Kalimantan lima kursi, Sulawesi delapan kursi, serta Indonesia Bagian Timur tiga kursi. "Bahkan potensinya bisa lebih besar karena untuk Nusa Tenggara dan Sulawesi ada kans bertambah satu sampai dua kursi," papar Anis. Dikatakan, hitungan 73 kursi di DPR dilakukan setelah mengkonversikan hasil raihan suara dengan alokasi kursi di masing-masing daerah pemilihan. Menurut Anis, sukses PKS menambah kursi di DPR tak lain lantaran perubahan strategi dengan melakukan pemerataan sebaran caleg PKS di tiap dapil. Perubahan strategi yang dimaksud Anis yaitu dengan mengirimkan para elit PKS ke dapil-dapil di daerah dan tidak terkonsentrasi di kantung-kantung suara PKS. "Terbukti PKS bisa unggul atas Demokrat di tiga tempat, yaitu Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku," ucap Anis. Anis menambahkan, kendati posisi PKS tetap berada pada posisi keempat partai pemenang pemilu di bawah Partai Demokrat, Partai Golkar (PG), dan PDIP, namun secara kuantitas kursi PKS di parlemen sedikit lebih tinggi dibandingkan persentase hasil hitung cepat. "Sama dengan Golkar." Dia menjelaskan, raihan kursi DPR PKS dan PG lebih tinggi karena suara kedua partai ini cukup merata di tiap daerah pemilihan. "Suara PKS dan Golkar cukup merata di daerah murah, sedangkan Demokrat dan PDIP cenderung berada di daerah mahal." Dengan kata lain, kata Anis, walaupun PD mampu mendapatkan dukungan suara menembus angka 20 persen, namun belum tentu kursi yang didapat PD memiliki persentase yang sama. Begitu pun dengan PDIP. "Sedangkan Golkar mendapat sekitar 100 kursi atau sama dengan 17 persen, lebih tinggi dari raihan suara mereka yang ada pada kisaran 15-16 persen," tandas Anis.- ade/ahi =============================================== Suryama: Soliditas Kader Mentahkan 'Gempuran' Demokrat Ahad, 12 April 2009 21:42 warnaislam.com - "Bagian terpenting (dalam Pemilu ini) adalah penghargaan atas kerja keras kader, simpatisan dan jaringan struktur partai, dan (kita) bersyukur atas pertolongan Allah," imbuh Suryama. Mengapa perolehan PKS nampak 'stabil' pada kisaran 7-8% pada pemilu legislatif 2009? Ada beberapa analisis yang layak dipertimbangkan sebagai jawaban sementara. Demikian dikatakan Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS Suryama M. Sastra kepada warnaislam, Ahad (12/4). Dipaparkan politisi PKS itu bahwa hampir semua partai suaranya berpindah ke Partai Demokrat dalam jumlah yang sangat berarti, kecuali PKS yang masih mampu memelihara posisinya seperti Pemilu 2004. Oleh karena itu Suryama merasa bersyukur atas perolehan suara PKS pada Pemilu 2009 ini. "Kita wajib mensyukuri pertolongan Allah yang memudahkan kerja dakwah di arena yang bergetah itu," ujar dia. Lebih jauh Suryama menjelaskan, kemampuan Partai Demokrat menyedot suara-suara dari PDIP dan Golkar memperlihatkan keampuhan uang, yakni melalui turunnya harga BBM, pembagian BLT pada saat yang tepat, dan pengurangan pajak bagi kelas menengah ke bawah serta dipadukan dengan ketokohan SBY dan manajemen komunikasi massa yang efektif mengenai kinerja pemerintahannya sebagai 'pelayan rakyat'. Mantan orang pertama di Bahumas DPP PKS itu menilai bahwa kemampuan PKS menjaga posisi suaranya memperlihatkan betapa efektifnya kerja kader, simpatisan dan soliditas jaringan struktur partai, walaupun kemampuan pembiayaannya sangat terbatas. "Bagian terpenting (dalam Pemilu ini) adalah penghargaan atas kerja keras kader, simpatisan dan jaringan struktur partai, dan (kita) bersyukur atas pertolongan Allah," imbuh Suryama. Suryama juga mencurigai masih bergetanyangannya maling-maling yang berupaya memanipulasi hasil suara. "Demikian pula (masalah) soal aneka ragam money politics, manipulasi rekap dan perpindahan saling-silang dari dan ke PKS yang memerlukan rincian lebih utuh," pungkas dia.