Meraih Kesempurnaan Ramadhan dengan I'tikaf
Rabu, 9 September 2009 14:39:52 
 
Allah SWT memberikan balasan atas sebuah amal ibadah secara berlipat ganda pada 
bulan Ramadhan. Alangkah ruginya kita jika Ramadhan berlalu begitu saja tanpa 
adanya ibadah yang kita lakukan. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk 
memperoleh keutamaan ibadah di bulan suci Ramadhan,  salah satunya adalah 
dengan i'tikaf.

Secara bahasa, i'tikaf berarti al-ihtibas (tertahan) dan al-muqam (menetap), 
yaitu menahan diri dari pada sesuatu, atau menetap di suatu tempat walaupun 
hanya sekejap. Sedangkan menurut istilah syara', i'tikaf dapat diartikan dengan 
menetap dan tinggal di dalam masjid dengan tujuan beribadah dan mendekatkan 
diri kepada Allah SWT.

Hukum asal i'tikaf adalah sunnah dilaksanakan pada tiap-tiap waktu, terlebih 
jika dilakukan pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Hukum dan dalil 
disyariatkannya i'tikaf adalah firman Allah SWT, Dan telah Kami perintahkan 
kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang 
thawaf, yang i'tikaf, yang ruku', dan yang sujud". (QS. Al-Baqarah [2]: 125)

Diriwayatkan dari Aisyah ra, dia berkata: Adalah Rasulullah bersungguh-sungguh 
beribadah pada malam yang akhir (dari bulan Ramadhan), tidak seperti apa yang 
beliau lakukan pada hari-hari yang lainnya. (HR. Muslim). Dalam hadits yang 
lain Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa turut beri'tikaf bersamaku, 
hendaklah ia beri'tikaf pada sepuluh hari yang terakhir. (HR. Malik)

Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan bahwa tujuan i'tikaf yang sesungguhnya 
ialah mengalihkan hati dari segala sesuatu selain Allah, dan agar hati dapat 
merasakan kedekatan dengan-Nya, sehingga terjadilah hubungan ruhaniah yang kuat 
dengan Sang Pencipta. Dengan demikian, hubungan antara seorang hamba dengan 
dunia akan terputus sehingga Allah berkenan memandang dirinya. Seluruh pikiran, 
keinginan, cinta, dan pengabdian hanyalah terpusat kepada Allah semata. 
Hasilnya, terciptalah hubungan yang kuat dengan Allah, sebuah cinta dan 
hubungan yang akan menjadi satu-satunya penolong ketika berada seorang diri di 
dalam kubur.

Rasulullah SAW menganjurkan untuk melakukan i'tikaf dalam rangka perenungan dan 
penyucian jiwa. Masjid merupakan tempat yang suci. Berbagai aktivitas kebajikan 
bermula dari masjid. Di masjid pula, seseorang diharapkan untuk senantiasa 
merenung tentang keadaan diri dan masyarakat sekitarnya, serta menghindari diri 
dari tipu daya dunia yang semakin menyesakkan jiwa dan pikiran.

Selama bulan suci Ramadhan, Rasulullah senantiasa dalam keadaan beribadah, 
terlebih pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Hal ini mengisyaratkan kepada 
kita, bahwa beribadah (terutama i'tikaf) pada sasat-saat itu mengandung pahala 
yang tak terhitung banyaknya. Beliau pernah bersabda, Barangsiapa beri'tikaf 
sehari kerena mengharap keridhaan Allâh, maka Allah akan menjauhkan antara 
dirinya dengan neraka sejauh tiga parit, yang mana jarak antara dua parit sama 
dengan jarak antara langit dan bumi. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Diriwayatkan pula dalam Kasyf Al-Ghummah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Siapa 
saja yang beri'tikaf selama sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan, maka 
baginya pahala dua kali haji dan umrah. Siapa saja yang mengerjakan i'tikaf 
mulai dari Maghrib sampai dengan 'Isya', dan tidak melakukan sesuatu apa pun 
kecuali shalat serta tilawah Al-Qur'an, maka Allah akan membangunkan baginya 
sebuah istana di surga.

Dengan demikian, i'tikaf yang dilakukan dengan benar dan semata-mata karena 
Allah, niscaya akan menjadi amal ibadah yang paling utama di antara beberapa 
amal lainnya. Tidak seorang pun yang dapat menghitung berapa besar keutamaan 
dan keuntungan yang terdapat di dalam i'tikaf.

Sungguh, betapa besar karunia Allah yang dicurahkan kepada hamba-hamba-Nya yang 
beriman dan bertakwa. Betapapun manusia mencoba untuk menghitungnya, niscaya 
mereka tidak akan pernah mampu untuk menemukan jumlah bilangannya. 
Mudah-mudahan ibadah Ramadhan dan i'tikaf yang kita lakukan semata-mata karena 
Allah akan menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang bertakwa.Wallahu a'lam. 
(Baihaqi Nu'man)

 

Kirim email ke