----- Original Message -----
From: binkudd...@gmail.com

Sent: Monday, March 22, 2010 9:07 AM


Oleh Ustadz Zainal Abidin, Lc. hafizhahullah

Pahala Mencari Nafkah

Para pengusaha muslim harus memiliki dedikasi yang tinggi dalam
mengembangkan usahanya, bersemangat memerangi kemalasan, mengenali medan
usaha, tidak berputus asa dalam menghadapi kendala dan hambatan dalam
berusaha sehingga menjadi pengusaha yang tangguh, mandiri dan mampu
memberantas kemiskinan.  Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
“Tidak ada makanan yang dimakan seseorang yang lebih baik dari makanan yang
merupakan usaha tangannya sendiri, karena Nabi Allah, Daud, makan dari hasil
usaha tangannya sendiri.”(1)

Islam sangat membenci pemalas yang menjadi beban orang dan pengemis yang
menjual harga diri dengan meminta-minta belas kasihan orang sebagaimana yang
ditegaskan dalam sebuah hadits dari Abdullah Ibnu Umar radhiyallohu’anhu
bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Tidaklah sikap
meminta-minta terdapat pada diri seseorang di antara kalian kecuali ia
bertemu dengan Allah  sementara di wajahnya tidak ada secuil dagingpun.(2)

Abu Qasim Al Khatly bertanya kepada Imam Ahmad: Apa komentar anda terhadap
orang yang hanya berdiam di rumah atau di sebuah masjid lalu berkata aku
tidak perlu bekerja karena rizkiku tidak akan lari dan pasti datang? Maka
beliau menjawab:  Orang tersebut bodoh terhadap ilmu, apakah tidak
mendengarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam: Allah menjadikan
rizkiku di bawah kilatan pedang (jihad). (3)

Sahl bin Abdullah At Tustary berkata: Barangsiapa yang merusak tawakkal
berarti telah merusak pilar keimanan dan siapa yang merusak pekerjaan
berarti telah membuat kerusakan dalam sunnah. (4)

Allah subhanahu wata’ala tidak melarang para hamba-Nya berusaha, bahkan
Allah mencintai segala bentuk usaha asalkan sesuai dengan kaidah dan prinsip
agama, maka tidak ada alasan untuk mencela jalur-jalur usaha yang halal,
tetapi yang tercela adalah usaha yang haram atau melalaikan ibadah kepada
Allah. Bahkan Allah akan memberi ampunan kepada orang yang kelelahan karena
mencari nafkah dan gigih bekerja sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasalam: Barangsiapa yang bermalam badannya lelah karena pekerjaannya, maka
bermalam dalam keadaan terampuni dosanya. (5)

Wahai saudaraku, saya sengaja memaparkan beberapa atsar dari para ulama yang
mulia untuk menepis anggapan sebagian orang bodoh bahwa mencari nafkah
dengan cara yang benar agar hidup mandiri dan tidak menjadi beban orang lain
merupakan cinta dunia yang menodai sikap kezuhudan. Padahal tidaklah
demikian bahkan Abu Darda’ berkata: Termasuk tanda kefahaman seseorang
terhadap agamanya, adalah adanya kemauan untuk mengurusi nafkah rumah
tangganya.(6)

Pengusaha Muslim Harus Bangkit

Krisis global yang melanda sebagian pengusaha sekarang ini jangan mematahkan
semangat para pengusaha muslim untuk mengembangkan usahanya, justru keadaan
ini digunakan untuk mengoreksi apa yang menjadi sebab terjadinya krisis
ekonomi. Jangan bersikap seperti orang-orang kafir, berputus asa dengan
melampiaskannya ke diskotik, menenggak khamer atau bahkan tidak sedikit yang
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.  Seorang Muslim dalam menghadapi
setiap krisis, hendaknya menyadari bahwa kehidupan adalah sebuah realita
yang harus dihadapi dengan bekal kesungguhan, ilmu, ketawakalan dan menjauhi
sifat pengecut serta pandai mengolah kelemahan menjadi sebuah kekuatan.

Situasi krisis harus menjadi cambuk bagi para pengusaha muslim untuk bangkit
mencari peluang bisnis dan membuka kran rizki yang mampet. Karena pengusaha
muslim dituntut menjadi teladan paripurna, termasuk semangatnya dalam
mengais rizki dan membuka lapangan kerja yang halal. Abdurrahman bin Auf
radhiyallohu’anhu ketika datang di Madinah dengan segala keterbatasan dan
kehidupan yang serba susah, karena konsekwensi hijrah, beliau harus
meninggalkan seluruh hartanya di Makkah. Pada kondisi seperti itu beliau
mendapat tawaran bantuan namun beliau mengatakan “Tunjukkan kepadaku di mana
pasar Madinah”. Dalam waktu yang tidak begitu lama beliau sudah mampu hidup
mandiri dan menikah dari hasil usahanya.

Kesibukan para utusan Allah subhanahu wata’ala dan para ulama salaf, dalam
mencari ilmu dan berda’wah tidak melalaikan mereka mengais rizki yang halal
untuk menafkahi keluarganya. Maka, para pengusaha muslim harus bisa
meneladani mereka, kesibukannya dalam berusaha jangan membuatnya lalai
menuntut ilmu atau alasan menuntut ilmu membuatnya malas untuk mencari
nafkah.

Apapun bentuk usaha seorang muslim asalkan halal dan diperoleh dengan cara
yang benar harus ditekuni dan dijalani dengan sungguh-sungguh dan penuh suka
cita, hilangkan perasaan rendah diri, malu atau gengsi dengan profesi yang
dijalaninya karena mungkin  dianggap oleh kebanyakan orang sebagai bentuk
profesi hina dan tidak bermartabat, sementara mulia dan tidaknya sebuah
usaha atau profesi tidak bergantung pada bergengsi atau tidaknya di
pandangan manusia seperti bekerja di perusahan asing ternama atau jabatan
kelas tinggi atau bekerja ditempat yang basah duitnya, namun kemuliaan
sebuah usaha sangat ditentukan oleh kehalalan dan benarnya jenis usaha
dihadapan Allah serta terpuji dipandangan syariat islam.

Para nabi dan rasul telah memberikan contoh kepada kita dalam berusaha dan
berkarya untuk menopang kelangsungan dakwah dan tersebarnya risalah, nabi
Zakaria menjadi tukang kayu, nabi Idris menjahit pakaian dan nabi Daud
membuat baju perang, sehingga bekerja untuk bisa hidup mandiri merupakan
sunnah para utusan Allah subhanahu wata’ala dan berusaha untuk mencari
nafkah baik dengan berniaga, bertani atau berternak tidak dianggap
menjatuhkan martabat dan tidak bertentangan dengan sikap tawakkal.(7)

Begitu pula para ulama salaf mereka tergolong orang-orang yang rajin bekerja
dan ulet dalam berusaha, tapi mereka juga gigih dan tangguh dalam menuntut
ilmu dan menyebarkan agama. Tidak mengapa seorang bekerja di bidang dakwah
dan urusan kaum muslimlin lalu mendapat imbalan dari pekerjaan tersebut
karena Umar bin Khaththab radhiyallohu’anhu ketika menjadi Khalifah
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya dari baitul mal.(8)

Perlu diketahui bahwa kualitas seseorang sangat tergantung pada
keberhasilannya, daya tariknya untuk memberi manfaat orang lain, hasil
pekerjaannya, dan martabatnya di hadapan Allah dan hamba-Nya, maka seorang
pengusaha muslim harus hidup berkecukupan agar menuntut ilmu menjadi mudah,
beribadah menjadi lancar, bersosialisasi menjadi gampang, bergaul semakin
indah, berdakwah semakin sukses, berumah tangga semakin stabil dan beramal
shalih semakin tangguh.

Footnote:
1. Shahih diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya (2072) dan Imam
al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, 8/ 6
2. H.R Bukhari,  Muslim dan Nasa’i dalam sunannya.
3. Talbisul Iblis, Ibnul Jauzi, Hal: 302.
4. Talbisul Iblis, Ibnul Jauzi, Hal: 299.
5. LIhat fathul Bari, 4/353.
6. Diriwayatkan Ibnu Abu Dunya dalam Ishlahul Mal  Hal:223, Ibnu Abu Syaibah
(34606) dan Al Baihaqi dalam As Syuab (2/365)
7. Lihat Fathul Bary, Juz 4. / l 358 dan Al Minhaj Syarah Sahih Muslim Juz,
15/ 133.
8. Lihat Fathul Bary, 4 / 357.



------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -

Rasulullah SAW bersabda, Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, 
seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.
(Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu) (HR. Bukhari)

Kirim email ke