From: "T[O]M[O]N[E]" <[EMAIL PROTECTED]>

Mengangkat Raja Pilihan Tuhan
Oleh PDT. EM. BUDHIADI HENOCH

Maka hanyalah raja yang dipilih Tuhan, Allahmu, yang harus kauangkat atasmu (Ulangan 
17:15 a)

TIDAK mudah orang menjatuhkan pilihan-pilihannya. Sering orang harus mempertimbang 
kannya dengan cermat, agar tidak salah pilih. Orang juga perlu berhati-hati dan 
mencari keterangan tentang sesuatu atau seseorang sebelum menjatuhkan pilihannya, 
karena memang orang tak mau rugi. Bahkan muncul pemeo, agar orang tidak "membeli 
kucing dalam karung".

Hal ini nyata dalam praktik kehidupan sehari-hari. Jika para ibu pergi ke pasar, 
mereka berhati-hati dalam memilih sayur atau bahan masakan yang lain sebelum mereka 
membeli. Para siswa lulusan SMA memilih jurusan yang sesuai dengan cita-cita mereka 
masing-masing, supaya jangan sampai masuk keluar perguruan tinggi seperti "kereta api 
yang sedang langsir", pasti menghabiskan biaya, waktu, kesempatan dan tenaga. 

Jejaka atau gadis dengan hati-hati menentukan calon pasangannya, agar kelak 
pernikahannya berbahagia dan tidak kandas di tengah jalan. Begitu seterusnya. 
Prinsipnya, memilih tak boleh sembarangan, mengingat langkah itu akan menentukan 
perkara-perkara yang amat penting dalam kehidupan di bidangnya masing-masing, baik 
kehidupan pribadi, karier, kebahagiaan hidup, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menjelang hari H, 5 Juli 2004, saat kita mengambil bagian dalam pemilu presiden dan 
wakil presiden, kita pun harus mempertimbangkan secara cermat saat kita hendak 
menjatuhkan pilihan kita kepada salah satu pasangan dari lima pasangan calon. Tentu 
tak mudah kita menjatuhkan pilihan tersebut, mengingat kelima pasangan itu adalah 
pasangan calon presiden dan wakil presiden yang baik-baik, karena jika tidak baik, 
masakan diajukan oleh partai-partai kepada rakyat untuk dipilih. 

Bagaimana pesan firman Tuhan mengenai hal tersebut? Penggalan ayat di atas 
mengemukakan pesan bagi kita. Kendati sebutannya adalah "raja", hendaknya kita samakan 
sebagai pemimpin tertinggi dalam kehidupan sebuah negara pada umumnya.

Penggalan ayat tersebut mengemukakan syarat-syarat apa yang perlu ada dalam diri 
seorang calon raja, agar ia dapat memimpin bangsa dan negara dengan baik. Inilah yang 
antara lain dikemukakan, ia bersandar kepada Tuhan dan tidak bersandar kepada kuda, 
karena kuda adalah simbol kekuasaan pada zaman dahulu ia tidak mengumbar praktik 
seksual, agar tidak mengalihkan perhatiannya dari tugas resmi pemerintahannya; ia 
tidak mengutamakan emas dan perak yakni harta benda duniawi sebagai pusat 
perhatiannya; ia membacakan kitab Taurat, agar selalu belajar takut kepada Tuhan; ia 
melakukan isi hukum Tuhan dan ketetapan-Nya tanpa membelokkan atau memanipulasinya; ia 
tidak tinggi hati, sebaliknya memiliki hati yang rendah untuk melayani, agar dengan 
demikian ia menggenapi kata pepatah "raja alim raja disembah, raja lalim raja 
disanggah". 

Begitulah syarat-syarat itu kita jumpai dalam ayat-ayat lanjutannya (Ulangan 
17:16-20). Jika ada calon pemimpin bangsa yang memenuhi syarat-syarat tersebut, ia pun 
tidak menyimpang dari perintah Tuhan, sehingga ia akan lama dan awet dalam memerintah 
bangsanya. Ia akan diterima oleh rakyatnya dengan hati terbuka. Ia dicintai oleh 
rakyatnya dan tidak didemo untuk dijatuhkan. Rakyat justru menangis saat ia lengser 
dan bukan sebaliknya bersorak kegirangan. 

Nyata, bahwa kebesaran seorang pemimpin tidak berada pada saat pelantikannya, 
melainkan setelah sekian tahun memerintah dengan hasil yang baik saat masa tugasnya 
telah selesai. Mudah-mudahan mereka yang mencalonkan diri sebagai pemimpin bangsa 
berpikir demikian, sehingga mereka selalu bersedia mawas diri dan menerima kritik dari 
siapa pun. Sayangnya untuk perkara yang satu ini, sering para pemimpin tak siap, 
karena mereka menganggap diri telah sempurna, pada hal penuh dengan bopeng dan koreng.

Berkaitan dengan pemilihan calon pemimpin bangsa, Tuhan pun memprosesnya lewat pilihan 
oleh segenap rakyat. Karenanya kita mengenal pepatah vox populi vox Dei (suara rakyat 
suara Tuhan), yang kita pahami, bahwa Tuhan menggerakkan hati rakyat untuk menjatuhkan 
pilihannya masing-masing dan berdasarkan suara terbanyak Tuhan mengizinkan ia atau 
mereka untuk menjadi pemimpin bangsa. Berdasarkan proses yang kita harapkan 
berlangsung secara jujur dan benar itu, seluruh bangsa diminta untuk menghormati hasil 
akhir dan jangan menggugatnya dengan pelbagai macam alasan. 

Dengan demikian ia atau mereka memikul tanggung jawab tak hanya dari rakyat melainkan 
juga dari Tuhan. Itulah makna dipercaya oleh rakyat dan oleh Tuhan. Kendati demikian, 
ia atau mereka tetap saja tak boleh bersikap "kalau sudah duduk lupa berdiri" 
mengingat jabatan itu senantiasa ada dalam pengawasan. 

Ia harus waspada terhadap godaan untuk bertindak sewenang-wenang, misalnya menindas 
atau membodohi rakyat, sebab tak mustahil di tengah jalan ia atau mereka dapat saja 
diturunkan dari jabatannya yakni saat ia disanggah oleh rakyat. Atau jika rakyat tak 
berdaya menyanggahnya, Tuhan yang akan bertindak pada waktunya yang tepat dengan 
cara-cara-Nya yang tak terduga. Sejarah bangsa-bangsa mencatat kesemuanya itu, 
sehingga setiap pemimpin hendaknya dengan rendah hati mau belajar dari sejarah 
kejatuhan para pemimpin bangsa di dunia.

Hari-hari ini kita dituntut untuk rajin mengikuti kampanye pasangan para calon 
presiden dan wakil presiden. Kita perlu mendengar janji-janji mereka yang serbamuluk 
dan merekam atau mencatatnya dalam ingatan kita masing-masing, agar kelak kita dapat 
menagih janji-janji tersebut saat mereka terpilih. Kendati menjadi hak kita, hendaknya 
kita tidak masuk dalam kategori golput alias tidak ikut memilih dengan pelbagai alasan 
pribadi kita, karena dengan demikian sesungguhnya kita membodohi diri kita sendiri dan 
jangan menyesal jika orang-orang lainlah yang menentukan para pemimpin kita. 

Untuk menjaga kepastian, bahwa kita tidak salah pilih, kiranya kita bawa permasalahan 
kita sebagai bagian dari bangsa kita dalam doa kita kepada Tuhan. Kita memohon hikmat 
dari Tuhan, lantas kita berangkat ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) dengan hati mantap, 
lalu menjatuhkan pilihan kita, sehingga kita pun ikut mengangkat pemimpin kita untuk 
jangka waktu lima tahun ke depan. 

Tentu kita tetap harus mengiringinya dengan doa, semoga para pemimpin terpilih ini 
kelak benar-benar mampu mengantar bangsa dalam kehidupan yang damai dan sejahtera, 
adil dan makmur, terhormat dan disegani dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia, bahkan 
pada akhirnya bangsa kita pun ikut serta dalam proses membangun dunia menuju ke arah 
persaudaraan umat manusia. Bukankah cita-cita semacam ini yang selalu kita dambakan? 
Amin.***

 




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/IYOolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
     Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM -
Daftar : [EMAIL PROTECTED]
Keluar : [EMAIL PROTECTED]
Posting: [EMAIL PROTECTED]

Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED]
WebSite: http://jnm.clear-net.com (Webmaster wanted!)
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
     http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
     [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
     http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke