MUTIARA DI BALIK PENGALAMAN PAHIT
   
  oleh: Pdt. Manati Immanuel Zega, S.Th.
  (Pendeta di Gereja Utusan Pentakosta di Indonesia–GUPdI Pasar Legi, Solo)
   
   
   
   
  Nats: Kejadian 39:1-23
   
   
   
   
  Perjalanan hidup manusia merupakan sebuah misteri. Misteri yang saya 
maksudkan, bukanlah seperti yang kita saksikan akhir-akhir ini di media TV, 
yakni sesuatu yang horor, menakutkan dan membahayakan. Misteri yang dimaksud 
adalah sesuatu yang rahasia, belum kita tahu persis apa yang bakal terjadi di 
hadapan kita. Setengah jam mendatang, kita tidak tahu dengan tepat apa yang 
akan melanda hidup kita.
   
  Dalam menjalani hidup yang misteri ini, seringkali kita mendapatkan berbagai 
pengalaman. Pengalaman tersebut bisa berupa pengalaman pahit, atau bisa juga 
pengalaman manis dan menyenangkan. Berbicara mengenai pengalaman, maka harapan 
kebanyakan orang adalah mendapatkan pengalaman manis dan menyenangkan. Tidak 
ada orang yang merindukan pengalaman-pengalaman pahit. Mengapa? Karena pada 
dasarnya, orang lebih suka yang menyenangkan daripada yang pahit. 
   
  Atau, hal lain banyak orang Kristen yang salah mengerti, karena pikirnya 
pengalaman-pengalaman pahit, disebabkan Tuhan tidak mengasihinya atau Tuhan 
telah jauh dari hidupnya. Oleh karenanya, kalau bisa pengalaman pahit ditolak 
dan tidak usah terjadi dalam hidup ini.
   
  Tetapi sebagai anak Tuhan, sebagai orang percaya, pertanyaan yang harus kita 
gumulkan adalah apakah semua pengalaman pahit merupakan indikasi bahwa Tuhan 
tidak menyertai umat-Nya? Apakah benar bahwa pengalaman pahit merupakan sesuatu 
yang sangat negatif sehingga kita harus menolaknya?
   
  Dari pembacaan Firman Tuhan tersebut di atas, marilah kita belajar bahwa 
pengalaman-pengalaman hidup yang pahit sesungguhnya ada manfaatnya agar kita 
dapat mengenal dengan lebih baik Tuhan yang kita ikuti.
   
  Dalam perjalanan hidupnya, Yusuf diizinkan Tuhan untuk mengalami berbagai 
pengalaman pahit, pengalaman yang secara manusiawi tidak menyenangkan atau 
tidak disukai. Pengalaman apa itu?
  ·       Pengalaman ditolak oleh saudara sendiri. 
  Alkitab memberikan informasi bahwa ketika Yusuf berusia 17 tahun, dia bersama 
saudara-saudaranya menggembalakan domba. Ketika mereka menggembalakan domba, 
Yusuf menyaksikan saudara-saudaranya melakukan kejahatan. Lalu, sebagai seorang 
yang mengasihi Tuhan dan saudara-saudaranya, Yusuf memberitahukan kejahatan 
tersebut kepada ayahnya, dengan harapan mereka tidak terlalu jauh masuk ke 
dalam kejahatan-kejahatan berikutnya. Bagaimana respon saudara-saudaranya? 
Apakah mereka terima dengan senyum dan berkata: “terima kasih ya.” Alkitab 
memberitahukan, mereka justru sangat membenci Yusuf. (Kej. 37:2)
   
  ·       Pengalaman tidak disapa dengan ramah oleh saudara sendiri. 
  Mengapa? Karena kasih sayang ayahnya lebih besar kepada Yusuf dibandingkan 
dengan saudara-saudaranya yang lain. Akibatnya, Yusuf semakin dibenci. (Kej. 
37:4)
   
  ·       Pengalaman dianggap sebagai pembual. 
  Hal ini, disebabkan adanya mimpi. Dalam mimpi pertamanya, Yusuf menceritakan 
demikian: “sementara kita di ladang sedang mengikat berkas-berkas gandum, lalu 
bangkitlah berkasku dan berdiri tegak, lalu berkas-berkasmu datang dan sujud 
menyembah pada berkasku.” (Kej. 37:7). Akhirnya, mereka marah lagi kepada-Nya. 
Dalam mimpinya yang kedua, Yusuf menceritakan, tampak matahari, bulan dan 
sebelas bintang sujud menyembah kepadaku. Lalu, saudara-saudaranya iri hati 
kepadanya. Bahkan ayahnya sendiri marah dengan mimpi itu. Ayahnya berkata: 
“bagaimana mungkin aku dan ibu serta sudara-saudaramu menyembah kepadamu sampai 
ke tanah?” (Kej. 37:9-10)
   
  ·       Pengalaman dijual kepada pedagang Midian-orang Ismail. 
  Kebencian yang sudah ditumpuk sekian lama akhirnya memuncak. 
Saudara-saudaranya memutuskan untuk memasukkannya ke sumur kosong dan dijual 
kepada pedagang Midian.
   
  ·       Pengalaman dijual dengan berpindah tangan. 
  Orang Midian – orang Ismael yang membeli Yusuf, menjualnya kembali kepada 
pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja.
   
  ·       Pengalaman menjadi narapidana. 
  Istri tuannya, Potifar menuduhnya telah melakukan pemerkosaan atas dirinya. 
Karena itu, dia harus dimasukkan penjara. (Kej. 39:20)
   
  Saudara-saudara, kalau dilihat sepintas, mungkin kita akan berkomentar bahwa 
Yusuf adalah orang yang telah ditinggalkan oleh Tuhan. Mengapa? Karena sebagian 
orang – masyarakat Kristiani menduga bahwa orang yang terlalu banyak pengalaman 
pahitnya tidak dibela oleh Tuhan. Benarkah demikian? Bagaimana pengalaman pahit 
berubah menjadi sebuah mutiara iman yang berharga. Marilah kita belajar dari 
Yusuf.
   
  Pertama, Penyertaan Tuhan Adalah Segala-galanya (Kej. 39:2, 21)
  Di dalam dunia ini, ada sebagian orang yang merasa sangat bangga jika 
memiliki kenalan, atau sahabat seorang pejabat pemerintah. Bahkan, tidak jarang 
orang mengaku-ngaku familinya si A yang terkenal itu. Mengapa? Karena, dengan 
kedekatannya pada pejabat tertentu dapat menolong dia untuk mencapai cita-cita. 
Atau katakanlah sebagai sarana baginya untuk mencapai keberhasilan. Kalau, saya 
dekat dengan si A itu, kemungkinan besar dapat memuluskan jalannya usaha yang 
sedang kubangun ini.
   
  Tetapi, bagaimana kenyataannya? Banyak orang menjadi kecewa karena ternyata 
orang yang dianggapnya hebat tersebut, ternyata ikut andil menghancurkan usaha 
yang mati-matian dibangunnya.
   
  Namun, Yusuf berbeda. Yusuf tidak dibela oleh pejabat yang hebat, tetapi 
Yusuf dibela oleh satu pribadi, yakni TUHAN sendiri. Alkitab berkata: Tetapi 
TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam 
pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu. (Kej. 
39:2). Di dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari, ayat ini 
berbunyi: “TUHAN menolong Yusuf sehingga ia selalu berhasil dalam semua 
pekerjaannya. Ia tinggal di rumah tuannya, orang Mesir itu.”
   
  Perhatikan ayat Firman Tuhan ini. Ada hubungan yang sangat erat antara 
keberhasilan dalam pekerjaan dengan penyertaan Tuhan. Dan, itulah keberhasilan 
yang sejati. Ada orang yang berkata: usaha ini berhasil karena management yang 
saya terapkan sangat baik. Atau, mungkin yang lain berkata: usaha ini berhasil 
karena gaya kepemimpinanku yang sangat berwibawa, sehingga tidak ada karyawan 
yang berani macam-macam.
   
  Saudara, jangan berbangga dulu. Firman Tuhan berkata: “keberhasilan datang 
karena penyertaan Tuhan.” Kalau Tuhan tidak sertai usahamu, mungkin sudah lama 
failit, sudah lama bangkrut. Kalau usahamu berhasil, ingat itu semata-mata 
karena penyertaan Tuhan. Kalau engkau tidak di PHK, ingat baik-baik semua 
karena anugerah Tuhan.
   
  Pengalaman apa yang dimiliki oleh Yusuf? Apakah pernah belajar management 
dari sebuah universitas ternama? Apakah pernah belajar leadership dari 
universitas terkemuka? Tidak! Tetapi bagaimana mungkin seorang yang selalu 
disalah mengerti orang, bagaimana mungkin seorang yang tidak punya bekal ilmu 
yang memadai dapat memanage rumah kepala pengawal raja? Alkitab memberitahukan 
Tuhan menyertai Yusuf. Penyertaan Tuhanlah yang memungkinkan Yusuf berhasil 
melakukan semua tugas yang berat itu.
   
   
  Kedua, Keberhasilan Tanpa Integritas Akan Hancur (Kej. 39:7, 8) 
  Integritas adalah menyatunya kata dan perbuatan atau menyatunya iman di dalam 
tindakan nyata. Alkitab berkata: .”..TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi 
seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya...”
   
  Keberhasilan merupakan anugerah Allah. Tetapi, pada tingkat tertentu 
keberhasilan menjadi jerat yang membuat dia lupa diri. Karena itu, keberhasilan 
yang sejati harus disertai dengan integritas yang teruji.
   
  Biasanya, ada tiga hal yang menjadi ujian terhadap integritas yang biasanya 
orang menyebutnya TIGA TA, yakni TAHTA, HARTA, dan WANITA. Mengapa sebagian 
orang melakukan KKN? Alasannya sederhana, agar memperoleh harta benda yang 
banyak. Agar kekayaannya melimpah sebagai jaminan hari tua. Mengapa ada 
pemimpin yang menghalalkan segala cara, atau “money politic”? Kalau sudah 
terpilih, tujuannya apa? Jawabannya sederhana, supaya kembali memperoleh TAHTA. 
Mengapa banyak keluarga berantakan? Salah satunya, menurunnya integritas 
seseorang dalam hal lawan jenis atau WANITA.
   
  Alkitab memberitahukan kita bahwa Yusuf diuji integitasnya dalam hal WANITA. 
Yusuf adalah seorang yang tampan, gagah dan bersikap manis. Rupanya, nyonya 
rumah-istri Potifar sudah lama mengamati hal itu. Dia memandang Yusuf dengan 
birahi, dengan nafsu seksual yang tinggi dan setiap hari merayu Yusuf agar 
jatuh ke pelukannya. Itu sebabnya, ketika rumah kosong – dia mengajak Yusuf 
berselingkuh dengannya.
   
  Sekarang ini, banyak kasus perselingkuhan terjadi di mana-mana. Bahkan, 
mereka mencoba menghaluskan istilahnya dengan berkata SELINGKUH adalah Selingan 
Indah Yang Penting Keluarga Utuh. Dunia menganggap bahwa perselingkuhan itu 
sebagai selingan indah.
   
  Tetapi kita memuji Tuhan karena Yusuf terbukti berintegritas tinggi. 
Buktinya? Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada istri tuannya itu: “Dengan 
bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah 
menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak 
lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku 
selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku 
melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” (Kej. 
39:7-8).
   
  Perhatikan kalimat ini, ....berbuat dosa terhadap Allah. Yusuf tidak 
melakukan tindakan bejat itu karena takut berbuat dosa terhadap Allah. Berbeda 
dengan orang zaman sekarang, mereka tidak melakukannya karena takut ketahuan 
dosanya, bukan karena takut terhadap dosa itu sendiri.
   
  Jikalau Tuhan izinkan kita berhasil dalam hidup ini, mari ingat baik-baik 
bahwa semua itu hanya karena campur tangan Tuhan dan bukan karena kehebatan 
kita. Karena itu, pegang teguh integritas kita sebagai anak terang yang tidak 
mau kompromi dengan dosa sedikit pun.
   
   
  Ketiga, Promosi Datangnya dari Tuhan (Kej. 41:40-41)
  Jikalau kita memperhatikan latar belakang Yusuf, maka dengan cepat orang 
berkata, orang seperti dia tidak bakal menjadi orang yang berguna. Tidak 
mungkin menjadi orang yang akan menjadi saluran berkat. Mengapa? Karena memang 
secara kasat mata, tidak ada modal baginya, tidak ada sesuatu yang dapat 
diandalkan. Orang sering kali tergoda untuk sesuatu yang kelihatan.
   
  Namun Alkitab memberi kesaksian bahwa Yusuf menjadi penguasa di Mesir. Allah 
memakai cara yang mungkin tidak pernah dipikirkan Yusuf. Allah membuat Firaun 
bingung dengan mimpinya. Allah memang sengaja melakukan hal itu. Firaun 
mendapat mimpi demikian. “Ketika Firaun berdiri di tepi sungai Nil, tampaklah 
dari sungai Nil itu keluar tujuh ekor Lembu yang indah bangunnya dan gemuk 
badannya; lalu memakan rumput di tepi sungai itu. Kemudian tampak juga tujuh 
ekor lembu yang lain, yang keluar dari dalam sungai Nil itu, buruk bangunnya 
dan kurus badannya, lalu berdiri di samping lembu-lembu yang tadi, ditepi 
sungai itu. Lembu-lembu yang buruk bangunnya dan kurus badannya itu memakan 
tujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk itu.” Sementara itu, dalam 
mimpinya yang kedua Firaun mendapat mimpi demikian: “Tampak timbul dari satu 
tangkai tujuh bulir gandum yang bernas dan baik. Tetapi kemudian, tampaklah 
juga tumbuh tujuh bulir gandum yang kurus dan layu oleh angin timur.
 Bulir yang kurus itu menelan ketujuh bulir yang bernas dan berisi tadi.”
   
  Kedua mimpi itu, membuat Firaun gelisah karena tidak tahu apa maksudnya. Dia 
mencari orang-orang yang dianggapnya pakar, dianggap ahli diseluruh negeri. 
Namun tidak ada seorangpun yang mampu mengartikan mimpi itu.
   
  Atas informasi dari juru minuman, Yusuf dipanggil untuk mengartikan mimpi 
itu. Dan ternyata dengan terus terang Yusuf memberitahukan artinya. Yusuf 
berkata, tujuh ekor lembu yang baik dan tujuh bulir gandum yang baik artinya 
sama yaitu tujuh tahun. Sementara ketujuh ekor lembu yang kurus dan buruk, juga 
tujuh bulir gandum yang hampa dan layu artinya adalah tujuh tahun kelaparan 
(Kej. 41:26-27).
   
  Dari kemampuan yang Tuhan berikan tersebut, akhirnya Yusuf dipakai oleh Tuhan 
sebagai penguasa di Mesir. Tuhan promosikan Yusuf dengan cara-Nya yang ajaib 
dengan tujuan untuk menjadi saksi bagi-Nya.
   
  Saudara, saya hendak mengatakan apa yang dianggap hina oleh dunia, justru 
dipakai Allah untuk mempermalukan dunia. Di tangan Allah, yang hina, dianggap 
rendah justru alat yang indah untuk menyatakan kebesaran-Nya. Puji Tuhan. 
   
  Sebagai anak Tuhan, jangan pernah merasa malu menjadi anak Tuhan. Jangan 
pernah minder karena status kita sebagai anak Tuhan. Sebaliknya, berbanggalah 
karena engkau dipanggil untuk menjadi bagi dunia ini.
   
  Kadang-kadang Allah memakai proses-proses menyakitkan dalam hidup kita agar 
terjadi mutiara iman, demi kemuliaan nama-Nya. Jangan salah mengerti 
rencana-Nya. 


  
Surakarta, 01 Mei 2004
   
   
  Sumber: www.glorianet.org


"Faith does not depend on miracles, or any extraordinary sign, but is the 
peculiar gift of the spirit, and is produced by means of the word … There is to 
which the flesh is more inclined than to listen to vain revelation." 
(Dr. John Calvin)




       
---------------------------------
  Dapatkan alamat Email baru Anda!  
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!

Kirim email ke