Dapatkah Alkitab Dipercaya sebagai Firman Allah?
  Persekutuan Mahasiswa Kristen Medis
  Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya, 15 Juni 2006
   
  oleh: Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.
   
   
   
   
  Sejarah Keragu-raguan terhadap Alkitab
  Sikap orang modern yang cenderung meragukan otoritas Alkitab sebagai firman 
Allah merupakan hasil perubahan dan akumulasi spirit zaman yang sudah 
berlangsung beberapa abad yang lalu.
  1.     Zaman skolastik: theologi dan filsafat saling berebut tempat sebagai 
the queen of science (ilmu pengetahuan yang tertinggi).
  2.      Zaman Renaissance: teori heliosentris Kopernikus berhasil membungkam 
pandangan geosentris gereja yang didasarkan pada tafsiran yang salah.
  3.     Zaman Pencerahan: iman dan rasio benar-benar dipisahkan. Theologi 
diletakkan di bawah sains (filsafat). Pada masa ini terjadi perubahan paradigma 
terhadap Alkitab.
   
   
   
  Doktrin Inspirasi
  Dasar
  Ayat yang paling penting tentang inspirasi terdapat di 2 Timotius 3:16. Ada 
dua hal penting yang perlu diperhatikan dari ayat ini. Pertama, kata Yunani 
grafh (LAI:TB “tulisan”) dalam PB merupakan istilah baku untuk kitab-kitab PL 
(Mat. 21:42; 22:29; 26:54, 56, dst). Kedua, terjemahan LAI TB “segala tulisan 
yang diilhamkan Allah bermanfaat untuk...” menyiratkan kesan bahwa tidak semua 
kitab PL adalah diilhamkan Allah. Ayat ini seharusnya diterjemahkan “segala 
tulisan [kitab-kitab PL] adalah diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk...” 
(semua versi Inggris), karena kata sifat “diilhamkan Allah” (theopneustos) 
maupun “bermanfaat” (wfelimos) berfungsi secara predikatif. Ayat lain yang juga 
biasanya dipakai dalam diskusi inspirasi adalah 2 Petrus 1:21 dan 2 Petrus 3:16.
   
  Konsep Pengilhaman
  Kaum Injil memegang pandangan “verbal plenary inspiration.” Teori ini 
mengajarkan bahwa “setiap kata dalam seluruh bagian Alkitab adalah diilhamkan 
Allah”. Pengilhaman ini tidak berarti bahwa Allah mendiktekan setiap kata dalam 
Alkitab maupun menurunkan Alkitab langsung dari surga. Pengilhaman berarti 
Allah menjaga setiap penulis sedemikian rupa sehingga mereka tidak salah dalam 
menyampaikan firman Allah.
   
  Sebagai konsekuensi dari hal ini, setiap kata yang ada dalam autografa tidak 
mengandung kesalahan maupun kekeliruan apa pun (the autograph is inerrant and 
infallible). Pengilhaman tidak mencakup salinan, terjemahan maupun tafsiran, 
karena itu salinan, terjemahan, dan tafsiran bisa saja salah. Konsekuensi yang 
lain adalah keterlibatan unsur manusiawi dalam penulisan Alkitab. Allah memakai 
setiap penulis sesuai kapasitas mereka, karena itu kualitas bahasa, kedalaman 
pemikiran, dan cara berpikir masing-masing penulis bisa berbeda.
   
  Proses
  Ada beberapa proses penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan 
keberadaan Alkitab.
   
  INSPIRASI
  Akumulasi, seleksi, interpretasi data, dan penulisan Alkitab (Luk. 1:1-4)
   
  ò
   
  TRANSMISI
  Penyalinan dan distribusi surat (Kol. 4:16).
  Dalam periode selanjutnya transmisi disertai terjemahan, karena Injil sudah 
merambah daerah yang tidak berbahasa Yunani
   
  ò
   
  KANONISASI
  Penganiayaan dan ajaran sesat mendorong proses kanonisasi.
  Kriteria yang dipakai: tradisi, wibawa profetik/rasuli, ortodoksi
   
  ò
   
  PENERJEMAHAN MODERN
  Selama berabad-abad gereja hanya memakai terjemahan Latin Vulgate.
   
  ò
   
  Renaissance dan reformasi mendorong studi Alkitab dalam bahasa asli dan 
penerjemahan Alkitab dalam bahasa sehari-hari. Tidak jarang munculnya suatu 
terjemahan harus dibayar mahal.
   
   
   
  Tantangan terhadap Otoritas Alkitab
  Berikut ini adalah beberapa hal yang sering kali dijadikan target untuk 
meragukan otoritas Alkitab sebagai firman Allah.  
  1.      Unsur supranatural dalam catatan Alkitab (misalnya mujizat) à 
filsafat rasionalisme, empirisme, eksistensialisme.
  2.      Teks-teks yang dianggap kontradiktif.
  3.      Data Alkitab yang dianggap tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan.
  4.      Agama Kristen yang dianggap sebagai hasil evolusi keagamaan dan 
filsafat keagamaan (philosophy of religion), misalnya monoteisme PL adalah 
modifikasi politeisme, sedangkan agama Kristen adalah refleksi teologis dan 
upaya kontekstualisasi gereja mula-mula terhadap situasi abad ke-1 M.
  5.      Kanonisasi Alkitab yang dianggap monopoli kekuasaan gereja dengan 
cara menghapuskan berbagai dokumen lain yang bertentangan dengan Alkitab, 
misalnya Injil Thomas, Injil Filipus, Injil Maria.
  6.      Tidak ada autografa Alkitab yang tidak ditemukan, sehingga doktrin 
inspirasi dianggap tidak terlalu bermanfaat.
   
   
   
  Jawaban terhadap Tantangan Di Atas
  Dari pemaparan di atas terlihat bahwa diskusi seputar otoritas Alkitab sangat 
kompleks dan multidisipliner. Dalam bagian ini hanya akan diberikan jawaban 
inti dan singkat sehubungan dengan sanggahan-sanggahan di atas.
   
  Pertama, unsur supranatural dalam Alkitab. Diskusi dalam konteks ini sudah 
menyangkut presuposisi seseorang. Cara menanggapi yang paling baik adalah 
dengan membuktikan bahwa rasionalisme, empirisme, dan eksistensialisme 
didasarkan pada pola pikir yang subjektif dan tidak konsisten.
   
  Kedua, teks-teks yang dianggap kontradiktif. Alkitab tidak mengandung 
kontradiksi. Teori harmonisasi melalui penyelidikan teks yang teliti dan 
komprehensif bisa menunjukkan bahwa teks-teks tersebut tidak kontradiktif. 
“Kontradiksi” terjadi karena hermeneutika yang tidak memadai maupun 
kekurangtepatan terjemahan.
   
  Ketiga, Alkitab dan ilmu pengetahuan. Orang Kristen perlu mengadakan 
re-interpretasi, karena tafsiran tradisional kadangkala terbukti tidak memadai, 
misalnya ayat-ayat yang terkesan mendukung geosentris. Di sisi lain, orang 
Kristen juga mewaspadai “kebenaran” sains yang biasanya diklaim “objektif”. 
Sains tetap melibatkan “iman”, presuposisi yang tidak perlu dibuktikan dan 
bahkan manipulasi data, misalnya kebohongan “teori” evolusi.
   
  Keempat, Kekristenan dan evolusi keagamaan. Usia legenda politheis kuno yang 
lebih tua daripada Alkitab (misalnya Epic Gilgamesh, Enuma Ellish) tidak bisa 
dijadikan bukti bahwa Alkitab adalah hasil modifikasi dari pandangan kafir kuno 
tersebut. Perbedaan antara Alkitab dengan berbagai catatan kuno tersebut jauh 
lebih esensial daripada persamaan (kemiripan) yang ada. Tidak ada bukti 
konklusif bahwa penulis Alkitab menggunakan catatan-catatan kuno itu sebagai 
sumber tulisan. Selain itu, pandangan evolusi keagamaan mengabaikan fakta bahwa 
sebelum ada sumber tertulis pasti ada sumber (tradisi) lisan yang usianya 
sangat panjang.
   
  Kelima, kanonisasi Alkitab. Pandangan yang menganggap kanonisasi Alkitab pada 
abad ke-4 sebagai monopoli orang Kristen memiliki beberapa keberatan serius. 
(1) kitab-kitab yang diterima dalam kanon sebenarnya sudah lama dipakai dalam 
ibadah gereja abad permulaan. Hal ini bisa terlihat dari berbagai rujukan dalam 
tulisan bapa-bapa gereja. Artinya, kanonisasi hanyalah penerimaan kitab-kitab 
secara formal dan universal. (2) kebutuhan terhadap kumpulan kitab resmi agama 
Kristen yang benar sudah ada jauh sebelum kanonisasi. Penganiayaan dan ajaran 
sesat mendorong gereja-gereja sejak awal abad ke-2 untuk serius menentukan 
kitab mana yang benar dan mana yang salah. (3) konsep-konsep yang dianggap 
buatan orang Kristen (misalnya keilahian Kristus) ternyata sudah ada pada 
dokumen-dokumen Kristen abad ke-1 (kitab-kitab PB).  (4) pandangan yang 
menganggap kanonisasi sebagai monopoli didasarkan pada asumsi bahwa 
gereja-gereja pada abad permulaan seharusnya menerima semua kitab yang
 ada, baik yang sesuai ajaran maupun tidak sesuai. Asumsi ini jelas 
bertentangan dengan the law of contradiction.
   
  Keenam, tidak adanya autografa Alkitab. Perlu diketahui, orang modern juga 
tidak memiliki autografa dari berbagai kitab kuno, baik tulisan sekuler 
(sastra, sejarah) maupun keagamaan (kitab suci agama-agama). Lebih jauh, 
dibandingkan kitab-kitab lain, Alkitab justru lebih bisa dipercaya dari sisi 
penelusuran kitab kuno. Ujian bibliografi (bibliographical test) membuktikan 
kredibilitas Alkitab, karena interval waktu peristiwa – penulisan – penyalinan 
Alkitab paling pendek dan jumlah salinan PB paling banyak. Selain itu, 
melimpahnya salinan yang ada dan perkembangan disiplin ilmu kritik teks 
memungkinkan orang Kristen merekonstruksi autografa dalam tingkat akurasi yang 
sangat tinggi. Kritik teks sendiri menggunakan dua macam kriteria: eksternal 
(kualitas manuskrip) dan internal (konsistensi gaya penulisan dan konteks).
   
   
   
  Konklusi
  Makalah ini hanya bersifat overview tentang beragam diskusi seputar otoritas 
Alkitab sebagai firman Allah. Beberapa poin yang disinggung dalam makalah ini 
masih memerlukan pembahasan yang lebih mendalam dan detil.
   
   
   
  Sumber:
  http://www.gkri-exodus.org/page.php?APO-Alkitab
   
   
   
  Profil Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.:
  Ev. Yakub Tri Handoko, M.A., Th.M., yang lahir di Semarang, 23 November 1974, 
adalah gembala sidang Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI) Exodus, Surabaya 
(www.gkri-exodus.org) dan dosen di  Institut Theologi Abdiel Indonesia 
(ITHASIA) Pacet serta dosen tetap di Sekolah Theologi Awam Reformed (STAR) dari 
GKRI Exodus, Surabaya. Beliau menyelesaikan studi Sarjana Theologi (S.Th.) di 
Sekolah Tinggi Alkitab Surabaya (STAS); Master of Arts (M.A.) in Theological 
Studies di International Center for Theological Studies (ICTS), 
Pacet–Mojokerto; dan Master of Theology (Th.M.) di International Theological 
Seminary, U.S.A. Mulai tahun 2007, beliau sedang mengambil program gelar Doctor 
of Philosophy (Ph.D.) part time di Evangelische Theologische Faculteit (ETF), 
Leuven–Belgia.
   
   
   
   
  Editor dan Pengoreksi: Denny Teguh Sutandio.


""Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di 
depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." 
(1Sam. 16:7b)

       
---------------------------------
  Nama baru untuk Anda!  
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!

Kirim email ke