KASIH KARUNIA PASKAH

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)

 

Ayat diatas menunjukkan dengan jelas kehadiran Yesus, Anak Allah, untuk
mempertegas kehadiran kasih karunia Allah secara nyata dalam dunia ini
dimana keselamatan menuju hidup yang kekal dikaruniakan oleh Allah bukan
hanya untuk orang Yahudi saja melainkan kepada semua orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus. Ayat ini sekaligus mengubah perseppsi agama yang secara
turun temurun diikuti orang Yahudi dengan menjalankan Taurat dengan segala
ritual agamani yang seakan-akan menyenangkan hati manusia yang melakukannya
namun ternyata tidak menyenangkan Allah.

Jalan Keselamatan Agama

Setidaknya ada tiga aliran besar jalan keselamatan yang bisa ditemui dalam
agama-agama, yaitu: (1) yang pertama yang paling umum adalah agama
amal-baik, yaitu bahwa keselamatan diperoleh karena perbuatan baik manusia,
apakah itu dengan mempersembahkan korban, bertarak (askese) atau menjalankan
kehidupan tidak makan daging (vegetarian), atau dalam agama Yahudi seperti
yang tercatat dalam Perjanjian Lama dengan menjalankan taurat seperti
memelihara Sabat, Hari-hari Raya Yahudi, dan Makan makanan halal; (2) yang
kedua yaitu keselamatan melalui pemikiran, apakah itu pemikiran akan gnosis
(pengetahuan tertinggi) yang diyakini kelompok gnostik atau dengan kehendak
bebas memilih menuju keberhasilan; dan (3) yang ketiga diperkenalkannya
kabar baik kasih-karunia yang menyatakan kemahakuasaan Allah dalam
menyelamatkan manusia melalui penebusan dosa dan penebusan darah Kristus
yang adalah Anak Allah, pengajaran ini bisa dilihat dalam Perjanjian Baru.

Sekalipun dalam kitab Injil kasih karunia keselamatan belum banyak
ditegaskan berhubung kitab Injil mewartakan misi Yesus dalam inkarnasinya di
bumi, dan baru dibagian belakang kitab Injil kita melihat penebusan Yesus
yang menunjukkan bahwa 'Ialah Tuhan' yang menuntaskan keselamatan manusia
melalui pengorbanan diri-Nya, dalam Kisah Rasul-rasul dan lebih jelas dalam
tulisan para rasul pengajaran ini makin jelas. Sekalipun Kitab Injil tidak
banyak berbicara mengenai kasih karunia Allah selain ayat pembuka artikel
ini, dalam kitab Injil banyak ditemui berita transisi ke arah itu, misalnya
soal Sabat dimana Yesus berkali-kali disalahkan oleh orang Farisi, soal
makanan halal dan haram yang ditiadakan oleh Yesus, maupun ritual korban
yang sudah digenapi oleh pengorbanan diri-Nya dikayu salib. Tuhan Yesus
dimusuhi oleh orang Farisi karena Ia dituduh ingin merombak hukum Taurat
yang selama ini dengan ketat dijalankan dalam agama amal-baik Yahudi yang
didasarkan pesan Perjanjian Lama. Tuhan Yesus berfirman dengan tegas kepada
pengikut Taurat: "Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat
istiadat manusia." (Mrk.7:8)

Mengapa perbuatan/amal baik tidak menyelamatkan? Ini dikarenakan manusia
semakin jahat dan dalam dirinya dosa telah membelenggunya sehingga sekalipun
sudah dicoba selama ribuan tahun dengan memberikan hukum taurat, ternyata
umat Yahudi juga tidak mampu melepaskan diri dari dosa-dosa mereka, dan
hukum Taurat telah merosot sekedar menjadi adat-istiadat manusia, itulah
sebabnya Allah mengutus Anaknya yang Tunggal ke dalam dunia ini agar barang
siapa yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal.
Manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri karena itu Allah perlu
turun (melalui Anak Allah) untuk memungkinkan keselamatan itu terjadi.

Paskah Sebagai Realisasi Kasih Karunia Allah

Paskah yang mencakup kemenangan dan kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian
merupakan kenangan akan Kasih Karunia Keselamatan yang datang dari Allah
sendiri. Yohanes dalam Injilnya dengan jelas menyebutkannya (Yoh.3:16),
dalam Suratnya juga rasul Yohanes mengatakan bahwa: "Anak-Nya Yesus Kristus.
Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal." (1Yoh.5:20).  Disini
kembali ditekankan 'kepada Yesus sebagai Tuhan' adalah jalan yang telah
disediakan Allah agar manusia dapat menerima pengampunan dosa melalui
penebusan darah Anak Allah yang berinkarnasi menjadi manusia itu. Dengan
demikian, jalan amal baik Perjanjian Lama telah digantikan oleh jalan Kasih
Karunia Perjanjian Baru.

Ketika beberapa orang Yahudi dari Yudea datang ke Anthiokia mengajarkan
bahwa umat kristen harus disunat dan menjalankan adat-istiadat Musa (Taurat)
yang turun-temurun diikuti oleh bangsa Yahudi (Kis.15), mereka ditentang
oleh rasul Paulus dan Barnabas. Dalam suratnya kepada orang Galatia, rasul
Paulus menulis:

"Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum
Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman,
kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Sebab bagi orang-orang yang
ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai
sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih." (Gal.5:4-6)

Kasus menjalankan Taurat yang eksklusif Yahudi itu kemudian mendorong
diadakannya Persidangan Para Rasul di Yerusalem dimana rasul Petrus sebagai
juru bicara persidangan menjelaskan kesaksiannya sebagai murid pilihan Yesus
yang tentu mengerti dengan benar ajaran Tuhan Yesus tentang Injil sebagai
pembaharu taurat umat Yahudi dan menegaskan bahwa kehendak Allah adalah
keselamatan untuk semua bangsa bahwa: "oleh kasih karunia Tuhan Yesus
Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga."
(Kis.15:11). 

Kasih Karunia Allah Memungkinkan Umat Percaya Berbuah Yang Baik

Apakah kasih karunia Allah itu baru dianugerahkan setelah inkarnasi Yesus,
Anak Allah ke bumi? Ternyata kasih karunia itu telah tersedia sejak sebelum
permulaan zaman dan baru digenapi setelah kedatangan Tuhan Yesus kebumi:

"Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus,
bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih
karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus
sebelum permulaan zaman dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan
Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut
dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa." (IITim.1:9-10)

Namun, apakah kasih karunia kesellamatan itu tidak bisa kita peroleh karena
perbuatan/amal baik yang dilakukan manusia? Mengenai ini rasul Paulus
menulis: 

"Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita
lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh
pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya
kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang
yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal,
sesuai dengan pengharapan kita." (Tit.3:5-7)

Rasul Paulus juga menegaskan bahwa kasih karunia itu tidaklah murah dan
mudah diperoleh tanpa memberi umat percaya kesempatan menyatakan iman
percaya mereka dalam perbuatan, namun bukan perbuatan/amal baik itu yang
mendatangkan keselamatan, tapi mereka yang telah menerima kasih karunia
keselamatan Allah tentu akan menunjukkan kehidupan yang lahir kembali dan
pembaharuan hidup oleh Roh Kudus. Kasih karunia keselamatan yang diberikan
kepada umat percaya adalah karya Allah Tritunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus,
dan kasih karunia yang dialami umat percaya memungkinkannya dihasilkannya
buah-buah hidup yang baik

"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada
orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam
Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Ef.2:8-10)

Marilah kita benar-benar menghayati dan mau menerima sepenuhnya kasih
karunia keselamatan Allah yang dianugerahkan kepada kita melalui penebusan
Tuhan Yesus Kristus dan pembaharuan karena Roh Kudus dan tidak
menambah-nambahi dengan perbuatan/amal baik manusia seakan-akan Paskah perlu
disempurnakan oleh usaha baik manusia. ***

Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org)

Kirim email ke