UMAT KRISTEN DAN POLITIK 

"Maka kata Yesus kepadanya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya,
sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang (Matius
26:52)."

Bila dalam skala nasional manusia Indonesia ramai membicarakan Pilpres 2014,
di DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta masakini orang ramai berbincang soal
Pemilukada DKI 2012 yang akan digelar tiga hari lagi.

Bagaimana sikap umat kristen ditengah gejolak politik pemilihan kepala
daerah/negara itu, pasif, ikut aktif, atau berkelompok mengambil langkah
prakmatis berpihak kepada salah satu pasangan calon pilpres/pilkada?

Pemilukada DKI 2012

Menarik mengamati Pemilukada DKI 2012 yang sedang digelar hari-hari ini. PDS
(Partai Damai Sejahtera) menyatakan diri berpihak kepada pasangan inkumben
nomor 1 sebagai konsekwensi keberpihakkannya kepada partai penguasa, namun
partai yang mengklaim diri sebagai mewakili umat kristen itu mengalami
ketidak damaian ditubuhnya sendiri karena ada sempalan yang lebih condong
menolak Foke demi keberpihakkan kepada calon lainnya.

GBI yang merupakan sinoda gereja dengan jemaat terbesar di Indonesia (entah
jemaat baru atau jemaat dari sinode lain), ketua sinodanya secara
terang-terangan menyatakan diri berada dibelakang calon nomor 1 karena
dianggap melindungi eksistensi umat kristen di Jakarta, sebaliknya banyak
kalangan kristen yang berpihak pada calon nomor 3 yang mantan walikota Solo.
Tidak tanggung-tanggung, tabloid kristen Reformata dalam edisinya yang
terbaru memuat setengah halaman iklan pasangan cagub/cawagub Joko dan Ahok.
Alasan yang mendukung cagub & cawagub ini adalah a.l. karena Ahok adalah
seorang kristen.

Yah, demikianlah gambaran umat kristen di Indonesia mau berpolitik praktis
tetapi tidak sehati, dan masing-masing pihak ingin membela jagoannya yang
menurut mereka paling menguntungkan golongan mereka. 

Keterlibatan umat kristen dalam politik terjadi karena beberapa penyebab,
a.l. pertama terdesak oleh kebutuhan untuk bersatu karena merasa
terpinggirkan. Mereka beranggapan bahwa dengan bersatu mereka bisa ikut
mencapai tujuan religius mereka sekaligus tujuan duniawi. Kedua karena
memiliki tujuan agar bisa ikut berkuasa, namun sejarah perpolitikan di
Indonesia yang melibatkan partai-partai agama pada umumnya dan partai PDS
khususnya menunjukkan bahwa jerat-jerat kekuasaan dan uang bisa meruntuhkan
iman kristiani dan kesatuan umat. Ingat saja PDS yang mengaku mewakili umat
kristen itu selama hidupnya selalu dirundung ketidak damaian dan ketidak
sejahteraan, demikian juga GBI sekalipun ketua sinodanya memaksakan diri
untuk mendukung salah satu calon ternyata ditolak oleh sebagian umat
dikalangan sinoda GBI sendiri.

Sikap Ambigu Umat Kristen

Di Amerika sekarang juga lagi ramainya kampanye pemilihan presiden. Di
kalangan partai republik, dua calonnya yang top, yaitu Santorini dianggap
mewakili kristen dan Mitt Romney  dianggap mewakili faham Mormon yang
dianutnya. Kelompok-kelompok Injili & Kharismatik di Amerika Serikat
cenderung mengelu-elukan Santorini, tapi apa daya, pemilu internal partai
memenangkan Mitt Romney yang Mormon itu. Kalangan Injili & Kharismatik yang
berpihak jadinya serba salah, lalu sekarang mau memilih yang mana?

Ketika sekarang parta Republik harus berhadapan dengan partai Demokrat, maka
timbul masalah baru karena Obama beragama kristen! Apakah karena
kekristenannya umat kristen harus memilihnya dan menolak Mitt Romney yang
dianggap menganut ajaranan sesat Mormon? Mati langkah kembali dihadapai umat
kristen, soalnya baru-baru ini Obama menyatakan dukungannya pada pernikahan
sesama jenis, sesuatu yang dianggap haram oleh kebanyakan kalangan Injili
dan Kharismatik. Lalu kalau begitu memilih yang mana? Masalah ini menjadikan
umat kristen menjadi ambigu bila harus berpolitik praktis sehingga suaranya
akan selalu terbelah.

Memang umat kristen menghadapi dilema, bila tidak berkelompok secara politik
mereka bisa dijadikan bulan-bulanan oleh pihak lain, namun berpihak secara
kelompok adalah riskan bagi umat kristen karena resikonya harus dibayar
mahal. Di beberapa negara Afrika, suku-suku kristen yang bersatu menghadapi
suku-suku Islam dibantai dan diusir ke mancanegara, soalnya umat kristen
tidak terbiasa bermain pedang dan hanya memegang alkitab, sedangkan pihak
lain biasa memegang kitab suci ditangan kiri dan pedang ditangan kanan. Umat
kristen di Suria juga menghadapi resiko yang sama, dalam konflik pemerintah
presiden Assad dan para revolusioner, umat kristen karena alasan pragmatis
memihak presiden Assad karena merasa dibawah pemerintahannya mereka merasa
dilindungi eksistensinya. Hasilnya sudah bisa diperkirakan bila kaum
revolusioner menang, apa yang akan terjadi dengan mereka? Ibarat pelanduk
mereka akan mati terinjak-injak ditengah dua gajah yang berkelahi, demikian
juga nasib umat kristen akan terjepit dan bila mereka berpihak kepada salah
satu pihak mereka akan menerima pembalasan dari pihak lainnya.

Lalu Bagaimana ? 

Memang posisi umat kristen dalam berpolitik serba salah, ikut kena tidak
ikut kena, namun Alkitab memberi kita beberapa petunjuk pada umat pilihan
Tuhan. Pertama, dalam suratnya kepada kitab Roma, rasul Paulus memberikan
petunjuk agar kita menghormati pemerintah diatas kita. Rasul Paulus
mengingatkan bahwa pemerintah adalah wakil Allah dibumi (13:1), dan tugas
pemerintah adalah berfungsi sebagai hamba Allah untuk kebaikan bersama dan
menjadi alat Allah untuk melawan kejahatan (13:4). Bahkan, nabi Yeremia
menulis agar sekalipun kita berada dibawah pemerintah penjajah sekalipun,
kita tetap harus mendoakan untuk kota karena kesejahteraannya adalah
kesejahteraan kita juga (29:7). Jadi dengan kata lain keikut sertaan kita
dalam pemilukada dan pemilu harus ditujukan untuk memilih pemerintahan yang
paling memenuhi kriteria diatas.

Kedua, lalu cagub atau capres mana sebaiknya kita pilih? Janganlah kita
hanya memilih karena agama atau partai seseorang karena sudah terbukti bahwa
banyak pejabat kristen juga melakukan hal yang sama dengan pejabat non
kristen setelah mereka berkuasa! Tuhan berfirman kepada Musa melalui
mertuanya Jetro (Keluaran 18:13-27), agar kita memilih pemimpin yang cakap,
takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, yang benci kepada suap,
dan mereka yang bisa mendelegasikan wewenangnya kepada mereka di bawahnya
yang memenuhi kriteria yang sama.

Berdasarkan kedua kriteria tentang pemerintahan dan calon-calon pemimpin
diatas, marilah kita menjadi wargakota dan warganegara yang baik, memilih
pemimpin-pemimpin kita dengan bertanggung jawab dan mendoakan mereka, dan
agar pemimpin yang memenuhi kedua kriteria diataslah yang terpilih menjadi
pemimpin kita !

A m i n !

Salam kasih dari YABINA ministry ( <http://www.yabina.org> www.yabina.org)

 

Kirim email ke