SIAPAKAH PENAFSIR ALKITAB YANG BERES?
 
oleh: Denny Teguh Sutandio
 
 
 
M 
eskipun
istilah “penafsir Alkitab” tidak dibatasi oleh jenjang pendidikan seseorang
berkaitan dengan Alkitab, namun hal ini tidak berarti seorang penafsir Alkitab
bisa seenaknya sendiri menafsirkan Alkitab. Dengan kata lain, seorang penafsir
Alkitab yang beres adalah:
I.         ORANG
YANG SUNGGUH-SUNGGUH BERIMAN KEPADA KRISTUS
Semua orang Indonesia baik Kristen maupun non-Kristen dapat
membaca Alkitab terjemahan LAI dan menafsirkannya. Namun persoalannya adalah
apakah tafsiran-tafsiran dari orang-orang tersebut dapat dipertanggungjawabkan?
TIDAK! Banyak orang non-Kristen yang membaca Alkitab dengan caranya sendiri
tanpa memperhatikan prinsip-prinsip penafsiran Alkitab yang bertanggung jawab,
sehingga jangan heran, seorang non-Kristen menafsirkan kata “penolong yang
lain” di Yohanes 14:16 sebagai “nabi” dalam agamanya, padahal jelas secara
konteks, tafsiran tersebut sangat tidak bertanggung jawab (baca ay. 17).
 
Meskipun semua orang Indonesia baik Kristen maupun
non-Kristen dapat membaca Alkitab LAI dan menafsirkannya, faktanya adalah tidak
semua tafsiran mereka dapat dipertanggungjawabkan secara kontekstual dan
tekstual! Oleh karena itu, syarat utama seorang penafsir Alkitab yang beres
adalah orang itu harus sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan Yesus Kristus
sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat.[1] Mengapa? Karena
Alkitab adalah wahyu Allah yang bersifat khusus yang diberikan hanya kepada
umat pilihan-Nya di dalam Kristus. Hanya mereka yang sungguh-sungguh termasuk
umat pilihan-Nya di dalam Kristus yang benar-benar beriman kepada Kristus saja
yang layak menjadi penafsir Alkitab yang beres, karena hanya mereka yang layak
mengerti isi hati Tuhan melalui firman-Nya. Sedangkan mereka yang tidak percaya
kepada Kristus akan mencari cara untuk merendahkan Alkitab dan meninggikan
“kitab suci”nya yang secara historis lebih tidak bertanggung jawab dari
Alkitab!
 
 
II.       ORANG
YANG MENGERTI AJARAN ALKITAB
Selain harus percaya kepada Kristus, seorang penafsir Alkitab
yang beres adalah orang yang mengerti ajaran Alkitab secara menyeluruh mulai
dari PL hingga PB. Dengan mengerti PL dan PB secara menyeluruh, maka ketika ia
mulai menafsirkan perkataan Tuhan Yesus kepada perempuan yang berdosa, “Dosamu 
telah diampuni.” (Luk. 7:48), ia
akan mengerti bahwa Kristus berdaulat mengampuni dosa karena Ia adalah Allah.
Mengapa ia tiba pada kesimpulan demikian? Karena di PL, hanya Allah saja yang
layak mengampuni dosa dan hal ini disinggung kembali di 1 Yohanes 1:9. 
 
Bagaimana caranya seseorang dapat mengerti PL dan PB secara
menyeluruh dengan membaca: Alkitab dari Kejadian s/d Wahyu dan buku-buku studi
Alkitab maupun mendengarkan seminar yang menguraikan pengajaran Alkitab secara
bertanggung jawab.
 
 
III.      ORANG
YANG RINDU INGIN MENDALAMI ALKITAB
Tidak cukup hanya mengenal Alkitab dari PL hingga PB, seorang
penafsir Alkitab yang beres adalah ia yang memiliki kerinduan mendalami
Alkitab. Orang ini akan membaca Alkitab secara teliti, membeli dan membaca
buku-buku studi Alkitab maupun buku-buku tafsiran Alkitab yang bertanggung
jawab ketika hendak menafsirkan Alkitab, sehingga ia makin mengerti firman
Tuhan. Semakin seseorang mengerti firman Tuhan, ia memiliki kerinduan untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari.
 
Meskipun poin-poin di atas juga signifikan, namun bagi saya,
poin inilah yang membedakan seorang penafsir Alkitab yang beres dan bertanggung
jawab dengan penafsir Alkitab yang seenaknya sendiri. Seorang penafsir Alkitab
yang beres memiliki kerinduan mendalami Alkitab baik secara akademis, rohani,
maupun aplikatif, namun penafsir Alkitab yang tidak bertanggung jawab akan
menafsirkan Alkitab dengan pola pikir imannya sendiri yang tidak sesuai dengan
Alkitab. Jangan heran, seorang non-Kristen bolak-balik menanyakan hal yang 
“basi”,
misalnya: “Tunjukkan di Injil, ayat mana yang mengatakan bahwa Yesus adalah
Tuhan?” Ada orang non-Kristen lainnya yang menantang hal yang “basi” lainnya,
“Buktikan Alkitab itu asli!” Pertanyaan dan tantangan “basi” ini sudah dijawab
berpuluh-puluh tahun yang lalu oleh para pakar Alkitab khususnya Perjanjian
Baru melalui buku-buku yang mereka tulis. Jika para penanya “basi” tersebut
adalah orang yang cerdas, maka mereka pasti membeli dan membaca buku-buku
tersebut untuk mengetahui jawabannya, namun mengapa mereka tidak membeli dan
membacanya, lalu terus-menerus mengajukan pertanyaan “basi” tersebut? Bukankah
problematika sebenarnya terletak pada keengganan para penanya “basi” tersebut
untuk mendalami Alkitab, karena iman mereka berbeda dari Alkitab? Mereka
bertanya bukan untuk mencari jawaban, tetapi untuk menjatuhkan Kekristenan, di
mana nanti mereka akan berkata, “Tuh kan Alkitab itu palsu, beda dengan ‘kitab 
suci’ kami yang asli.” Kesimpulan mereka
yang “basi” itu sudah bisa ditebak dari awal, sehingga jangan terlena oleh
pertanyaan dan tantangan dari mereka yang motivasinya kebanyakan tidak
bertanggung jawab!

________________________________
 
[1]Di poin I ini, saya tidak mengatakan bahwa
penafsir Alkitab haruslah seorang Kristen, karena saya percaya bahwa orang yang
mengaku diri “Kristen” belum tentu sungguh-sungguh beriman kepada Kristus. Iman
orang “Kristen” yang tidak berpusat pada Kristus mengakibatkan cara dia
menafsirkan Alkitab juga pasti kacau. Misalnya, seorang pengkhotbah yang
menganut “injil” sukses akan mengutip ayat favoritnya di 3 Yohanes 1:2 untuk
mengajarkan bahwa orang Kristen pasti kaya, sukses, dll. Oleh karena itu, di
poin pertama ini, saya mengatakan bahwa penafsir Alkitab yang beres adalah
seorang yang sungguh-sungguh beriman kepada Kristus.
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke