KETIKA HIDUP MENGABAIKAN TUHAN
 
oleh:Pdt. Sandi K. Nugroho, S.Th., M.A.
 
 
Nats:1 Samuel 2:12-27
 
 
Di dalam ayat-ayat sebelumnya,
kita dapat mencatat bahwa sedikitnya ada empat dosa yang telah dilakukan oleh
anak-anak Eli.
1.        Pertama,
dalam ayat 12 dikatakan bahwa mereka tidak lagi mengindahkan Tuhan. Tidak
hormat pada kekudusan Tuhan. Kurang ajar pada Tuhan. Ini kesimpulan dari dosa
anak-anak Eli. Kemudian ayat-ayat selanjutnya mejelaskan lebih rinci. 
2.    Kedua,
mereka tidak mengindahkan batas-batas hak seorang imam (ay. 13). Mereka tidak
hanya meminta bagian yang seharusnya menjadi milik si pemberi persembahan,
tetapi dalam beberapa kasus mereka justru mengambil bagian yang seharusnya
diberikan kepada Tuhan. 
3.    Ketiga,
mereka serakah dan curang (ay. 13-14) Garpu yang dipakai untuk mengolah
persembahan biasanya bergigi satu saja. Tetapi karena keserakahan mereka,
mereka membawa garpu bergigi tiga agar daging yang mereka tarik banyak.
4.    Keempat,
mereka melakukan perzinahan (ay. 22) Mereka tidak lagi menghormati kekudusan
Tuhan dan kekudusan tempat ibadah. Perempuan-perempuan sebagai pelayan di pintu
bait Allah merupakan adopsi dari kebiasaan bangsa kafir. Tujuan sangat
pragmatis agar banyak orang tertarik ke bait Allah karena para lelaki bisa
mendapatkan “pelayanan” tertentu dan bisa datang lebih sering ke bait Allah.
Kalau lebih sering dan lebih banyak yang datang berarti lebih banyak daging
yang dapat ditarik dari persembahan korban. Ini sudah keterlaluan.
 
Meski demikian, Tuhan tetap
memberikan kesempatan untuk bertobat. Ini menunjukkan penyataan kasih Allah.
Minimal 4 kali Tuhan memberikan teguran dalam kisah ini:
1.        Melalui
Jemaat yang datang beribadah. Dalam ayat 16 memang hanya mengandung kalimat
pengandaian, tetapi kemungkinan ada Jemaat yang mempertanyakan perilaku culas
anak-anak Eli. Teguran ini malah dibantah dan berakhir pemaksaan.
2.        Melalui
Eli sendiri. Ayat 23-24, memang Eli mengingatkan, tapi ini hanya berupa
himbauan dalam bentuk pertanyaan. Artinya dosa sedemikian parah dan jelas,
harusnya mendapat hukuman yang berat, bukan sekadar himbauan.
3.        Melalui
Abdi Allah. Dalam ayat 28-29 Tuhan mengutus nabinya untuk menyatakan murka-Nya.
Ini teguran yang mengandung hukuman keras karena dosa yang sedemikian parah.
4.        Melalui
Samuel. Dalam 1 Samuel 3:13, Allah memakai Samuel untuk menyatakan tegurannya.
Kali ini sepertinya Eli sadar, tapi tidak mau bertindak untuk menghukum atau
menghentikan atau memecat anak-anaknya dari jabatan Imam. Alasannya karena Eli
lebih menghargai mereka ketimbang Allah.
Nampak di sini, anak-anak Eli ada di Bait Allah, tapi hidup mereka sudah tidak
ada hadirat Allah.
Pelajaran bagi kita adalah
karena Allah mengasihi kita maka Ia akan selalu memberikan teguran agar kita
bertobat. Jika kita belum selesai dari perkara itu, Allah akan kembali ke
perkara itu sampai kita menyelesaikannya. Terus menerus diingatkan agar kita
bisa bertobat dan menang terhadap dosa. Ketika kita mengeraskan hati untuk
bertobat dan terus menerus menunjukkan hal tersebut, Allah akan mengeraskan
hati yang sudah keras untuk menuju pada hukuman dan kebinasaan. Hukuman
terberat yang bisa terjadi adalah Allah menarik hadirat-Nya dari kehidupan
orang yang sengaja dan terus menerus mengabaikan-Nya.
 
Di sini kita melihat, satu sisi
Allah penuh kasih dengan menyediakan pengampunan dan pintu pertobatan, di sisi
lain Allah adalah Allah yang Adil yang menyatatakan murkaNya dengan hukuman
atas dosa.
 
Di dalam teguran Eli kepada
anak anaknya terdapat kata kata yang khidmat dan menakutkan, kata kata yang
harus dipikir-pikirkan oleh mereka yang melayani di dalam perkara perkara yang
suci: “Jikalau seorang manusia berdosa akan sesamanya manusia, niscaya
dihukumkan Allah akan dia, istimewa pula jikalau seorang manusia berdosa akan
Tuhan, siapa gerangan dapat melayangkan permohonan untuknya?" Kalau
kejahatan mereka telah menyakiti hanya sesama manusia, hakim akan dapat
mengadakan perdamaian dengan cara menetapkan suatu hukuman, dan menuntut suatu
ganti rugi; dan dengan demikian orang yang bersalah itu dapat diampuni. Atau
kalau mereka tidak mengadakan kesalahan dalam dosa kesombongan, satu korban
karena dosa dapat dipersembahkan untuk mereka. Tetapi dosa dosa mereka begitu
terjalin dengan pekerjaan mereka sebagai imam dari Yang Mahatinggi, di dalam
mempersembahkan korban bagi dosa; pekerjaan Allah begitu dinajiskan dan
dihinakan di hadapan orang banyak, sehingga tidak ada penebusan yang dapat
diterima bagi mereka. Bapa mereka sendiri, sekali pun dia adalah imam besar,
tidak berani mengadakan pengantaraan demi mereka, ia tidak dapat melindungi
mereka dari murka Allah yang suci itu. Dari antara semua orang berdosa, yang
paling besar kesalahannya adalah mereka yang meremehkan alat alat yang telah
disediakan oleh surga untuk penebusan manusia, yang “menyalibkan lagi Anak
Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.” (Ibr. 6:6)
 
 
 
 
Sumber:
Ringkasan khotbah
Pdt. Sandi Nugroho di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pregolan Bunder, Surabaya
tanggal 13 Januari 2013
http://www.gki-pregolan.org/front/index.php/ringkasan-kotbah/527-kotbah-13-januari-2013
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke