Maaf ya.. setelah penjelasan yg panjang lebar ini... koq ga ada satu riwayat
pun yang menceritakan bahwa Rasulullah pernah membaca alqur'an yg kemudian
pahalanya di berikan pada orang yang sudah mati? Atau para sahabat yg
mencontohkan nya?

Kalo mendoakan orang yg udah mati sih jelas ada contohnya.. jadi bisa dong
tetap kita lakukan..

by the way any way bus way water way... apa menghadiahkan pahala pada orang
mati bisa disama artikan dengan mendoakan orang mati? menghadiahkan pahala =
mendoakan ya?

Maaf atas keterbatasan ilmu saya.

salam

On 12/13/07, Arland <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Kepada
> Yth.
> Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
> dan Golongan2 yang mengaku Pengikut Salafus-salih
> UP : Dadang Suryana ([EMAIL PROTECTED]<dadang.suryana%40showa.co.id>),
>
> LILIS ([EMAIL PROTECTED] <admkcbg_ygy%40bukopin.co.id>
> DAN LAIN-LAIN
>
> Assalamu'alaikum wr. wb.
>
> Karnena belum ada yang menjawab pertanyaan saya mengenai asbabun-
> nuzul turunnya ayat 38-39 Surah An-Najm maka Saya akan menjelaskan
> menurut apa yang saya ketahui tentang asbabun-nuzul turunnya ayat 38-
> 39 Surah An-Najm, anda semua bisa cek penjelasan saya di bawah ini
> dalam Tafsir At-Thobari pada juz 27 kalo ga salah jilid ke-9 edisi
> dalam bahasa arabnya, atau Tafsir Al-Kurtubi pada juz yang sama.
> Jangan percaya begitu saja tanpa mengecek kebenarannya.
> Dan saya menjelasakan dengan gaya bahasa saya sendiri, sehingga
> tidak leterlek sesuai tulisan yang ada ditafsir agar lebih mudah
> untuk difahami oleh muslim yang awam seperti kita.
>
> Al-Qur'an Surah An-Najm ayat 38-39 ini turun diawali oleh ulah2
> buruk Walid bin Mughiroh (la'natullohi Alaih) yaitu salah seorang
> musyrikin makkah yang terkenal kaya raya baik dalam hal harta maupun
> banyaknya anak-anaknya, karena budaya arab jaman dulu orang yang
> disebut kaya raya itu bukan hanya dari sudut kaya hartanya tapi juga
> kaya dalam hal keturunan/anak.
>
> Walid ibnu Mughiroh bersama2 dengan musyrikin makkah lainnya, ketika
> itu sedang mengejek seseorang yang baru saja masuk islam.
> Walid Ibnu Mughiroh ini memang orangnya licik dan jahat, Ibnu Abbas
> (Rodiallohu anhu) meriwayatkan bahwa walid ibnu mughiroh ini salah
> seorang yang telah dilaknat dengan 10 macam laknatan dari Allah SWT
> atas kejahatannya, karena dia pernah berkali-kali mengejek
> Rasulullah SAW. dan sering menghalang-halangi orang untuk masuk
> islam dengar gaya dan caranya sendiri.
>
> Dalam satu periwayatan haditsnya Ibnu Abbas mengatakan ; Siapa yang
> bershalawat satu kali kepada Nabi SAW, Allah akan membalasanya
> bershalawat kepadanya Sepuluh kali, dan siapa yang menghina Nabi SAW
> satu kali, maka Allah SWT akan menghina/melaknatnya sepuluh kali,
> Dan Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang yang dilaknat Allah itu salah
> satunya adalah walid ibnu mughiroh, karena Walid pernah menghina dan
> mengejek Rasulullah SAW.
> Bahkan Rasulullah SAW sendiri (mungkin karena saking sebelnya sama
> ulah walid), dalam satu waktu pernah mengatakan bahwa sebetulnya
> walid itu bukan anak dari mughiroh, sebetulnya dia itu terlahir dari
> anak haram jaddah hasil perselingkuhan ibunya walid dengan seorang
> penggembala kambing ayahnya.
> Padahal Rasulullah SAW tidak pernah tau kapan dan dimana walid itu
> terlahir, tapi oleh karena "Wahyu-yuha" maka kata-katanya bukan lagi
> karena nafsu belaka, tapi kata-kata Rasulullah SAW itu merupakan
> wahyu, atau suatu mu'dzizat bahwa Rasulullah SAW itu dapat melihat
> kebelakang maupun ke depan.
>
> Ketika itu Walid sangat gusar dengan informasi yang didapatkannya
> dari Rasulullah SAW, karena Rasulullah SAW terkenal Al-Amin, atau
> yang kata-katanya dapat dipercaya oleh semua lapisan masyarakat
> ketika itu termasuk dari kubu musyrikin makkah. termasuk juga walid
> sangat yakin bahwa segala perkataan Rasullullah SAW diakui
> keakuratannya walaupun saat itu dirinya tidak beriman.
> Kemudian walid mempertanyakan tentang hal itu kepada ibundanya, dan
> ibundanya kemudian mengaku, bahwa memang benar bahwa walid bukan
> anak yang terlahir dari bibit ayahnya Mughiroh, tapi dari bibit
> seorang penggembala kambing.
> Dengan demikian maka perkataan Rasulullah SAW adalah benar, bukan
> karena hawa nafsu.
> Ibnu Abbas Ra mengatakan inilah salah satu dari 10 laknat Allah SWT
> kepada walid yaitu berupa terkuaknya aib-aibnya. (kisah 9 laknat
> lainnya ini bisa dibaca di Kitab Nashoikul Ibad pada masalah yang ke
> 26)
>
> Kembali pada An-Najm 38-39, Ejekan Walid bin Mughiroh beserta
> beberapa musyrikin makkah ketika itu adalah kepada salah seorang
> yang baru masuk islam dengan perkataan :"Kalau engkau kembali kepada
> agama kami dan memberi uang kepada kami, kami yang akan menanggung
> siksaanmu di akhirat".
> Kata-kata ini diucapkannya dengan maksud supaya mencegah sifulan
> untuk tidak beriman kepada Allah dan RasulNya.
>
> Maka ketika itu juga Allah SWT menurunkan ayat 38-39 Surah An-Najm,
> yang menunjukan bahwa seseorang tidak bisa menanggung dosa orang
> lain, bagi seseorang apa yang telah dikerjakan.
> Namun harus juga difahami bahwa ayat tersebut bukan berarti
> menghilangkan pekerjaan seseorang untuk orang lain, dalam arti amal
> baik yang kita perbuat bukan berarti tidak dapat kita hadiahkan pada
> orang lain, misalnya seperti do'a kepada orang mati,sedekah dan lain-
> lainnya.
> Karena kalau logikanya bolak-balik maka kita juga tentu dilarang
> untuk mendo'akan orang yang sudah mati.
> Tidak ada lagi fardhu kifayah tentang sholat mayyit, tidak ada lagi
> do'a Allohummaghfir lil muslimina-wal-muslimat... dalam khutbah
> jum'at.
>
> OK?
>
> Dalam Tafsir ath-Thobari juga dijelaskan bahwa dari ibnu Abbas Ra,
> bahwa sebetulnya ayat 38-39 An-Najm tersebut telah di-mansukh atau
> digantikan hukumnya dengan Surah At-Thuur ayat 21 yang artinya :
>
> Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti
> mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
> mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal
> mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
>
> Dalam tafsir Al-Kurtubi ditambahkan lagi bahwa An-Najm 39 dimansuh
> juga oleh ayat terakhir An-Nisa ayat 11, yang artinya : orang tuamu
> dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang
> lebih dekat (banyak) manfa`atnya bagimu.
> Dijelaskan oleh Imam Kurtubi bahwa maksud kata "Manfaat" disini
> bukan hanya manfaat di dunia, tapi juga manfaat di akhirat.
>
> Sedikit menyinggung sebuah hadits shahih, disebutkan bahwa bacaan2
> ayat Al-Qur'an yang dibaca itu akan datang pada hari Kiamat sebagai
> pemberi syafaat bagi orang yang membacanya, sebagaimana riwayat Abu
> Umamah yang artinya :
> "Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
> bersabda: "Bacalah oleh kamu al-Qur'an, sesungguhnya (al-Qur'an) itu
> datang pada hari qiamat menjadi syafaat kepada pembacanya." (Hadits
> riwayat Muslim)
> Maksud Syafaat disini adalah pertolongan yang membantu seseorang
> terhindar dari apa jahannam.
>
> Ada lagi riwayat hadits : "Siapa yang membaca al-Qur'an dan beramal
> dengan isi kandungannya, dianugerahkan kedua ibubapaknya mahkota di
> hari qiamat. Cahayanya (mahkotanya) lebih baik daripada cahaya
> matahari di rumah-rumah dunia. Kalaulah yang demikian itu matahari
> berada di rumah kamu (dipenuhi dengan sinarannya), maka apa sangkaan
> kamu terhadap yang beramal dengan ini (al-Qur'an)."(Hadis riwayat
> Abu Daud)
>
> Kita yang membaca ayat-ayat Al-Qur'an juga akan memperoleh kedudukan
> yang tinggi dalam syurga. Hal ini diterangkan dalam sebuah hadits,
> Rasulullah SAW bersabda yang artinya : "Dikatakan kepada pembaca al-
> Qur'an: "Bacalah (al-Qur'an), naiklah (pada derjat-derjat syurga)
> dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan
> tartil di dunia. Sesungguhnya kedudukan darjatmu sehingga kadar
> akhir ayat yang engkau baca." (Hadits riwayat Ahmad)
>
> Karena itu pemahaman tentang sampainya pahala bacaan ayat2 Al-Qur'an
> kepada orang yang sudah mati sejak dulupun sudah khilafiah diantara
> para ulama. Ada yang mengatakan sampai ada juga yang mengatakan
> tidak akan sampai kepada orang yang sudah mati.
> Sebab logikanya; bilamana pahalanya tidak sampai pada orang yang
> sudah mati, tentu Al-Qur'an itu tidak mungkin memberikan syafaat
> bagi para pembacanya. adapun syafaat ini baru bisa dinikmati nanti
> pada hari kiyamat, atau paling cepat di alam barzah, bukan kontan
> pada hari ini.
>
> Satu hal yang ingin saya sampaikan bahwa Syaekhul Islam Al-Imam Ibnu
> Taimiyah dalam Kitab Majmu' Fatawa-nya juga berkata bahwa :
> Orang yang berkata bahwa do'a tidak sampai kepada orang mati dan
> perbuatan baik, pahalanya tidak sampai kepada orang mati, mereka itu
> ahli bid'ah, sebab para ulama' telah sepakat bahwa mayyit mendapat
> manfa'at dari do'a dan amal shalih orang yang hidup.
>
> Demikian, mudah-mudahan sedikit dapat difahami, dan kalau mau lebih
> banyak lagi silahkan dibaca di kitab tafsirnya langsung, jadi tidak
> hanya kata orang, begini dan begitu....
> Saya lebih suka anda baca langsung di kitabnya daripada dengan
> begitu saja anda percaya kata-kata saya.
>
> Bagi yang kurang sependapat dengan uraian di atas silahkan
> diluruskan.
>
>
> Wassalam,
> arland-jkt.
>
> 
>

Kirim email ke