Wahabi? Kalau mau jujur Wahabi lebih lurus dan benar dibandingkan dengan Syiah 
yang penuh dengan kebid'ahan!

 

________________________________
 Dari: Ahsa <ahmadsahi...@ymail.com>
Kepada: "ikatanguruindone...@yahoogroups.com" 
<ikatanguruindone...@yahoogroups.com>; apisejarah milis 
<apiseja...@yahoogroups.com>; Lovers-of-Ahlul-Bayt Milis AB 
<lovers-of-ahlul-b...@yahoogroups.com>; Ki Sunda Milis 
<kisunda@yahoogroups.com> 
Dikirim: Jumat, 13 Juli 2012 16:06
Judul: [kisunda] Ada Upaya Mengganti Sejarah Wali Songo dengan Sejarah Ulama 
Wahabi
  

 
   
 


Perjuangan Walisongo merupakan fakta sejarah dalam penyebaran Islam 
di Nusantara, khususnya pulau Jawa. Keberhasilannya yang gemilang tak 
lepas dari strategi mereka melalui jalur kultural. Tak ada pertumpahan 
darah dan inkuisisi.

Karena itulah perjuangannya selalu dikenang.
 Makamnya selalu diziarahi oleh segenap muslim. Tapi perjuangan sembilan
 ulama tersebut, dianggap sepi oleh sekelompok orang. Hal itu terbukti 
dengan absennya Walisongo dari Ensiklopedi Islam terbitan PT Ichtiar 
Baru Van Hoeve.

Agus Sunyoto sebagai salah seorang sejarawan 
Nusantara merasa kuatir dengan kondisi ini. Menurutnya, lambat-laun 
sejarah Walisongo bisa hilang dari ingatan orang, atau bisa jadi 
dianggap dongeng belaka.

Kekuatiran Wakil Ketua Lembaga Seniman 
dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi-NU) ini membuahkan buku 
berjudul “Walisongo Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan” setebal 282 
halaman.

Ketika Agus Sunyoto berkunjung ke kantor PBNU, Jalan 
Kramat Raya 164, Rabu, (15/2) Abdullah Alawi dari NU Online berhasil 
mewawancarainya seputar penulisan buku itu. Berikut petikannya.

Belum lama ini mas Agus menulis buku Wali Songo, Rekonstruksi Sejarah yang 
Disingkirkan. Apa tujuan menulis buku itu?

Awalnya
 ketika saya membaca buku Ensiklopedi Islam terbitan Van Hoeve itu. 
Ternyata entri Walisongo tidak ada. Demak itu hanya disinggung dua. 
Kesultanan Demak dan masjid Demak. Itu pun singkat sekali. Yang muncul 
malah tiga serangkai Wahabi yang membawa faham Wahabi ke Indonesia. Haji
 Miskin, Haji Sumanik, Haji Piabang sebagai pembawa ajaran Islam.

Reputasi orang itu dalam sejarah perjuangan menyebarkan Islam itu bagaimana?

Yang menimbulkan pecahnya Perang Paderi. Reputasi apa? Orang yang berbeda 
pandangan dipateni (dibunuh, red).

Kalau
 kita baca Ensiklopedi Islam itu, secara tidak langsung, kita diarahkan 
untuk menganggap bahwa Islam yang disebarkan Nusantara itu oleh Wahabi. 
Begitu, ya?

Iya. Dan itu yang dimasukkan. Itu kan golongan 
Sumatera Tawalib. Orang sana itu, madrasah-madrasah Wahabi itu, Persis 
itu masuk, al-Irsyad itu masuk. Resulusi Jihad itu nggak ada. Komite 
Hijaznya NU itu nggak ada.

Efeknya bagi masyarakat itu apa, Pak?

Ya lambat-laun Walisongo dianggap nggak pernah ada. Islam yang ada sekarang itu 
dianggap ahistori.

Indikasi apa itu mas?

Kita
 tinggal menunggu dua puluh tahun lagi. Kalau Walisongo itu sudah tidak 
ditulis di ensiklopedi, dua puluh tahun lagi, sudah jelas dianggap 
dongeng. Tidak ada kenyataannya. Tidak diakui. Eksistensinya tidak 
diakui.

Itu memang sistematis?

Iya sistematis. Ada usaha sistematis untuk menghilangkkan Walisongo.

Tujuan mereka itu apa?

Ya,
 mereka kan menganggap Walisongo itu tidak sefaham dengan mereka dan 
mereka membikin seolah-olah yang membawa (Islam) ke sini adalah Wahabi. 
Tapi itu artinya Islam baru berkembang 1803. Sebelum itu, nggak ada 
Islam berarti. Itu pemalsuan sejarah. Pemalsuan sejarah yang tidak 
cerdas!

Apa karena tipikal Walisongo yang menyebarkan Islam melalui pendekatan budaya? 
Dan itu bersebrangan dengan faham mereka?

Iya.
 Mereka kan kalau perlu, semua yang bersebrangan faham dengan mereka kan
 dibunuh saja. Bahwa faham merekalah yang benar. Karena mereka 
menghalalkan segala cara. Kalau bukan golongan mereka, ya disingkirkan. 
Sayangnya mereka minoritas.

Dalam sejarah, Islam yang diterima di
 masyarakat itu selalu pendekatan budaya. Tidak cuma Walisongo. Di 
Sumatera ada tokoh Aria Damar. Dia kan asalnya penganut Shiwa Budha. 
Dakwah Islam di Palembang dan sekitarnya itu, ketika yang dakwah itu 
orang yang dari Arab Said Syarif Hidayatullah itu, itu nggak ada orang 
yang mau menerima.

Said Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati?

Bukan,
 mertuanya Ario Damar. Nah, ketika Ario Damar yang mengajak kepada 
orang-orang yang menganut Budha, baru mereka berkenan mengikuti Islam.

Strateginya bagaimana? Seperti Walisongo juga?

Iya.

Pendekatan budaya juga?

Iya.
 Begini, semua orang nggak mau ketika yang menyebarkan Islam itu Syarif 
Hidayatullah. Kenapa? Palembang itu pusatnya Sriwijaya beratus-ratus 
tahun. Di situ Budha. Bagaimana caranya bisa Islam? Baru bisa setelah 
Ario Damar yang menganut Shwa Budha itu memeluk Islam dan mengajak 
orang. Tetap dengan pendekatan kultural. Apa dengan mengajarkan ilmu, 
pertanian, kesenia. Banyak. Ario Damar itu kan raja muda di sana. Mesti 
lewat budaya, macam-macam.

Di daerah lain juga mesti yang diterima itu dengan pendekatan budaya? Sulawesi, 
Kalimantan juga?

Iya.
 Contohnya di Jawa. Sunan Ampel itu datang dari Campa, Vietnam. Dia 
nggak begitu paham budaya Jawa. Menikah dengan orang Jawa, melahirkan 
anak: Sunan Bonang, misalnya. Dia dididik sebagai keluarga bangsawan 
Jawa. Dari keluarga ibunya kan. Karena itu dia bisa menulis tembang 
macam-macam. Sunan Ampel nggak bisa. Nggak ada warisannya karena memang 
bukan orang Jawa.

Jadi, orang pribumi yang berkreasi?

Iya. Orang pribumi.

Mas, Kelebihan buku ini, menurut mas Agus sendiri dibanding dengan buku-buku 
lain yang menulis Walisongo.

Buku-buku
 Walisongo itu kan ditulis dalam bentuk dongeng, cerita-cerita, legenda.
 Nah, saya masukkan inskripsi-inskripsi yang ada di makam-makam, 
misalnya makam Malik Ibrahim, ada. Atau prasatinya. Kapan tokoh itu, 
siapa tokoh itu? Bukan berdasarkan dongeng.

Setiap makam itu ada inskripsinya ya?

Nggak. Nggak setiap makam ada. Tapi beberapa makam ada inskripsinya.

Itu kan ensiklopedi yang terbit tahun 1995, kenapa baru direspon sekarang?

Karena ngak tahu. Belum pernah baca itu. Baru tahun tahun 2010.

Bagaiamana ketemunya Van Hoeve sama Wahabi? Persinggungannya itu?

Mungkin
 aja Van Hoeve nggak paham. Karena dia cuma penerbit. Orang-orang yang 
menulisnya. (Agus Sunyoto menyebutkan para penulisnya)[IslamTimes/sa/Nu 
Online]

Sumber Nu Online; 
http://jombang.nu.or.id/agus-sunyoto-ada-usaha-sistematis-untuk-menghilangkkan-walisongo/

http://ahmadsahidin.blog.com   
      

Kirim email ke