Para dulur sadayana nu kasuhun, punten ulah parasea wae..diskusi oge 
dibatasi...kuring mah aya nu ngintun ieu, bahan urang tafakureun..:mugia 
katampi ku qolbu nu weuning....

Mungkinkah satu golongan semuanya masuk surga, sedangkan bukan golongannya 
semuanya masuk neraka.?
Padahal Allah Ta'ala menyampaikan : semuanya masuk Surga...asal...:
1. mengakui Keesaan Allah (hatinya suci dari tuhan2 selain Allah).
2. berbuat amal shaleh..
Untuk mencapai kondisi tersebut, rasanya anggota golongan manapun 
sangat sulit. Karena harus melalui pengorbanan yang berat. termasuk 
mengeli
minasi Egonya.
Disamping itu. 
hadist menyatakan : ada rasaa ujub (merasa lebih baik dari yang lain, 
apalagi memvonis orang lain lebih buruk darii dirinya), sebesar 
jarah-atom. tidak akaan bisa mencium bau surga. apalagi memasukinya.
Maka daripada saling mengklaim golongannya lebih baik serta 
menghancurkan golongan lain, lebih baik dipakai untuk mensucikan hati 
serta meningkatkan amal shaleh. Dijamin masuk surga.


________________________________
 Dari: "ihi...@yahoo.com" <ihi...@yahoo.com>
Kepada: kisunda@yahoogroups.com 
Dikirim: Selasa, 14 Agustus 2012 18:24
Judul: Re: Bls: Bls: [kisunda] Fwd: FW: Syiah dan Ukhuwah ? (pernyataan tokoh 
--syiah)
 

  
Lain ngewa,ngalempengkeun sangkan maneh manggih jalan nu bener 


Sent from my BlackBerry® 
powered by Sinyal Kuat INDOSAT 

-----Original Message----- 
From: Ahsa <ahmadsahi...@ymail.com> 
Sender: kisunda@yahoogroups.com 
Date: Tue, 14 Aug 2012 17:54:55 
To: kisunda@yahoogroups.com<kisunda@yahoogroups.com> 
Reply-To: kisunda@yahoogroups.com 
Subject: Bls: Bls: [kisunda] Fwd: FW: Syiah dan Ukhuwah ? (pernyataan tokoh 
--syiah) 

Kang Zen jigana mah dugi rek datangna kiamat oge bakal terus aya anu ngewa ka 
Syiah teh... 
  
=> http://www.kompasiana.com/ahsa 



________________________________ 
Dari: Mohammad zen <zenhus...@yahoo.com> 
Kepada: "kisunda@yahoogroups.com" <kisunda@yahoogroups.com> 
Dikirim: Selasa, 14 Agustus 2012 2:17 
Judul: Re: Bls: [kisunda] Fwd: FW: Syiah dan Ukhuwah ? (pernyataan tokoh 
--syiah) 


anu kadua tulisan ini tidak saya temukan di website Nu, 

dan sedikit mengandung fitnahan: 
1. Syiah tidak mencela para sahabat, kecuali muawiyah dan yazid sudah jelas 
adapun masalah buku2 kajian seperti dialog suni syiah itu adalah bukti sejarah 
untuk kajian ilmiah bukan celaan 
2. kandungan hadits yg dilontarkan syiah dengan kitab2 suni itu benar2 maknnya, 
tidak diselewengkan, sebab bukti sejarah dan kebenaran ada pada kedua belah 
pihak, makanya syiah menggunakan kitab yg pihak lain yakini 
3. syiah melakukan pembelaan biasanya terhadap fitnahan orang2 wahabi... itu 
saja,... 
disinis saya lampirkan pernyataan tokoh mengenai syiah 
Mustatorun Sohiva Nugraha 
Apa Kata Tokoh Indonesia Tentang Syiah ? 

Said Agil Siradj (Ketua Umum PB NU): 
“Ajaran Syiah tidak sesat dan termasuk 
Islam seperti halnya Sunni. Di universitas 
di dunia manapun tidak ada yang 
menganggap Syiah sesat.“ (tempo.co) 

Din Syamsuddin (Ketua Umum PP 
Muhammadiyah): 
“Tidak ada beda Sunni dan Syiah. Dialog 
merupakan jalan yang paling baik 
dan 
tepat, guna mengatasi perbedaan aliran 
dalam keluarga besar sesama muslim.” (republika.co.id) 

Buya Syafi’i Ma’arif (Cendikiawan 
Muslim, Mantan Ketua PP 
Muhammadiyah): 
“Kalau Syiah di kalangan mazhab, 
dianggap sebagai mazhab 
kelima.” (okezone.com) 

Amin Rais (Mantan Ketua PP 
Muhammadiyah): 
“Sunnah dan Syiah adalah mazhab- 
mazhab yang legitimate dan sah saja 
dalam 
Islam.“ (satuislam.wordpress.com) 

Marzuki Alie (Ketua DPR RI): 
“Syiah itu mazhab yang diterima di 
negara manapun di seluruh dunia, dan 
tidak ada satupun negara yang 
menegaskan bahwa Islam Syiah adalah 
aliran sesat.“ (okezone.com) 

Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden RI): 
“Harus ada toleransi terhadap 
perbedaan karena perbedaan adalah 
rahmat.” (tempo.co) 

Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA 
(Cendikiawan Muslim, Direktur Sekolah 
Pasca Sarjana UIN 
Jakarta): 
“Syiah adalah bagian integral dari umat 
Islam dan tidak ada perbedaan yang 
prinsipil dan fundamental dalam Syiah dan Sunni, kecuali masalah 
kepemimpinan politik.” 
“Fatwa haram atau sesat Syiah itu tidak 
diperlukan, baik secara teologis, ibadah 
dan fiqh karena pertaruhannya Ukhuwah 
Islamiyah di Indonesia.” (republika.co.id) 

Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN 
Syarif Hidayatullah Jakarta): 
“Syiah merupakan bagian dari sejarah 
Islam dalam perebutan kekuasaan, dari 
masa sahabat, karenanya akidahnya 
sama, Alqurannya, dan nabinya juga sama.” (republika.co.id) 

KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia): 
“Dengan tergabungnya Iran yang 
mayoritas bermazhab Syiah sebagai 
negara Islam dalam wadah OKI tersebut, 
berarti Iran diakui sebagai bagian dari 
Islam. Itu sudah cukup. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang 
tergabung dalam 60 negara 
menerima 
Iran sebagai negara 
Islam.” (tempointeraktif) 

Rhoma Irama (Seniman dan Mubaligh): 
“Tuhan kita sama, nabi kita sama, kiblat 
kita sama, sholat kita sama, puasa kita 
sama, zakat kita sama, haji kita sama, 
kenapa harus saling 
mengkafirkan.” (tempo.co) 

Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU): 
“Caranya terus menjaga persamaan 
sesama Umat Islam, bukan mencari 
perbedaannya.” (republika.co.id) 

Muhammad Mahfud MD (Ketua MK): 
“Kalau saya mengatakan semua 
keyakinan itu tidak boleh diintervensi 
oleh negara. Keyakinan itu tak boleh 
diganggu orang lain, kecuali dia 
mengganggu keyakinan orang lain.” (okezone.com) 

Prof. Dr. Umar Shihab (Ketua MUI Pusat): 
“Syiah bukan ajaran sesat, baik Sunni 
maupun Syiah tetap diakui Konferensi 
Ulama Islam International sebagai bagian 
dari Islam.” (rakyatmerdekaonline.com) 

Alm. Buya Hamka (Mantan 
Ketua Umum 
MUI Pusat) Mengutip pernyataan Imam 
Syafi’i: 
“Jika saya dituduh Syiah karena 
mencintai keluarga Muhammad Saw, 
maka saksikanlah wahai Jin dan Manusia, bahwa saya ini orang Syiah. Jika 
dituduhkan kepada saya bahwa saya 
Syiah karena membela Imam Ali, saya 
bersaksi bahwa saya 
Syiah.” (majalah.tempointeraktif.com) 

KH Nur Iskandar Sq (Ketua Dewan Syuro 
PPP): 
“Kami sangat menghargai kaum 
Muslimin Syiah.” (inilah.com) 


________________________________ 
From: Mohammad zen <zenhus...@yahoo.com> 
To: "kisunda@yahoogroups.com" <kisunda@yahoogroups.com> 
Sent: Monday, August 13, 2012 6:42 PM 
Subject: Re: Bls: [kisunda] Fwd: FW: Syiah dan Ukhuwah ? 

----- Forwarded Message ----- 


This message is eligible for Automatic Cleanup! (zenhus...@yahoo.com) Add 
cleanup rule | More info 

ceuk fatwa syiah mah cing penting syahadatain we lah --- ulah ngakafirkeun ,,, 
keun wae debat jeung diskusi mah... 
eta kuncinya Syahadatain.... 



________________________________ 
From: Sp Saprudin <udari...@yahoo.co.id> 
To: "kisunda@yahoogroups.com" <kisunda@yahoogroups.com> 
Sent: Monday, August 13, 2012 5:32 AM 
Subject: Bls: [kisunda] Fwd: FW: Syiah dan Ukhuwah ? 

----- Forwarded Message ----- 


This message is eligible for Automatic Cleanup! (udari...@yahoo.co.id) Add 
cleanup rule | More info 

Ibarat duri (cucuk) dalam (dijero) sekam (huut) 
Ibarat cucuk dijero huut? Kumaha tah maksudna nyah. Meureun budak gendut diuk 
dina karung huut, dina sungut samutut bari jeung hitut! Luak lieuk beunget 
moncrong ka batur, jiga hanteu ngarasakeun manehna sorangan anu hitut.   
Mun noong ushul na beda komo deui kana masalah furuna 
Anu pikasebelen teh nyaeta "Yang lebih menyinggung perasaan kaum Suni adalah 
banyaknya buku-buku Syiah yang mendekonstruksi ajaran-ajaran dasar Suni, tetapi 
menggunakan sumber-sumber kaum Suni" 
Tah eta anu pikasebseb oge. Mun adu omong kadesek, eh ngaguaran sumber-sumber 
Sunni pikeun memperkuat argumentasina. Padahal Syiah bogaeun kitab-kitabna 
sabage sumber sagala hukum nyaeta : 
1. Kitab Al Kafi ditulis ku Al Kulaini, Muhammad bin Ya'quh bin Ishaq 
2. Tahdzib Al-Ahkam dikarang ku Abu Ja'far At-Thusi, Muhammad bin Ya'qub bin 
Ishaq 
3. Al-Istibshar dikarang ku At-Thusi 
4. Man La Yadhuruhul Faqih ditulis ku Abnu Babawaih Al Qummi, Abu Ja'far, 
Muhammad bin Ali bin Husain Bin Musa. 
  
Eta opat kitab ku Syiah dianggap kitab anu pang mulyana. 
Tapi ku naon mun Syiah jeung Islam Sunni dialog, eta opat kitab sok tara jadi 
rujukan, malahan ngaguaran anu aya di Sunni? Model Jalaludin Rahmat kurah koreh 
dina kitab Sunni. 
  
Ah pipaseaeun, lain saeutik di milis Ki Sunda anu nyekel paham Siah! 
  
Dari: Ki Hasan <khs...@gmail.com> 
Kepada: Ki Sunda <kisunda@yahoogroups.com> 
Dikirim: Minggu, 12 Agustus 2012 15:51 
Judul: [kisunda] Fwd: FW: Syiah dan Ukhuwah ? 


  



---------- Forwarded message ---------- 
From: Suarsa, Roni <suars...@yanpet.sabic.com> 
Date: 2012/8/12 
Subject: FW: Syiah dan Ukhuwah ? 
To: 



  
 RONIRASUARSA 
OPERATOR, YEP PP WET END 
Saudi Yanbu Petrochemical Company 
A SABIC AffiliateYanbu Industrial City41912 
Saudi Arabia 
T +966 (4) 321 4276-4276 
F   
E suars...@yanpet.sabic.com 
From:satriyo 


  
  Syiah dan Ukhuwah 
  
Prof Dr Mohammad Baharun 
Pengurus MUI Pusat/Guru Besar Sosiologi Agama 
  
Sejauh pengamatan saya, isu Syiah dan Ahlussunnah wal Jamaah (selanjutnya 
disebut Sunah) di Indonesia selama ini, sebenarnya tidak dipengaruhi secara 
langsung kondisi objektif ketegangan Sunah-Syiah di Timur Tengah. Kasus-kasus 
Indonesia hakikatnya dipicu oleh provokasi buku-buku dan ceramah. 
Seperti sudah dipahami bahwa karakter Syiah sangat identik dengan kritikan 
terhadap para pembesar sahabat (Amirul Mukminin) dan istri Nabi SAW (Ummul 
Mukminin) — yang secara terbuka sering dicerca. Prinsip doktrin yang menganggap 
para sahabat Nabi yang agung sebagai pe rampas hak kekhilafahan Ali, kemudian 
berujung dan berlarut-larut mene ruskan tradisi kritik, kecaman, bahkan hinaan 
terhadap para sahabat dan istri Nabi SAW. 
Kondisi alami “Syiah” seperti ini perlu dipahami, agar solusi yang diberikan 
pun bukan bersifat basa-basi. Apalagi, dunia semakin terbuka. Informasi semakin 
bebas beredar. Ketersinggungan pihak Suni saat ajaran-ajaran dasar dan 
tokoh-tokohnya dicerca juga perlu dimaklumi. Bukan hanya melihat dari aspek 
kebebasan beragama dan berpendapat saja. Apalagi ini berkaitan d e ngan masalah 
agama, yang bagi kebanyakan masyarakat Muslim sudah dianggap sebagai perkara 
hidup-mati. 
Dalam pencermatan saya yang sudah puluhan tahun mengamati dan menulis masalah 
Syiah di Indonesia, hampir semua kasus konflik dipicu oleh peredaran buku dan 
ceramah dari kalangan Syiah. Sebutlah penerbitan buku “Dialog Sunnah-Syiah“ 
karangan Abdul Husain al-Musawy, yang merupakan terjemahan dari buku aslinya 
“AlMuraja'at“. Buku ini dianggap sebagai buku lama yang populer dan konon 
dianggap sebagai buku yang ampuh untuk `menaklukkan' Ahlu Sunnah. Ada juga buku 
berjudul “Sudah Kutemukan Kebenaran“ (terjemahan) dan “Saqifah: Awal 
Perselisihan Umat“, yang menyerang keyakinan kaum Suni. 
Yang lebih menyinggung perasaan kaum Suni adalah banyaknya buku-buku Syiah yang 
mendekonstruksi ajaran-ajaran dasar Suni, tetapi menggunakan sumber-sumber kaum 
Suni. 
Hanya saja, setelah diperiksa, memang ditemukan daftar pustakanya, namun 
setelah dicermati lebih jauh, ternyata sumber-sumber itu diselewengkan isi dan 
maknanya. Inilah yang membuat kaum Suni terus menjadi cemas dan masalah ini 
menjadi semacam “bara dalam sekam“ yang suatu ketika bisa meledak seperti kasus 
di Sampang, pada akhir 2011. 
Setelah kasus Sampang tersebut, semua pihak, baik Suni maupun Syiah harus 
berusaha mencari solusi, agar kasus serupa itu tidak terjadi. Apalagi, As'ad 
Said Ali (wakil ketua umum PBNU), menulis banyaknya lulusan Qum Iran, yang 
pulang ke Indonesia, dan kemudian mendirikan yayasan-yayasan Syiah, melakukan 
mobilisasi opini publik, penyebaran kader ke sejumlah partai politik, dan upaya 
membuat lembaga Marja’iyati Taqlid seperti di Iran menjelang revolusi. 
(http://www.nu.or.id/, judul “Gerakan Syiah di Indonesia”, 30/05/2011). 
Saat mengikuti kursus PPSA XVII Lem han nas RI, ada seorang peserta diskusi 
yang meng ajukan pertanyaan, apakah benar Syiah bisa me nerima Pancasila dan 
NKRI seperti Ahlu Sun nah (Aswaja) yang diwakili dua ormas be sar, yakni NU dan 
Muhamma diyah? Itu mengingat konsep imamah yang absolut tidak memungkinkan 
penerimaan ideologi apa pun di dunia ini, kecuali menerima keniscayaan 
pemerintahan model imamah? 
Perlu dipahami, bahwa untuk menyelesaikan atau mendamaikan masalah Syiah di 
Indonesia tidaklah mudah. Itu terkait dengan adanya perbedaan mendasar dalam 
ajaran Suni dan Syiah. Dalam disertasi saya di IAIN Sunan Ampel Su rabaya – 
sudah diterbitkan menjadi buku berju dul “Dari Imamah Sampai Mut’ah” (2004), 
saya mengingatkan perlunya Indonesia belajar dari kasus Suni-Syiah yang terjadi 
di berbagai negeri Muslim lainnya. Pada 4 Juli 2003, di Pakistan, terjadi 
serangan bom yang menewaskan 47 orang dan mencederai 65 orang lainnya. Berikut 
nya pada 2 Maret 2004, terjadi serangan yang menewaskan 271 warga Syiah dan 
melukai 393 lainnya. Kasus-kasus seperti ini juga terjadi di negara-negara 
Muslim lainnya. 
Di samping adanya perbedaan dalam berbagai ajaran dalam soal akidah, satu 
masalah yang akan menjadi problema pelik di tengah masyarakat adalah 
disahkannya perkawinan mut’ah (nikah temporal). 
Dalam nikah jenis ini, seorang wanita bisa berpasangan mut’ah dengan berbagai 
laki-laki. Status anak-anak dalam perkawinan jenis inipun bisa bermasalah. 
Biasanya pihak Syiah akan menyalahkan Umar bin Khattab karena telah berani 
melarang nikah mut’ah yang pernah dihalalkan oleh Nabi SAW. 
Padahal, faktanya tidak demikian. Umar bin Khattab justru melaksanakan 
ketetapan dari Nabi sendiri. Keputusan Umar itu pun juga disetujui oleh Ali bin 
Abi Thalib. Sebab, Ali adalah mustasyar (penasihat) pada pemerintahan Umar. 
Sampai-sampai Umar pernah menyata kan, “Tan pa keterlibatan Ali, gagallah 
Umar.” Nikah jenis ini mutlak haram bagi kaum Suni dan sebagian kelompok Syiah 
(Zaidiyah) yang mendekati Suni. 
Begitulah, jika kita ingin membangun ukhu wah, maka perlu diperhatikan benar 
masalah-masalah mendasar dalam soal keagamaan ini. Hal-hal yang menimbulkan 
sensitivitas pihak lain, perlu dihindari. 
Sebaiknya, kaum Syiah sebagai minoritas di negeri Indonesia, bisa menahan diri 
untuk tidak bersifat agresif dalam menyebarkan ajaran mereka, disertai dengan 
menyerang dan melecehkan ajaran-ajaran pokok kaum Suni. Faktanya, kita tidak 
hanya bisa mendasarkan pada aspek kebebasan semata. 
Mudah-mudahan umat Islam Indonesia mampu mengatasi masalah-masalah yang mereka 
hadapi, baik masalah eksternal maupun internal mereka. Amin. ■ 

http://www.nu.or.id/ 

http://republika.pressmart.com/PUBLICATIONS/RP/RP/2012/01/19/ArticleHtmls/Syiah-dan-Ukhuwah-19012012024013.shtml?Mode=1
 



-------------------------------- 
This e-mail and any attachments are for authorized use by the intended 
recipient(s) only. They may contain proprietary material or confidential 
information and/or be subject to legal privilege. They should not be copied, 
disclosed to, or used by any other party. 
If you have reason to believe that you are not one of the intended recipients 
of this e-mail, please notify the sender immediately by reply e-mail and 
immediately delete this e-mail and any of its attachments. Thank you. 

 

Kirim email ke