[Hermawan Kartajaya] Hermawan Kartajaya dan Kisah Sukses di Dunia Marketing
[ Kamis, 27 November 2008 ]

Hermawan Kartajaya termasuk sosok langka di Surabaya. Lahir dan dibesarkan di 
metropolis, kini dia telah menjadi warga dunia. Berbagai jabatan tingkat 
internasional disandang berkat kompetensinya di dunia marketing. 

Saat ini, selain menjadi founder MarkPlus Inc. ayah dua anak itu tercatat 
sebagai presiden Asosiasi Marketing Dunia, salah seorang di antara 50 guru 
marketing dunia, konsul kehormatan Republik Ceko di Surabaya, dan masih ada 
sederet gelar lain. 

Hingga awal 1980-an, semua itu tak pernah terbayang di benak Hermawan. 
Statusnya sebagai guru di SMAK St. Louis membuat Hermawan seolah tak mungkin 
menekuni dunia pemasaran. 

Hermawan berstatus sebagai guru di St. Louis hingga 1985. Sebelumnya, selama 
lima tahun dia membaktikan diri di SMP Sasana Bhakti. Di sekolah menengah 
pertama itu, pria yang berulang tahun tiap 18 November tersebut pernah mencatat 
sebuah prestasi. Yakni, menjadi kepala sekolah di usia yang masih belia, 20 
tahun. 

"Hingga kini, saya masih yakin bahwa saya termasuk salah seorang kepala sekolah 
SMP termuda di Surabaya," ucapnya kemudian tertawa kecil. 

Melihat Hermawan saat ini, tentu tak ada yang meragukan kemapanannya di bidang 
finansial. Tapi saat muda, dia mengaku harus melalui jalan hidup yang sulit. 
"Menjadi guru itu juga karena saya kepepet ekonomi," kenangnya.

Nasibnya berubah setelah dia diminta menjadi manajer distribusi oleh salah 
seorang bekas muridnya, Kindarto Kohar. Kindarto adalah pemilik PT Panggung, 
sebuah perusahaan yang memegang lisensi peredaran produk elektronik dari JVC, 
Teac, Maxell, dan sejumlah produk lainnya. 

Hermawan memutuskan fokus pada pekerjaan barunya. Profesi sebagai guru 
matematika dan fisika itu dilepas. Di PT Panggung, karir Hermawan terus 
menanjak sehingga menjadi general manager. Kendati hanya dua tahun berkiprah di 
PT Panggung, Hermawan berhasil meletakkan dasar distribusi yang kukuh. 

''Saya menghilangkan agen-agen PT Panggung dan membentuk jalur distribusi 
sendiri," kenangnya. "Cara itu dalam jangka pendek memang menyurutkan angka 
penjualan. Namun, ke depannya sangat bagus untuk kenaikan pendapatan," 
tambahnya.

Kinerja Hermawan kemudian menarik perhatian Poetra Sampoerna, pemilik PT HM 
Sampoerna sebelum dijual ke PT Philip Morris sekarang. Dia menempati jabatan 
sebagai direktur distribusi. Dengan status itu, Hermawan merasa laju evolusi 
pemikiran dan kemampuan marketing-nya bertambah drastis. 

Maklum saja, dia mendapat partner bagus dalam berdiskusi marketing. Yakni, sang 
bos sendiri, Poetra Sampoerna. ''Pernah selama lima jam, saya dan Pak Poetra 
berdiskusi soal marketing,'' ungkapnya.

Dari perbincangan-perbincangan intens seperti itu, Hermawan mendapat satu 
"mantra marketing" yang terus diingatnya hingga kini. Yakni, it is better to be 
a little bit different than to be a little bit better (lebih baik menjadi 
sedikit berbeda daripada menjadi sedikit lebih baik). Dari sinilah, Hermawan 
mengembangkan konsep tiga kredo utama. Yakni PDB (positioning, diferentiation, 
branding). 

Pada 1990, Hermawan keluar dari PT HM Sampoerna dan kemudian mendirikan 
MarkPlus, sebuah perusahaan konsultan marketing berikut riset dan training. 
Setelah itu, Hermawan "terbang" semakin tinggi. Sejumlah konsep baru 
ditelurkan. Klien-klien kakap pun tertarik menggunakan jasanya untuk me-renew 
strategi marketing. Di antaranya United Tractor (Komatsu), Indofood, Semen 
Gresik Group, dan Goodyear Indonesia. 

Seiring dengan itu, namanya mulai dikenal di luar negeri. Tonggak pertamanya 
dicatatkan ketika dia ditahbiskan sebagai presiden marketing Asia Pasifik. Saat 
itu, dia bertemu dengan Philip Kotler, bapak marketing modern, dalam sebuah 
konferensi marketing di Moskow pada 1998. 

Setelah menulis buku bersama Philip, namanya terus berkibar. Dua tahun lalu, 
dia dianggap sebagai 50 guru yang mengubah konsep marketing di era modern ini. 
"Rasanya tak terbayangkan, namun semuanya bisa terjadi,'' jawabnya ketika 
ditanya bagaimana perasaannya ketika menoleh kepada dirinya 30 tahun lalu. 

Apa ada impian yang masih ingin diwujudkan saat ini? Hermawan menggelengkan 
kepala. "Rasanya, saya sudah mendapatkan semua. Saya hanya ingin enjoy dan 
tetap mewarnai dunia marketing yang sangat saya cintai ini," tuturnya. (ano/ayi)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/evergreen/index.php?act=detail&nid=37706 
Koleksi Artikel2 Menarik: http://www.gsn-soeki.com/wouw/hermawankartajaya.php 


Kirim email ke