Dua naskah -khusus- bagi yg merasa waktunya masih panjang :)
[1] Transkrip pidato Larry Ellison, CEO dari ORACLE, di sebuah acara wisuda sarjana di Universitas Yale. "Graduates of Yale University, I apologize if you have endured this type of prologue before, but I want you to do something for me. Please, take a go look around you. Look at the classmate on your left. Look at the classmate on the right. Now, consider this: Five years from now, ten years, even thirty years from now, odds are the person on your left is going to be a loser. The person on your right,meanwhile, will also be a loser. And you, in the middle? What can you expect? Loser. Loserhood. Loser Cum Laude. In fact, as I look out before me today, I don't see a thousand hopes for a bright tomorrow. I don't see a thousand future leaders in a thousand industries. I see a thousand losers. You're upset. That's understandable. After all, how can I, Lawrence'Larry' Ellison, college dropout, have the audacity to spout such heresy to the graduating class of one of the nation's most pretigious institutions? I'll tell you why .. Because I, Lawrence 'Larry' Ellison, second richest man on the planet, am a college dropout, and you are not.Because Bill gates, the richest man on the planet -- for now, anyway -- is a college dropout, and you are not.Because Paul Allen, the third richest man on the planet, dropped out of college, and you did not. And for good measure, because Michael Dell, No.9 on the list and moving up fast, is a college dropout, and you, yet again, are not. Hmmm. you're very upset. That's understandable. So let me stroke your egos for a moment by pointing out, quite sincerely, that your diplomas were not attained in vain. Most of you, I imagine, have spent four to five years here, and in many ways what you have learned and endured will serve you well in the years ahead. You've established good work habits. You've established a network of people that will help you down the road. And you've established what will be lifelong relationships with the word 'therapy'. All that of is good. For truth, you will need that network. You will need those strong work habits. You will need that therapy. You will need them because you didn't dropout, and so you will never be among the richest people in the world. Oh sure, you may, perhaps, work your way up to No.10 or No.11, like Steve Ballmer. But then, I don't have to tell you who he really works for, do I? And for the record, he dropped out of grad school. Bit of a late bloomer. Finally, I realize that many of you, and hopefully by now most of you, are wondering, "Is there anything I can do? Is there any hope for me at all?" Actually, no. It's too late. You've absorbed too much, think you know too much. You're not 19 anymore. You have a built-in cap, and I'm not referring to the mortar boards on your heads. Hmm. you're really very upset. That's understandable. So perhaps this would be a good time to bring up the silver lining. Not for you, Class of '00. You are a write-off, so I'll let you slink off to your pathetic $ 200,000-a-year jobs, where your check will be signed by former classmate who dropped out two years ago. Instead, I want to give hope to any underclassmen here today. I say to you, and I can't stress this enough: leave. Pack your things and your ideas and don't comeback. Drop out. Start up. For I can tell you that a cap and gown will keep you down just as surely as these security guards dragging me off." (by way of RJP/itb) [2] Tulisan Prof.T. Jacob, KR, Jogjakarta, 15.8.02 PRIMAT di bawah manusia (misalnya mawas, siamang, uak-uak) hidup untuk kini dan di sini. Ia bereaksi dan berkomunikasi tentang keadaan sekarang yang dialaminya di tempat ia berada, terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan bertahan hidup (makanan, musuh, menyenangkan, menakutkan). Jangkauan otaknya dalam waktu dan ruang terbatas. Wawasan dan isyarat komunikasinya (baik vokal maupun gestik) memang amat terbatas. Kalau khazanah isyaratnya sudah habis terpakai, ia bingung, berteriak atau berkelahi, sekurang-kurangnya mengancam, pintu "dialog" sudah tertutup. Manusia sudah dapat berpikir tentang kemarin dan esok, masa lalu dan masa depan, sekarang dini dan futura yang jauh. Dalam ruang ia tidak hanya dapat berpikir tentang kediaman dan kampungnya, melainkan juga daerah, negara dan kawasan tempat tinggalnya, bahkan dunia. Perjodohan, perhatian dan kegiatannya makin besar radiusnya. Dengan bahasa ia dapat berbicara tentang waktu di luar kini, tentang tempat di luar sini, ten tang sesuatu yang belum pernah dilihatnya atau sesuatu yang tidak ada. Wawasannya makin luas dan rancangannya makin jauh jangkauannya. Sumber energinya makin luas asalnya dan jarak yang dapat ditempuhnya makin jauh dari tempat lahirnya. Simpati dan antipatinya, pengetahuan dan renungannya makin meliputi banyak orang dan tempat. Sayang sekali kita manusia Indonesia sekarang makin merosot kearah infrahuman. Kita menjadi pelihat dekat dan wawasan kita makin sempit. Kita hanya hidup untuk hari ini, dari tangan ke mulut, esok kita anggap hari lain, tak perlu dipikirkan sekarang. Pemimpin-pemimpin kita hanya memikirkan masa kini sampai pemilum yang akan datang. Mereka hanya peduli akan tempat asalnya, etninya dan subkulturnya. Indonesia mereka sangka hanya Jabotabek, mungkin tambah Puncak dan Bandung, Karawang dan Purwakarta. Mereka hanya tahu almamaternya, kor (Corps)nya, partainya atau hanya keluarganya saja. Bencana kecil lokal di dekatnya memikat perhatiannya luar biasa, tetap i terhadap bencana besar "jauh di pulau" ia acuh tak acuh. Tidak heran kalau pembangunan yang dilaksanakannya hanya di kotanya atau kecamatan kelahirannya, tempat yang lain harus menunggu "tetesan ke bawah". Jauh dari mata, jauh dari Pelita. Pemimpin-pemimpin kita hidup untuk hari ini. Sumber alam lingkungan, hutang, apa saja dihabiskan untuk hari ini. Nikmatilah hari ini, esok hari dipikirkan sesudah ia datang. Pendidikan adalah untuk masa depan, oleh karena itu tidak penting. Yang perlu adalah kursus-kursus siap-pakai, pelatihan praktis dan teknis, tanaman yang dapat segera dipanen (quick-yielding). And they are just like storybook children living in the wonderland where nothing is plannded for tomorrow. (Mereka tak ubahnya bak anak-anak dalam buku cerita hidup di ranah khayali dimana tak suatupun dirancang untuk esok hari). Pragmatisme adalah semboyan mereka; hidup adalah bertindak reaktif, tak ada inisiatif, hanya memberi responsi belaka. Tidak perlu ideologi dan prinsip , lihat saja angin berhembus, pakai saja etika situasional. Dengan sikap mental demikian, mana bisa diharapkan Indonesia dapat menghasilkan teori-teori baru dan pemikiran-pemikiran besar, mana bisa memimpin negara-negara tak berpihak, Asia-Afrika, bahkan Asean. Hidup dari menit ke menit, sesuap pagi sesuap petang, tidak akan membawa kita jauh ke gelanggang global. Manusia seharusnya adalah pencari yang gelisah, penemu yang selalu ingin sesuatu yang baru dan lebih baik: ia adalah perancang dan pembangun. Manusia adalah produk perkembangan etika, yang lebih mementingkan kerjasama daripada persaingan; nilai-nilai yang dijunjungnya tinggi-tinggi berpindah dari bawah ke atas, dari kaki ke kepala, dari otot ke otak. Bagian bawah badan kita menjauhkan diri kita dari Tuhan. Disayangkan, bahwa dalam bergerak ke atas, nilai-nilai kita jatuh kembali ke bawah. Primat-primat infrahuman akan menatap pengunjung-pengunjung kebun binatang, dan bertanya dalam hati: Inikah yang disebut manusia ? (by way of PW/uny) Salam, Juneman _______________________________________________ Milis Komunitas Sekolah2000 (A.K.A [EMAIL PROTECTED]) Untuk posting kirim email ke : [EMAIL PROTECTED] Untuk mengubah mode langganan anda, berhenti langganan kunjungi: http://milis.sekolah2000.org/mailman/listinfo/komunitas