THERAPY VIPASSANA
   
  Kasus-kasus penyembuhan melalui Meditasi Vipassana
   
    
   Dua kasus yang diceritakan oleh Y.A. Mahasi Sayadaw.
   
    
   Seorang Thera sembuh dari penyakit “Angin” yang kronis dan rematik.
   
  Sekitar tahun 1945, di desa Leik Chin, kira-kira 4 mil barat laut dari desa 
Seik Khun, seorang Thera yang hanya mendengar tentang teknik meditasi Vipassana 
dari Y.A. Mahasi Sayadaw percaya akan hal itu dan batinnya menjadi gembira 
sekali, lalu ia berlatih meditasi Vipassana dengan penuh perhatian di dalam 
padepokannya sendiri. Nampaknya hanya dalam beberapa hari kemudian, konsentrasi 
Vipassana yang luar biasa dan pengetahuan pandangan terang muncul dan penyakit 
“angin” yang kronis itu, yang telah dideritanya lebih dari dua puluh tahun, 
hilang total.
   
  Penyakit kronis itu telah menyiksa dirinya sejak menjadi Samanera berumur 
delapan belas tahun, ia harus mengkonsumsi obat setiap hari. Kecuali itu ia 
juga menderita penyakit rematik, yang menyebabkan ia membutuhkan pemijatan 
setiap hari untuk meringankan penderitaanya.
   
  Dengan hilang totalnya keluhan-keluhan itu, sewaktu melaksanakan konsentrasi 
mencatat (dalam batin), ia akhirnya bisa hidup lebih nyaman tanpa harus 
bergantung kepada obat-obatan dan pemijatan. Diketahui dari para 
Bhikkhu-Bhikkhu asuhannya bahwa oleh karena Thera itu mempunyai keyakinan dan 
kepercayaan yang dalam, maka setiap penyakit yang bagaimanapun bisa lenyap jika 
meditasi dilakukan menurut teknik perenungan Satipatthana (landasan perhatian) :
   
  Maksudnya perenungan terhadap keempat landasan perhatian, yaitu :
  Perenungan terhadap pikiran (Cittanupassana),
  Perenungan terhadap perasaan (Vedananupassana),
  Perenungan terhadap jasmani (Kayanupassana),
  Perenungan terhadap Dhamma (Dhammanupassana)
   
  Ia selalu mendapatkan pertolongan terapi Vipassana, dan tanpa bergantung pada 
obat-obatan lagi, kapan saja ia merasa tidak enak atau sakit. Ia 
menginstruksikan dan menasehati pengikut-pengikutnya Samanera-Samanera dan 
murid-muridnya untuk melakukan hal yang sama jika mereka jatuh sakit.
   
   
    
   Memutuskan kecanduan minuman keras melalui kesadaran.
   
  Maung Ma yang lahir di Seik Khun tinggal di desa Zaung Dan, kira2 dua mil 
dari tempat lahirnya. Waktu ia masih muda, telah menikah dan pecandu berat 
tuak. Sekitar tahun 1945, saudara2nya yang telah belajar Vipassana di padepokan 
Mahasi membujuk ia untuk melakukan hal yang sama. Ia berjanji akan 
melakukannya, dan setuju untuk memulainya pada hari yang telah ia tentukan. 
Pada hari itu, sewaktu saudara2nya datang untuk menyuruhnya memulai berlatih 
meditasi Vipassana, mereka menemukannya dalam keadaan mabuk tuak.
   
  Keesokan harinya, mereka tiba dengan lebih cepat, sebelum ia sempat minum 
tuak, dan dengan sukses menuntun ia ke gubuk Kammatthana (tempat berlatih 
meditasi perenungan, konsentrasi dan meditasi). Maung Ma dengan serius berlatih 
menurut instruksi2 Y.A. Mahasi Sayadaw, dan menemukan begitu banyak kepuasa 
dalam bermeditasi Vipassana, sehingga ia menolak meninggalkan padepokan untuk 
pulang ke rumah. Ia berkata bahwa ia akan menjadi seorang Bhikkhu.
   
  Karena engkau mempunyai keluarga, silahkan selesaikanlah kewajiban2 mu di 
keluarga sampai engkau telah melaksanakan kewajiban2 mu. Di waktu mendatang, 
jika sudah waktunya menjadi seorang Bhikkhu, lakukanlah. Kammatthana Sayadaw 
membujuk Maung Ma dan mengirimnya pulang.
   
  Maung Ma sungguh2 menghormati Dhamma. Dikatakan bahwa walaupun ia sedang 
memanggul barang2 di atas bahuny dan bersepeda membawa barang2 dagangannya, ia 
tetap mempertahankan perhatian yang tidak terputus, dan sewaktu menuai padi, 
juga pada setiap genggaman ia akan mencoba membuat paling sedikit tiga catatan 
(maksudnya tiga catatan gerak setiap kali menuai padi, umpamanya : 1) 
Memegang…, 2) Menuai…, dan 3) Memasukkan ke kantung …demikian diulang terus).
   
  Pada suatu waktu ia bertanya dalam hati apakah ia masih mempunyai keinginan 
pada tuak. Ia mencium bau minuman keras dari sebuah mangkok besar, dan setelah 
itu ia cepat2 melihat ke dalam pikirannya, untuk melihat apakah masih ada 
keinginan untuk meminumnya. Nampaknya sewaktu berbuat demikian sampai empat, 
lima, enam kali, pandangan terang Vipassana timbul dan dengan terkumpulnya 
momentum, mencapai puncaknya dengan pengalaman penghentian.
   
  Kemudian menjelang akhir hayatnya sewaktu Maung Ma sedang mengalami 
penderitaan yang luar biasa karena penyakit parah, ia tidak mengesampingkan 
perhatiannya yang berharga. Pada malam sebelum meninggal, ia menuturkan kepada 
istrinya, sambil dengan penuh perhatian mencatat sensasi2 di dalam tubuhnya.
   
  “Oh, sekarang sebagian kaki saya dari mata kaki ke lutut tidak lagi hidup. 
Hanya ada kehidupan dari tempurung kaki. (Kejadian ini adalah sebuah 
penggambaran yang sangat jelas dari pengalaman seseorang pada detik2 terakhir 
dari kematiannya yang diucapkan dalam bahasa sehari-hari. Di dalam istilah 
tekstual penggambaran ini dimaksudkan adalah istilah penghentian dari 
rupa-jivitindriya, atau materi kehidupan atau vitalitas kehidupan, bersama 
dengan kamma-jarupa atau materi yang terlahir dari karma).
   
  Oh, sekarang kehidupannya hanya sampai pinggang…. Sekarang hanya sampai 
pusar…. Dan sekarang hanya sampai tengah dada, di jantung. Tingkat demi tingkat 
ia menjelaskan perubahan2 yang terjadi di dalam tubuhnya.
   
  Akhirnya ia ucapkan, “Sebentar lagi, saya akan mati. Janganlah takut akan 
kematian. Suatu hari kamu juga akan mati. Buatlah satu tekad untuk berusaha 
melakukan meditasi Vipassana…..” dan betul, setelah kata2 terakhir kepada 
istrinya, ia meninggal.
   
  Ini adalah sebuah kejadian bagaimana terapi Vipassana bisa memutuskan 
kecanduan meminum minuman keras sampai pada detik2 terakhir dan kematian.


       
---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke