Pilar-Pilar Kebahagiaan Keluarga

By: M. Agus Syafii

Pernikahan dua insan yang dipertemukan Allah dalam ikatan sunnah Rasulullah. 
Ibarat orang yang akan menempuh perjalanan jauh, Keberangkatan sepasang musafir 
yang akan mengarungi lautan kehidupan yang amat luas, penuh kehati-hatian dan 
selalu waspada agar sampai ke tujuan dengan selamat dan sejahtera.  Sebagaimana 
yang dijelaskan di dalam al Qur’an surat ar-Rum/30:21. 'Di antara tanda-tanda 
kebesaran dan kekuasaan Allah adalah Dia menciptakan dari sejenismu 
pasangan-pasangan agar (kamu) masing-masing memperoleh ketenteraman dari 
(pasangan) nya, dan dijadikannya diantara kamu mawaddah dan rahmah. 
Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang 
berfikir.'

Pernikahan adalah ikrar antara dua mempelai untuk hidup berpasangan. Dalam 
Islam, hidup berpasangan merupakan fitrah kehidupan. Bukan hanya manusia yang 
disett untuk hidup berpasangan, tetapi benda-benda lain, hewan dan 
tumbuh-tumbuhan pun menurut Al Qur’an juga diciptakan Allah dengan berpasangan. 
'Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu menyadari (kebesaran 
Allah).' (Azzariat/51: 49).

Kualitas kita akan diketahui dan teruji hanya setelah kita hidup berpasangan, 
karena dalam hidup berpasangan akan dapat diketahui kualitas, kapasitas dan 
sifat-sifat kemanusiaannya. Dalam hidup pernikahan itulah seseorang teruji 
kepribadiannya, tanggung jawabnya, keibuannya, kebapakannya,  
perikemanusiaannya, ketangguhannya, kesabarannya. Begitu besar makna hidup 
berumah tangga sampai Nabi mengatakan bahwa di dalam hidup berumah tangga sudah 
terkandung  separuh urusan agama. Separoh yang lainnya tersebar pada berbagai 
bidang, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan aspek kehidupan yang lainnya. 
Dalam surat ar Rum 21 tadi disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dengan 
setting berpasangan dalam hidup perkawinan agar pasangan itu memperoleh 
ketenteraman, memperoleh sakinah.

Al Qur’an menjelaskan, manusia disebut dengan istilah basyar dan insan. Basyar 
artinya manusia dalam pengertian persamaan fisik. Sedangkan insan mengandung 
pengertian psikologis. Kata insan terambil dari kata nasia yansa yang artinya 
lupa, dari kata ‘uns yang artinya mesra, juga dari kata anasa  yanusu yang 
artinya bergejolak. Jadi manusia pada dasarnya adalah makhluk yang memiliki 
tabiat mesra, tetapi suka lupa dan memiliki gejolak keinginan yang tak pernah 
berhenti. Selagi manusia dalam keadaan lupa diri dan dalam pengaruh gejolak 
keinginannya, maka ia tidak dapat merasakan ketenangan dan ketenteraman hidup. 
Nah dalam hidup berpasangan suami isteri itulah dimaksud supaya kita menemukan  
ketenteraman, yang diperindah dengan kemesraan. Rumah tangga yang ideal itu 
bagaikan lautan tak  bertepi, segala ketegangan, kegelisahan, kecemasan, 
kesepian dan kelelahan akan hilang jika orang berlabuh dalam pelabuhan cinta 
mesra suami isteri.

Apakah otomatis? tentu saja tidak, tergantung apakah persyaratannya itu 
dipenuhi atau tidak. Menurut hadis Nabi, suatu rumah tangga akan memperoleh 
ketenteraman dan kebahagiaan manakala dipenuhi pilar-pilarnya, 'Jika Allah 
menghendaki suatu rumah tangga itu baik, maka Allah akan memudahkan terciptanya 
keadaan-keadaan sebagai  berikut, Pertama, ada kecenderungan kepada  agama di 
dalam rumah tangga itu. Kedua, yang muda menghormati  yang tua. Ketiga, di 
dalam kehidupan sehari-hari mereka  bergaul secara lemah lembut,. Keempat, 
sederhana dalam membelanjakan harta. Kelima, Mau interospeksi sehingga mereka 
mudah bertaubat. (H.R. Dailami)

Wassalam,
M. Agus Syafii
--
Yuk, hadir di kegiatan 'Salam Amalia (SALMA)' jam 8 s.d 11 siang, Ahad, 26 Juni 
2011,  Bila  berkenan berpartisipasi buku2, Majalah, buku Pelajaran, peralatan 
sekolah, baju layak pakai. Kirimkan ke Rumah Amalia.  Jl. Subagyo IV blok ii, 
no. 24 Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda 
sangat berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431



Kirim email ke