Assalamu'alaikum wr wb,

Itulah yang dinamakan psy-war / propaganda.
Dengan propaganda, kita bisa membuat lawan mengikuti
kemauan kita tanpa harus membuang peluru.

Misalkan ada satu negara dengan penduduk 100 juta
jiwa. Dengan perang biasa, belum tentu dapat
ditaklukan.

Tapi dengan berbagai propaganda, baik dengan mendanai
LSM yang ada atau pun masuk ke media massa negara tsb,
bisa jadi sebagian besar penduduk negara tsb jadi
termakan propaganda negara yang melakukan
psy-war/propaganda. Hingga bisa dijadikan kawan atau
jajahan (paling tidak secara politik/ekonomi).

Selain mendanai berbagai LSM, AS lewat Voice of
America (VOA) juga sudah masuk ke berbagai media
seperti Metro TV, Sonora, serta media massa lainnya.
Itu yang kelihatan.

Yang secara halus dan sulit dilihat tentu lebih banyak
lagi.

Wassalam

--- Erwin Kurnia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> *JIL, CIA dan Imperialisme Barat
> *[hidayatullah.com]
> 
> */Dari segi ide besarnya, JIL lebih mirip
> kepanjangan imperalisme Barat 
> atas dunia Islam yang dicarikan bentuk pembenarannya
> dari khazanah 
> Islam. Dasi segi politis, ada benang merah dengan
> CIA. Benarkah?/*
> 
> Oleh: Thoriq*
> 
> *) Penulis adalah mahasiswa Syari'ah Islamiyah
> Universitas Al Azhar 
> Cairo Mesir
> 
> 
> Setelah sekian taun JIL (Jaringan Islam Liberal)
> mendeklarasikan 
> keberadaanya --didirikan sekitar Maret 2001—kini,
> mulai nampak 
> tanda-tanda keberhasilannya. Setidaknya,
> fenomena-fenomena baru yang 
> sangat gamblang --yang semula nampak dengan
> ‘malu-malu’—kini sudah 
> banyak dirasakan. Salah satu impact penting yang
> timbul dari lahirnya 
> gudang pemikiran itu adalah lahirnya atmosfir
> ‘konyol’ yang oleh 
> kebanyakan pengikutnya disebut dengan istilah
> “kekritisan berfikir”. 
> Atmosfir baru sebagian kaum terpelajar muslim, kini,
> seakan-akan ada 
> perubahan mendadak. Terutama cara mereka berfikir,
> berargumen.
> 
> Tiba-tiba mereka terlihat begitu semangat
> ‘mengkritisi’ Al-Qur’an, 
> menolak beberapa nash hadits-hadish shahih, serta
> menuduh para ulama’ 
> sebagai kelompok konserfatif. Anak-anak muslim
> ‘terpelajar’ itu juga 
> terlihat sangat antusias berbicara, berdiskusi,
> mengadakan seminar, 
> workshop, lokakarya untuk membahas tema-tema
> demokrasi, kebebasan 
> berekspresi, skularisasi, pluralisme, dan kesetaraan
> gender. Mereka 
> bahkan teramat sibuk bergelut dengan
> referensi-referensi liberal. 
> Bacaan-bacaan wajib mereka, kini Tahrirul Mar’ah
> milik Qasim Amin, The 
> Spirit of Islam-nya Amir Ali, serta Al Islam wa
> Ushul Al Hukmi yang 
> sesungguhnya hanya jiplakan dari tulisan orientalis
> Inggris Thomas W. 
> Arnold. Nama-nama semisal, Sayid Ahmad Khand,
> Arkeun, Ali Abdul Razik, 
> Charles Kuzman, Fatimah Marnissi, Nasir Hamid Abu
> Zaid dan Fadzlurrahman 
> seolah-olah “kitab suci” baru yang kini melekat di
> otak mereka. Di saat 
> yang sama, mereka mulai tampak malas menelaah
> Al-Qur’an, bahkan boleh 
> jadi mules (muak, red) jika mendengar dalil-dalil
> dari hadits. Yang 
> jelas, mereka begitu percaya diri dengan identitas
> itu, dan begitu 
> bangga disebut liberal.
> 
> Sebuah pertanyaan penting yang kerap ada dalam
> kepala orang adalah; 
> “Apakah program-program JIL perpanjangan
> imperialisme barat? Apakah 
> identitas Islam hanya kedok untuk meloloskan
> ideologi kapitalis?. Sudah 
> barangtentu akan banyak dalih yang mereka kemukakan.
> 
> Perpanjangan Imperialis
> 
> Kalau boleh jujur, sebenarnya, ide-ide besar JIL
> dapat dipahami dalam 
> kerangka kepanjangan imperalisme Barat atas Dunia
> Islam, yang pada 
> gilirannya, dicari-cari bemtuk pembenarannya dari
> khazanah Islam.
> 
> Kalau kita mengamati dengan seksama tentang
> agenda-agenda JIL, maka kita 
> akan menemukan korelasi antara imperialisme barat
> dan agenda JIL. Luthfi 
> Asy-Syaukanie, salah satu motor JIL pernah menyebut
> dengan jujur empat 
> agenda utama lahirnya Islam Liberal. Pertama, agenda
> politik, Kedua, 
> agenda toleransi agama, Ketiga, agenda emansipasi
> wanita, dan Keempat, 
> agenda kebebasan berekpresi.
> 
> Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin
> “diarahkan” oleh JIL untuk 
> mempercayai sekularisme, dan menolak sistem
> pemerintahan Islam 
> (Khilafah). Dalam agenda plurarisme, kelompok ini
> menyeru bahwa semua 
> agama adalah benar, tidak boleh ada truth claim.
> Agenda emansipasi 
> wanita, seperti menyamaratakan secara absolut peran
> atau hak pria dan 
> wanita tanpa kecuali, dan agenda kebebasan
> berekspresi, seperti hak 
> untuk tidak beragama, tak jauh bedanya dengan agenda
> politik di atas. 
> Semua ide-ide ini pada ujung-ujungnya, pada
> muaranya, kembali kepada 
> ideologi dan kepentingan imperialis.
> 
> Karena itu, sulit sekali-untuk untuk tidak
> mengatakan --minimal 
> mustahil-- mencari akar pemikiran-pemikiran tersebut
> dari Islam itu 
> sendiri secara murni, kecuali setelah melalui
> pemerkosaan teks-teks 
> Al-Qur’an dan As-Sunnah. Misalnya teologi pluralisme
> yang menganggap 
> semua agama benar, sebenarnya berasal dari hasil
> Konsili Vatikan II 
> 1963-1965) yang merevisi prinsip extra ecclesium
> nulla salus (di luar 
> Katolik tak ada keselamatan) menjadi teologi
> inklusif-pluralis, yang 
> menyatakan keselamatan dimungkinkan ada di luar
> Katolik. (Islam Liberal: 
> "Sejarah, Konsepsi dan Penyimpangannya", Adian
> Husaini dan Nuim Hidayat).
> 
> Selain itu, dari kerangka ideologi, ide-ide JIL
> sendiri, dapatlah 
> kiranya dinyatakan sebagai ide-ide kapitalisme.
> Luthfi Asy-Syaukanie 
> dalam bukunya Wajah Liberal Islam di Indonesia
> (2002) telah berhasil 
> menyajikan deskripsi dan peta ide-ide JIL. Jika
> dikritisi, kesimpulannya 
> adalah di sana ada banyak contekan sempurna terhadap
> ideologi 
> kapitalisme. Tentu ada kreativitas dan modifikasi.
> Khususnya pencarian 
> ayat atau hadits atau preseden sejarah yang kemudian
> ditafsirkan secara 
> paksa agar cocok dengan kapitalisme. Ide-ide besar
> kapitalisme itu 
> antara lain; (1) sekularisme, (2) demokrasi, dan (3)
> kebebasan. Dukungan 
> kepada sekularisme --pengalaman partikular Barat--
> nampak begitu 
> getolnya mereka melakukan penolakan terhadap bentuk
> sistem pemerintahan 
> Islam (khilafah), dan penolakan yang begitu
> bersemangat terhadap syariat 
> Islam. Tetapi mereka menerima begitu saja semua
> gagasan demokrasi tanpa 
> ada nalar kritis. Istilahnya, mereka cepat-cepat
> ‘melek’ (terbelalak) 
> jika mengkritisi Islam, tapi buru-buru buta
> (pura-pura tak melihat) jika 
> sumber-sumber itu datangnya dari Barat.
> 
> Kentalnya ide-ide pokok kapitalisme dan berbagai
> derivatnya ini, masih 
> ditambah dengan suatu metode berpikir yang
> kapitalistik pula, yaitu 
> menjadikan ideologi kapitalisme sebagai standar
> pemikiran. Meminjam 
> bahasa Al Jawi, ide-ide kapitalisme diterima lebih
> dulu secara taken for 
> granted dan dianggap benar secara absolut, tanpa
> pemberian peluang untuk 
> didebat (ghair qabli li an-niqasy) dan tanpa ada
> kesempatan untuk diubah 
> (ghair qabli li at-taghyir). Lalu ide-ide
> kapitalisme itu dijadikan cara 
> pandang (dan hakim!) untuk menilai dan mengadili
> Islam.
> 
> JIL Asia Foundation dan CIA
> 
> The Asia Foundation adalah LSM raksasa yang markas
> besarnya di San 
> Fransisco. LSM ini memiliki 17 kantor cabang di
> seluruh Asia, termasuk 
> Washington, D.C. Tahun 2003 kemarin, The Asia
> Foundation mengucurkan 
> bantuan sebesar 44 juta USD dan mendistribusikan 750
> ribu buku dan 
> materi pendidikan yang nilainya berkisar mencapai 28
> juta USD di seluruh 
> wilayah Asia.
> 
> Sebagaimana dikutip situs resmi pemerintah AS,
> http://usinfo.state.gov, 
> Oktober lalu –beberapa hari menjelang Pemilu di
> Afghan-- lalu, The Asia 
> Foundation, membikin program The Mobile Theater
> Project, sebuah bioskop 
> keliling. Dengan alasan pendidikan demokrasi --atau
> lebih tepat kampanye 
> pemaksaan demokrasi— mereka berkeliling kampung
> untuk memutar film 
> dengan ditonton sekitar 430.000 pemirsa.
> 
> Di Indonesia, dalam Pemilu 2004 kemarin, seperti
> diakuinya di situs 
> http://www.asiafoundation.org/, lembaga ini ikut
> mendanai JPPR (JPPR 
> atau Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat)
> dengan mempekerjakan 
> 141.000 relawan dan melakukan training kurang lebih
> 70 ribu orang. 
> Mereka bisa memanfaatkan radio dengan asumsi 25 juta
> pendengar, 
> memanfaatkan TV yang ditonton 74 juta pemirsa, juga
> menguasai media 
> cetak dengan perkiraan dibaca 3 juta orang.
> 
> Di Indonesia, keberadaanya sudah ada sejak tahun
> 1970. Mereka berdiri di 
> balik program-program bernama; training keagamaan,
> studi gender, HAM 
> dalam Islam, civic education di lembaga-lembaga
> Islam, pusat pembelaan 
> perempuan untuk Islam (Muslim Women Advocacy), dan
> isu-isu pluralisme, 
> paralalel dengan program-program JIL.
> 
> Jika dilihat berbagai agenda dan kegiatannya selama
> ini, ada korelasi 
> antara agenda-agenda JIL dengan LSM Raksasa bernama
> The Asia Foundation.
> 
> Tidak bisa dipungkiri, bahwa kehidupan kelompok ini
> amat tergantung pada 
> kucuran dana dari The Asia Foundation. Dan karena
> donor yang amat besar 
> dari LSM ini, maka JIL dalam waktu yang relatif
> singkat sudah bisa 
> mendirikan Radio satelit pertama di Indonesia, Radio
> 68H, yang siarannya 
> direlai puluhan pemancar radio di Indonesia, mampu
> membeli satu halaman 
> penuh koran Jawa Pos, bahkan mampu menayangkan
> iklan-iklan di televisi 
> dengan durasi yang panjang, semisal iklan “Islam
> Warna-Warni” yang 
> akhirnya berhenti tayang karena somasi MMI, bahkkan
> bisa menghidupi 
> kegiata-kegiatan mereka yang membutuhkan biaya
> besar. Jika ditilik dari 
> sponsor utama (sebut The Asia Foundation) yang
> selama ini menjadi 
> ‘penyangga’ utama pendanaan JIL, bisa ditarik
> kesimpulan bahwa The Asia 
> Foundation adalah jaringan ‘induk’nya. Dengan bahasa
> lain, JIL adalah 
> ‘karyawan’ The Asia Foundation yang bertugas di
> lapangan, untuk 
> menjalankan proyek-proyek besarnya.
> 
> The Asia Foundation, yayasan ini ditengarai banyak
> mendanai 
> kegiatan-kegiatan dalam rangka penyebaran paham
> kapitalisme dan 
> sejenisnya. Yang paling nampak mencolok keterlibatan
> The Asia Foundation 
> bagaimana dia mem-back up Tim Pengarasutaman Gender
> (PUG) bentukan 
> Departemen Agama, yang kemudian berhasil menyusun
> draf Kompilasi Hukum 
> Islam yang isinya kemudian menimbulkan
> kontroversial.
> 
> Merujuk sebuah makalah yang berjudul CIA's Hidden
> History in the 
> Philippines, Roland G. Simbulan, yang disampaikan
> pada ceramahnya di 
> University of The Philipinnes (18 Agustus, 2000),
> mengutip dari tulisan 
> seorang sosiolog Amerika, James Petras, yang dimuat
> dalam Journal of 
> Contemporary Asia, menggambarkan, bagaimana LSM yang
> besar bisa 
> dikendalikan --jika tidak didukung oleh pemerintah
> Amerika-- atau 
> perusahaan raksasa yang dikendalikan agen-agen
> rahasia atau CIA yang 
> ingin memanfaatkannya sebagai sarana penyamaran.
> Yang dimaksud Petras, 
> hal itu untuk mengelabuhi dan menghindari konflik
> yang diakibatkan 
> benturan langsung terhadap struktur resmi
> pemerintahan. Serta 
> menghindari class analysis adanya penjajahan dan
> eksploitasi kapitalis.
> 
> Roland G. Simbulan juga menjelaskan bahwa yang
> memainkan peran CIA yang 
> paling menonjol di Manila adalah The Asia
> Foundation. Pernyataan ini 
> dinilai cukup valid, karena didasari oleh pernyataan
> seorang anggota 
> Departemen Birokrasi Amerika, William Blum. Dalam
> sebuah resensi buku 
> yang berjudul Asia Foundation is the principal CIA
> front, dalam salah 
> satu buku seorang jurnalis investigasi majalah
> Times, Raymond Bonner, 
> yang berjudul: Waltzing with a Dictator: The
> Marcoses and the Making of 
> American Policy, menyatakan bahwa “Asia Foundation
> adalah bentukan dan 
> kedok CIA!”. Ini semakin diperkuat oleh interview
> Roland G. Simbulan 
> dengan seorang mantan mata-mata CIA yang beroperasi
> di Philipina pada 
> tahun 1996, dimana ia aktif menggunakan yayasan ini
> (The Asia 
> Foundation) sebagai agen. Bahkan secara
> terang-terangan pula diungkapkan 
> dalam laporan tahunan The Asia Foundation,
> tahun1985, yang menyebutkan 
> di dalamnya pernyataan Victor Marchetti, salah satu
> dari pimpinan deputy 
> CIA, bahwa “Asia Foundation didirikan oleh CIA dan
> sampai 1967 mendapat 
> subsidi darinya.” (Asia Foundation Annual Report,
> 1985). Jelas, bahwa 
> LSM The Asia Foundation memang bentukan CIA,
> didirikan sebagai alat, dan 
> sarana untuk memperluas dan mempermudah proses
> imperialisme Amerika 
> Serikat terhadap Negara-negara lain di kawasan Asia
> Pasifik dengan cara 
> non konfrontatif.
> 
> Dari sini pulahlah, boleh jadi, JIL --setelah
> dilihat dari substansi ide 
> yang diusung, serta pertnershipnya-- bahwa
> sesungguhnya aktifitasnya 
> tidak ada hubungannya dengan Islam, tidak pula ada
> sangkut-pautnya 
> dengan perbedaan metode penafsiran nash,
> pembaharuan, pencerahan, atau 
> sifat kritis. Aktifitas JIL, sekali lagi --boleh
> jadi-- tak lain, 
> merupakan kemungkinan aktivitas intelejen asing yang
> hendak menancapkan 
> kuku-kuku imperialismenya di bumi umat Islam,
> umumnya dan Indonesia, 
> pada khususnya. Benarkah demikian? Wallahu a’lam.
> 
> 
> 
> 
> 
> Gugun G. wrote:
> 
> > Mohon informasi latar belakang, pendidikan formal
> atau pendidikan Agama
> > untuk para tokoh2 JIL ini
> > Kok kurang ajar sekali......................atau
> karna pengaruh dan
> > kecanduan drug dolar
> >
> > -----Original Message-----
> > From: media-dakwah@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > Behalf Of Zakaria
> > Sent: Monday, August 08, 2005 1:43 PM
> > To: media-dakwah@yahoogroups.com
> > Subject: RE: [media-dakwah] Pandangan Ahli Agama
> thd Fatwa MUI mengenai
> > Ahmadiyah dan Islam Liberal
> >
> > Mereka adalah hamba-hamba "Dollar", salah satu
> dari mereka adalah Ulil
> > Abshar AbdDollar
> >
> > -----Original Message-----
> > From: media-dakwah@yahoogroups.com
> > [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of
> Ahmadi Agung
> > Sent: Monday, August 08, 2005 1:33 PM
> > To: media-dakwah@yahoogroups.com
> > Subject: RE: [media-dakwah] Pandangan Ahli Agama
> thd Fatwa MUI mengenai
> > Ahmadiyah dan Islam Liberal
> >
> >
> > Manusia-manusia yg meminta Fatwa MUIdi cabut,
> mereka Mewakili IBLIS , 
> > TITIK.
> >
> > Salam JIHAD
> > AL-Pacitan
> >
> >
> > -----Original Message-----
> > From: Erwin Kurnia [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> >
> >
> > ============ KUTIPAN =========================
> > Siapa saja yang duduk di MUI?
> > Mereka adalah wakil-wakil dari organisasi dan
> mahzab
> > dalam Islam.
> > Diantaranya NU, Muhammadiyah, DDII, para ulama,
> kiai,
> > ahli fiqh, hingga pondok pesantren. Pokoknya dari
> semua mahzab ada.
> > Mereka bukan orang sembarangan. Mereka mewakili
> bagian dari kelompok
> > terbesar umat Islam ini.
> >
> > Jadi kalau segelintir orang meminta MUI mencabut
> > fatwa, memangnya mereka
> > mewakili siapa?
> > ===============================================
> >
> >
> >
> > [Non-text portions of this message have been
> removed]
> >
> >
> >
> > Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis
> Media Dakwah.
> > Kirim email ke:
> [EMAIL PROTECTED]
> > Yahoo! Groups Links
> >
> >
> >
> >
> >
>
--------------------------------------------------------
> >
> > This message (including any attachments) is only
> for the use of the
> > person(s) for whom it is intended. It may contain
> Mattel confidential,
> > proprietary and/or trade secret information. If
> you are not the intended
> > recipient, you should not copy, distribute or use
> this information for any
> > purpose, and you should delete this message and
> inform the sender
> > immediately.
> >
> >
> >
> >
> > Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis
> Media Dakwah.
> > Kirim email ke:
> [EMAIL PROTECTED]
> > Yahoo! Groups Links
> >
> 
> 
> 
> 
> 
> Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis
> Media Dakwah.
> Kirim email ke:
> [EMAIL PROTECTED] 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
>     [EMAIL PROTECTED]
> 
>  
> 
> 
> 


Ingin belajar Islam? Mari bergabung milis Media Dakwah
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke