Assalammu'alaikum wr wb, Pak Rahaman,
Di bawah ini saya mencoba menterjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia, hanya saja Bahasa Indonesia yang gunakan model sebelum diberlakukannya ejaan baru. Jika terjadi salah terjemah atau salah interpretasi, ya maafkanlah sebab bahasa ibu saya adalah Bahasa Indonesia Prof. DR. Prijono (Ex-menteri PP&K RI)jaman orla. Wassalam, A.M _________________________________________ Pak. Marconi Boleh saya dapatkan artikel ini dalam bahasa Indonesia ... maklum Inggris saya pas-pasan. Rahman Filosof Ateis, 81 th, Sekarang Percaya Adanya Tuhan (Atheist Philosopher, 81, Now Believes in God) Oleh Richard N. Ostling (By Richard N. Ostling) Associated Press posted: 10 December 2004 09:31 am ET NEW YORK (AP) _ Seorang profesor ahli filsafat Inggris yang pernah menjadi pemuka kampanye tentang ateisme selama lebih dari setengah-abad telah berubah fikiran, (A British philosophy professor who has been a leading champion of atheism for more than a half-century has changed his mind.) Kini dia percaya adanya Tuhan -- kurang lebih -- di atas dasar bukti-bukti ilmiah, demikian katanya dalam sebuah video yang disiarkan pada hari Kamis. (He now believes in God -- more or less -- based on scientific evidence, and says so on a video released Thursday.) Pada umur 81 th, setelah berpuluh tahun dengan ketat berpendapat bahwa kepercayaan itu salah, Antony Flew telah mengahirinya dengan menyatakan bahwa suatu ragam intelegesi atau suatu sebab permulaan telah menciptakan alam semesta. (At age 81, after decades of insisting belief is a mistake, Antony Flew has concluded that some sort of intelligence or first cause must have created the universe.) Suatu super-intelegensi adalah solusi bagi penjelasan mengenai asal-usul kehidupan dan peliknya alam, kata Flew dalam sebuah wawancara per-telefon dari Inggris. (A super-intelligence is the only good explanation for the origin of life and the complexity of nature, Flew said in a telephone interview from England.) Flew mengaku dirinya lebih cocok dijuluki sebagai seorang de-is (seseorang yang percaya adanya Tuhan tetapi tidak memeluk salah satu agama) seperti Thomas Jefferson, yang manaTuhannya tidak aktif campurtangan dalam kehidupan manusia secara umum. (Flew said he's best labeled a deist like Thomas Jefferson, whose God was not actively involved in people's lives.) "Saya memikirkan seorang Tuhan yang sangat berbeda dari Tuhan kaum Kristiani dan sangat jauh dari Tuhan kaum Muslimin, sebab kedua jenis kaum itu menggambarkan Tuhan sebagai seorang despot Timur yang sangat berkuasa, semacam Saddam Huseins dari Kosmos" katanya. "Menurut hemat saya Ia bisa sebagai pribadi dalam konteks sesuatu yang hidup yang memiliki intelegensi dan berkehendak". ("I'm thinking of a God very different from the God of the Christian and far and away from the God of Islam, because both are depicted as omnipotent Oriental despots, cosmic Saddam Husseins," he said. "It could be a person in the sense of a being that has intelligence and a purpose, I suppose.") Pertama-tama Flew menunjukkan catatannya yang dibuat pada tahun 1950 dalam sebuah artikel "Teologi dan Pemalsuan", yang didasarkan pada sebuah makalah untuk Club Sokratik, suatu forum religius mingguan di Oxford yang dipimpin oleh seorang penulis dan pemikir Kristen C.S. Lewis. (Flew first made his mark with the 1950 article "Theology and Falsification," based on a paper for the Socratic Club, a weekly Oxford religious forum led by writer and Christian thinker C.S. Lewis.) Selama bertahun-tahun Flew menyatakan mengenai ketiadaan bukti-bukti adanya Tuhan dalam kuliah-kuliah dan ceramahnya di universitas-universitas Oxford, Aberdeen, Keele di Inggris dan juga selama kunjungan-kunjungannya ke sejumlah kampus di Amerika Serikat dan Kanada, juga dalam buku-bukunya, artikel-artikelnya, kuliah-kuliahnya serta perdebatan yang pernah dilakukannya. (Over the years, Flew proclaimed the lack of evidence for God while teaching at Oxford, Aberdeen, Keele, and Reading universities in Britain, in visits to numerous U.S. and Canadian campuses and in books, articles, lectures and debates.) Selama masa itu tak suatu saatpun ada perubahan kecuali terjadinya suatu proses penyimpulan secara lamban bertahap selama beberapa bulan terahir pada diri Flew, seorang lelaki yang berpembawaan ragu yang masih tidak mempercayai hidup sesudah mati. (There was no one moment of change but a gradual conclusion over recent months for Flew, a spry man who still does not believe in an afterlife.) Sementara itu hasil-hasil penyelidikan para ahli biologi terhadap DNA (DiriboNeutreAccides) "yang telah menunjukkan bahwa untuk menghasilkan kehidupan sangat dibutuhkan terselenggaranya suatu pengaturan yang pelik yang hampir-hampir tak terbayangkan, dan hal demikian ini tidak bisa tidak harus melibatkan intelegensi tersebut," kata Flew dalam sebuah video baru berjudul "Sudahkah Sains Menemukan Tuhan?". (Yet biologists' investigation of DNA "has shown, by the almost unbelievable complexity of the arrangements which are needed to produce (life), that intelligence must have been involved," Flew says in the new video, "Has Science Discovered God?") Video itu diambil dari suatu diskusi di New York pada bulan Mei yang lalu yang diselenggarakan oleh sebuah Institut Riset Metasains di Garland, Texas dari pengarang Roy Abraham Varghese. Yang hadir dan ikut serta antara lain Flew, Varghese, Gerald Schroeder seorang ahli fisika Jahudi Ortodoks dari Israel dan seorang ahli filasafat Katolik Roma John Haldane dari Universitas St. Andrews, Scotland. (The video draws from a New York discussion last May organized by author Roy Abraham Varghese's Institute for Metascientific Research in Garland, Texas. Participants were Flew; Varghese; Israeli physicist Gerald Schroeder, an Orthodox Jew; and Roman Catholic philosopher John Haldane of Scotland's University of St. Andrews.) Saran Flew pada giliran pertama adalah sebuah surat yang ditujukan kepada majalah Inggris "Philosophy Now" terbitan Agustus-September. "Kini sudah sangat luarbiasa sulitnya untuk mulai memikirkan bangunan alamiah suatu teori mengenai evolusi dari organisme yang pertmakalinya melakukan reproduksi diri," demikian tulisnya. (The first hint of Flew's turn was a letter to the August-September issue of Britain's Philosophy Now magazine. "It has become inordinately difficult even to begin to think about constructing a naturalistic theory of the evolution of that first reproducing organism," he wrote.) Surat tersebut memuji argumentasi Schroeder dalam "Wajah Tuhan yang Tersembunyi" dan "Keajaiban Dunia" oleh Varghese, seorang penganut Katolik Gereja Timur. (The letter commended arguments in Schroeder's "The Hidden Face of God" and "The Wonder of the World" by Varghese, an Eastern Rite Catholic layman.) Minggu ini Flew telah selesai menulis penyimpulan formal mengenai pandangan baru dirinya dalam memperkenalkan edisi baru bukunya "God and Philosophy" yang direncanakan akan di-edarkan tahun depan oleh Prometheus Books. (This week, Flew finished writing the first formal account of his new outlook for the introduction to a new edition of his "God and Philosophy," scheduled for release next year by Prometheus Books.) Prometheus adalah penerbit yang mehususkan pada pemikiran skeptis, namun apabila kepercayaannya mengecewakan publik, yah "itu tidak baik jadinya", kata Flew. "Hidup saya selama ini dibimbing oleh prinsip Socrates-nya Plato: Ikuti kenyataan kemanapun ia menuju." (Prometheus specializes in skeptical thought, but if his belief upsets people, well "that's too bad," Flew said. "My whole life has been guided by the principle of Plato's Socrates: Follow the evidence, wherever it leads.") Minggu yang lalu Richard Carrier, seorang penulis dan lulusan Universitas Columbia telah mengirimkan material baru yang didasarkannya atas korespondensinya dengan Flew di Webpage kaum ateis www.infidles.org. Carrier menjamin kaum ateis bahwa Flew hanya menerima suatu "Tuhan minimal" dan percaya akan tidak adanya hidup sesudah mati. (Last week, Richard Carrier, a writer and Columbia University graduate student, posted new material based on correspondence with Flew on the atheistic www.infidels.org Web page. Carrier assured atheists that Flew accepts only a "minimal God" and believes in no afterlife.) "Nama dan sosok Flew adalah besar. Kapanpun anda mendengar publik membicarakan kaum ateis, Flew pasti kan disebut-sebut," kata Carrier. Namun apabila masalahnya sampai kepada pembalikan Flew, "selain keingin-tahuan, saya tidak kira hal seperti itu adalah hal besar. (Flew's "name and stature are big. Whenever you hear people talk about atheists, Flew always comes up," Carrier said. Still, when it comes to Flew's reversal, "apart from curiosity, I don't think it's like a big deal.") Flew memberitahu Associated Press ide-ide mutahirnya memiliki persamaan dengan para teoritikus "integence design" Amerika, yang melihat bukti bagi adanya suatu gaya pemandu dalam pembangunan alam semesta. Dia menerima evolusi Darwin tetapi meragukan akan kemampuannya dalam menjelaskan secara tepat asal-usul kehidupan. (Flew told The Associated Press his current ideas have some similarity with American "intelligent design" theorists, who see evidence for a guiding force in the construction of the universe. He accepts Darwinian evolution but doubts it can explain the ultimate origins of life.) Sebagai seorang putera pendeta Methodis Flew menjadi ateis ketika berusia 15 tahun. (A Methodist minister's son, Flew became an atheist at 15.) Pada awal-awal karirnya dia menyatakan bahwa tidak ada bukti-bukti yang dapat difikirkan yang dapat menjadi bukti tidak danya Tuhan bagi yang mempercayainya, demikianlah kaum skeptis itu benar ketika mereka berpendapat bahwa, apakah konsep tentang Tuhan itu ada kegunaannya yang berarti. (Early in his career, he argued that no conceivable events could constitute proof against God for believers, so skeptics were right to wonder whether the concept of God meant anything at all.) Tonggak pemikiran lainnya adalah pendapatnya dalam "The Presumption of Atheism" 1984 yang menganalisa praduga ke-tidakbersalah-an dalam hukm kriminal. Flew mengatakan bahwa perdebatan mengenai Tuhan haruslah dimulai dengan praduga ateisme, meletakkan beban pembuktian kepada mereka yang berpendapat bahwa Tuhan itu berada. (Another landmark was his 1984 "The Presumption of Atheism," playing off the presumption of innocence in criminal law. Flew said the debate over God must begin by presuming atheism, putting the burden of proof on those arguing that God exists.) {Terjemahan A.M#) --------------------------------------------------------- Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/