Sebelumnya patut untuk dipertimbangkan dalil2 berikut:

Seutama-utamanya jihad adalah perkataan yang benar
terhadap penguasa yang zhalim. (HR Ibnu Majah, Ahmad,
At-Tabrani, Al-Baihaqi, An-Nasa'i dan Al-Baihaqi).

Hadits ini secara tegas menyebutkan bahwa jihad yang
utama adalah menyampaikan hal yang benar di depan
penguasa yang zalim. Tidak disebutkan harus dengan
sembunyi-sembunyi atau di ruang tertutup. Sehingga
menyampaikan kebenaran di depan penguasa yang zalim
bisa dengan beragam cara, yang penting efektif,
komunikatif dan pesannya bisa sampai.
Selain itu ada juga hadits lainnya seperti hadits
berikut ini:

Barangsiapa melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan
tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya, dan jika
tidak mampu, dengan hatinya. Yang demikian itu adalah
selemah-lemahnya iman. (HR Muslim).

Dan menyampaikan kebenaran atau keberatan di muka umum
pada hakikatnya bukan hal yang tabu. Sebab di masa
Rasulullah hal itu biasa terjadi dan bukan hal yang
harus ditutup-tutupi. Silahkan bukan surat
Al-Mujadilah yang mengisahkan bagaimana seorang wanita
melakukannya di hadapan Rasulullah SAW.

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita
yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya,
dan mengadukan kepada Allah. Dan Allah mendengar soal
jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (QS Al-Mujadilah: 1)

Juga tentang seorang wanita memprotes aturan yang
dibuat oleh khalifah Umar bin Al-Khattab, karena
memberikan batasan maksimal untuk mahar. Protes itu
dilakukan ketika khalifah sedang berkhutbah dan beliau
pun menyatakan bahwa protes itu diterima dan aturan
itu lantas dibatalkan. Peristiwa ini menjelaskan
kepada kita bahwa menyampaikan pendapat dan kritik
kepada penguasa bukanlah hal yang tabu dan boleh saja
dilakukan secara terbuka.

Dari sisi kaidah fiqhiyah, aksi dan demonstrasi
sebenarnya hanya merupakan sarana yang bisa
dipertimbangakan. Maksudnya, bila proses dialog secara
baik-baik sudah mentok, padahal sudah diupayakan baik
secara langsung maupun melalui perantara, maka aksi
turun ke jalan seandainya diperhitungkan bisa menjadi
solusi, tentu tidak boleh dinafikan. Sebab dalam
kaidah fiqhiyah disebutkan bahwa sesuatu hal yang
tidak akan tercapai dan terlaksana sebuah kewajiban
kecuali dengannya, maka hal tersebut menjadi wajib.
Dengan kata lain, bila suatu kewajiban mengharuskan
penggunakan sarana, maka pemakaian sarana tersebut
menjadi wajib juga hukumnya.
Dan demonstrasi dalam kasus tertentu bisa menjadi
sarana yang sangat efektif dalam melaksanakan
kewajiban amar ma'ruf nahi mungkar, dakwah dan jihad.
Dengan demikian kami cenderung mengatakan bahwa
demonstrasi sebagai sebuah sarana harus dilakukan
untuk mencapai tujuan-tujuan dakwah, amar ma'ruf nahi
mungkar dan jihad demi meneggakkan nilai-nilai
kebenaran dan keadilan. Dan umat Islam harus mendukung
setiap upaya kebaikan dengan cara-cara yang sesuai
dengan nilai Islam demi kejayaan Islam dan
kemashlahatan umat.
Wallahu A'lam Bish-shawab

----- Original Message -----
From: "Budi Ari" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Media Dakwah" <media-dakwah@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, May 24, 2006 2:00 PM
Subject: [media-dakwah] Sunnahnya Menasehati Penguasa Muslim Secara Diam -
diam


Sunnahnya Menasehati Penguasa Muslim
  Secara Diam - diam

  Dari Ummul Mukminin Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah ra dari Nabi
ShalallaHu alaiHi wa sallam beliau bersabda,

  "Sesungguhnya akan diangkat untuk kalian beberapa penguasa dan kalian akan
mengetahui kemunkarannya.  Maka siapa saja yang benci bebaslah ia, dan siapa
saja yang mengingkarinya, maka selamatlah ia, tetapi orang yang senang dan
mengikutinya maka tersesatlah ia" Para sahabat bertanya, "Apakah tidak
sebaiknya kita memerangi mereka ?" Beliau bersabda, "Jangan ! Selama mereka
masih mengerjakan shalat bersamamu" (HR. Muslim)

  Dan kepada kaum muslimin yang ingin menasehati pemerintah muslim yang
zhalim maka hendaknya dilakukan secara diam - diam atau berdua saja.
Janganlah menasehatinya secara terang - terangan atau dengan cara
berdemonstrasi seperti yang marak dilakukan akhir - akhir ini karena
Rasulullah ShalallaHu alaiHi wa sallam bersabda dari riwayat sahabat Iyadh
bin Ghunaim ra.,

  "Barang siapa hendak menasehati penguasa maka janganlah secara terang -
terangan, melainkan ambil tangannya dan berdua dengannya.  Apabila ia
menerimanya maka itu adalah untukmu, kecuali apabila ia enggan maka apa yang
ada padanya adalah baginya sendiri" (HR Ahmad III/403-404, Al Hakim III/290,
Al Baihaqi dan lainnya hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Kitab
Adz Dzilal)

  Maka dari itu Usamah bin Zaid ra. ketika menasehati Khalifah Islam Utsman
bin Affan ra. dilakukannya dengan secara diam - diam sebagaimana atsar
sahabat berikut ini :

  Dari Ubaidilah bin Khiyar berkata, "Aku mendatangi Usamah bin Zaid ra. dan
aku katakan kepadanya, 'Mengapa engkau tidak menasehati Utsman bin Affan ra.
untuk menegakan hukum had atas Al Walid ?'.  Maka Usamah bin Zaid ra.
menjawab, 'Apakah kamu mengira aku tidak menasehatinya kecuali harus
dihadapanmu ? demi Allah, sungguh aku telah menasehatinya secara sembunyi -
sembunyi antara aku dan ia saja.  Dan aku tidak ingin membuka pintu
kejelekan dan aku bukanlah orang yang pertama kali membukanya" (HR. Bukhari
dan Muslim)

  Sering sekali terdengar perkataan celaan dan hinaan di dalam aksi - aksi
demonstrasi yang ditujukan kepada para penguasa muslim, yang mana hal ini
sesungguhnya menyimpang dari manhaj salafush shalih, jalannya para salafush
shalih, ahlus sunnah wal jama'ah.

  Imam Al Barbahary rahimahullah (wafat 392 H) berkata, "Jika anda melihat
orang mendo'akan  keburukan kepada pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk
salah satu pengikut hawa nafsu, namun bila anda melihat orang mendoakan
kebaikan kepada kepada seorang pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk
golongan ahlus sunnah, insya Allah" (Kitab Syahrus Sunnah)

  Abu Ali Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah berkata, "Jikalau aku mempunyai
doa yang baik yang akan dikabulkan, maka semuanya akan aku tujukan bagi para
pemimpin", lalu ia ditanya, "Wahai Abu Ali jelaskan maksud ucapanmu tersebut
?", beliau berkata, "Bila doa itu hanya aku tujukan bagi diriku, tidak lebih
hanya bermanfaat bagi diriku, namun apabila aku tujukan kepada pemimpin dan
ternyata para pemimpin berubah menjadi baik, maka semua orang dan negara
akan merasakan manfaat dan kebaikannya"

  Dan menasehati Umara' secara diam - diam memang merupakan suatu amal
shalih yang berat namun demikian pahala yang didapatkannya pun sangatlah
besar karena hal tersebut adalah salah satu bentuk jihad sebagaimana
keterangan hadits - hadits yang diambil dari Kitab Riyadhus Shalihin berikut
ini :

  Dari Abu Sa'id Al Khudri ra., dari Nabi ShalallaHu alaiHi wa sallam,
beliau bersabda,"Afdhalul jihaadi kalimatu 'adlin sulthaanin jaair" yang
artinya "Seutama - utamanya jihad adalah mengatakan keadilan di depan
penguasa yang menyeleweng"  (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dia berkata, "Hadits
hasan", hadits no. 199 pada Kitab Riyadush Shalihin oleh Imam An Nawawi)

  Pada hadits lain Rasulullah ShalallaHu alaiHi wa sallam berkata pada
seseorang yang bertanya tentang jihad apa yang paling utama, maka Rasulullah
ShalallaHu alaiHi wa sallam menjawab,"Kalimatun haqqin 'inda sulthaanin
jaair" yang artinya "Mengatakan kalimat yang benar di depan penguasa yang
menyeleweng" (HR. An Nasa'i dengan sanad shahih, hadits no. 200 pada Kitab
Riyadush Shalihin, dari sahabat Abu Abdullah Al Ahmasi ra.)

  Maraji'

   Hukum Memberontak Kepada Penguasa Muslim, Syaikh Fawaz bin Yahya Al
Ghuslan, Pustaka Al Atsari, Bogor, Cetakan Pertama, Jumadil Tsaniyah 1424
H/Agustus 2003 M.
   Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir
Jawas, Pustaka At Taqwa, Bogor, Cetakan Kedua, Jumadil Akhir 1425 H/Agustus
2004 M.
   Tarjamah Riyadush Shalihin, Penulis : Imam An Nawawi, Takhrij : Syaikh Al
Albani, Duta Ilmu, Surabaya, Cetakan Kedua, Oktober 2004 (Edisi Revisi).

  Semoga Bermanfaat



        Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain (syirik) itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.  Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar" (QS. An Nisaa' : 48)

  Dari Abu Dzar ra., Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Jibril berkata kepadaku, 'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia
dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia
masuk surga'" (HR. Bukhari) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari]






---------------------------------
Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+
countries) for 2ยข/min or less.

[Non-text portions of this message have been removed]




Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links












Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS
Rek Beyond belief Islam online
Nation of islam Media


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke