Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh 

sekedar urun rembug nich, ana baca dikitab tauhid seperti ini bang ridwan,,,
coba antum crosscheck lagi, semua sekedar tabayyun dan agar kita tidak salah 
dalam memahami suatu permasalahan

Abdullah bin Asy Syikhkhir radhiyallahu 'anhu berkata: "Ketika aku ikut pergi 
bersama suatu delegasi Bani Amir menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa 
sallam, kami berkata:
 
"Engkau adalah sayyiduna (tuan kami), maka beliau bersabda: "Sayyid (Tuan) yang 
sebenarnya adalah Allah subhanahu wa ta'ala", kemudian kami berkata: "Engkau 
adalah yang paling utama dan paling agung kebaikannya di antara kita. Beliau 
bersabda: "Ucapkanlah semua atau sebagaian kata-kata yang wajar bagi kalian, 
dan janganlah kalian terseret oleh syetan."
HR. Abu Daud dengan sanad yang shoheh.
 
 
Dikatakan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu bahwa ada sebagian orang 
berkata:
 
"Ya Rasulullah, wahai orang yang paling baik di antara kami, dan putra orang 
yang terbaik diantara kami, wahai tuan kami dan putra tuan kami", maka 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Saudara-saudara sekalian ! 
Ucapkanlah kata-kata yang wajar saja bagi kamu sekalian, dan janganlah 
sekali-kali kalian terbujuk oleh syetan. Aku adalah Muhammad, hamba Allah dan 
utusanNya, aku tidak senang kalian mengagungkanku melebihi kedudukanku yang 
telah diberikan kepadaku oleh Allah azza wa jala kepadaku."
HR. An Nasai dengan sanad yang jayyid.
 
 
 
 
 
Kandungan hadits diatas :
 
1. Peringatan kepada para sahabat agar tidak bersikap berlebih lebihan terhadap 
beliau [122].
 
2. Orang yang dipanggil dengan panggilan "Engkau adalah tuan kami"  hendaknya 
ia menjawab: "Tuan yang sebenarnya adalah Allah".
 
3. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memperingatkan kepada para sahabat 
agar tidak terseret dan terbujuk oleh syetan, padahal mereka tidak mengatakan 
kecuali yang sebenarnya.
 
4. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (tidak menginginkan sanjungan dari 
para sahabat yang diatas kedudukan yang sebenarnya), dengan sabdanya: "Aku 
tidak senang kamu sekalian mengangkatku melebihi kedudukan (yang sebenarnya) 
yang telah diberikan kepadaku oleh Allah azza wa jala."



----- Original Message ----
From: Ridwan <[EMAIL PROTECTED]>
To: Kel-Is <keluarga-islam@yahoogroups.com>; Ke-Se 
<keluarga-sejahtera@yahoogroups.com>; majelismuda@yahoogroups.com; [EMAIL 
PROTECTED]; Media Dakwah <media-dakwah@yahoogroups.com>; [EMAIL PROTECTED]; 
dis-hub <[EMAIL PROTECTED]>; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 1, 2006 12:43:33 AM
Subject: [media-dakwah] Mengagungkan Ulama Apakah Syirik ?

sumber : http://www.majelisr asulullah. org/index. php?option= com_content& 
task=view& id=76&Itemid= 1

Kontributor: Munzir Almusawa 
Saturday, 28 October 2006 
Mengagungkan Ulama Apakah Syirik ?

Alam semesta dan segala isinya tiada henti bertasbih siang dan malam kehadirat 
Nya yang Maha Tunggal dalam keluhuran, Tunggal dalam keabadian, Tunggal dalam 
kesucian, Tunggal dalam Kesempurnaan, Tunggal dalam Kekuasaan di Hamparan 
Angkasa Raya dan Penguasa Kekal pada seluruh Alam, Dicipta Nya Jagad Raya dari 
ketiadaan, dijadikan Nya keturunan Adam as termuliakan sebagai Khalifah dimuka 
bumi, mereka termuliakan dengan ilmu, Adam as melebihi malaikat karena ia 
diberi Ilmu oleh Allah swt yang tak diketahui oleh para malaikat, maka 
diperintahkanlah para malaikat bersujud kepada Adam as karena ia lebih berilmu 
dari para malaikat, walaupun malaikat tercipta dari cahaya dan Adam as hanyalah 
dari tanah Lumpur, sebagaimana dijelaskan dalam QS Albaqarah 30-34.

Fahamlah kita bahwa ilmu lah yang membuat para malaikat yang tercipta dari 
cahaya harus tunduk bersujud dan mengagungkan Adam as yang tercipta dari tanah 
Lumpur, sebatas sini kita sudah jelas bahwa pengagungan untuk para ulama adalah 
merupakan perintah Allah swt. Allah swt berfirman : "BILA KALIAN BERSYUKUR MAKA 
NISCAYA KUTAMBAHKAN NIKMAT ATAS KALIAN, DAN BILA KALIAN INGKARI NIKMATKU MAKA 
SUNGGUH SIKSA KU SANGAT PEDIH" (QS Ibrahim 7), fahamlah kita bahwa bersyukur 
merupakan kewajiban bagi kita, dan tidak bersyukur adalah berhadapan dengan 
siksa Nya yang pedih. 

Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh kenikmatan yang datang kepada kita 
mestilah melalui perantara, misalnya harta, makanan, minuman dll, mestilah 
lewat Makhluk Nya, tidak langsung dari Nya tanpa perantara, kita menemukan 
sebuah hadits mulia, dimana Rasul saw bersabda : "Belumlah seseorang (dianggap) 
bersyukur kepada Allah bila ia tak bersyukur kepada orang (yang berjasa 
padanya)" (Shahih Ibn Hibban hadits no.3407, Sunan Imam Tirmidzi hadits no.1954 
dengan sanad hasan shahih, sunan Imam Abu Dawud hadits no.4811). Jelaslah dari 
hadits ini bila seseorang misalnya mendapat hadiah, rizki, uang, atau lainnya, 
lalu ia bersyukur kepada Allah, ternyata belumlah sempurna syukurnya itu 
sebelum ia berterimakasih kepada sang perantara kenikmatan Allah swt.

Kita dituntut untuk bersyukur atas segala kenikmatan, dengan cara bersyukur 
kepada Allah swt dan berterimakasih kepada perantara kenikmatan Nya itu, 
sebagaimana kita memahami bahwa sebesar apapun ibadah kita tetap belumlah kita 
dimuliakan Allah swt sebelum kita berbakti kepada kedua orang tua, karena ayah 
dan ibu kita adalah perantara atas kehidupan kita. Namun adapulan kenikmatan 
yang bukan hanya sekedar makan, minum, harta, dll, ada kenikmatan yang jauh 
lebih luhur, yaitu kenikmatan ibadah, kenikmatan dzikir, yang bila sedang 
melimpah kenikmatan-kenikmat an ini kepada kita maka akan runtuhlah seluruh 
kenikmatan duniawi kita, runtuh seluruh kesedihan dan kesempitan kita, semuanya 
sirna dan tak terasa saat kita tenggelam dalam satu dua kejap bersama cahaya 
khusyu didalam sujud, atau bibir yang bergetar menyebut Nama Nya dengan ledzat, 
atau airmata yang mengalir dalam kerinduan pada perjumpaan dengan Yang Maha 
Indah..

Wahai saudaraku, kenikmatan yang sangat agung ini berkesinambungan dengan 
kenikmatan yang abadi kelak, dan wajib pula disyukuri, yang bila kita 
mensyukurinya maka Allah akan menambahnya, dan bila kita tak menyukurinya maka 
kita dihadapkan pada siksa Nya yang pedih. Ingatlah hadits diatas, bahwa setiap 
kenikmatan itu ada perantaranya, demikian pula kenikmatan-kenikmat an batin 
diatas, perantaranya adalah para ulama yang mengajarkan kita shalat, puasa, 
zakat, dzikir, kemuliaan Allah, keagungan Allah dll yang dengan itulah kita 
akan sampai kepada sorga. Adakah jasa yang lebih besar pada kita selain jasa 
guru-guru kita yang membimbing kita kepada Keridhoan Nya?, maka wajiblah kita 
mengagungkan para ulama dan guru-guru kita, itulah bukti akan bakti kita pada 
mereka, dan itu merupakan tanda sempurnanya syukur kita kepada Allah..

Sebagaimana Ibn Abbas ra yang memuliakan gurunya, yaitu Zeyd bin Tsabit ra, ia 
berjalan kaki seraya menuntun kuda Zeyd bin tsabit ra, maka Zeyd ra melarangnya 
dan Ibn Abbas ra berkata : "Beginilah kita diperintah untuk memuliakan 
ulama-ulama kita", maka turunlah Zeyd bin tsabit ra seraya mengambil tangan 
kanan Ibn Abbas ra dan menciumnya seraya berkata : "beginilah kita diperintah 
memuliakan Ahlulbait yang melihatnya" (Faidhul Qadir juz 3 hal.253), bahkan 
telah berkata sayyidina Ali kw : "aku adalah budak bagi yang mengajariku satu 
huruf", sebagaimana hadits Rasul saw : "barangsiapa yang mengajari seorang 
hamba sebuah ayat dari kitabullah maka ia adalah Tuan baginya, maka sepantasnya 
ia tak menghinakannya dan meremehkannya" (Majmu' zawaid Juz 1 hal 128, Fathul 
Bari Almasyhur juz 8 hal 248), demikian Rasul saw memerintahkan penghargaan 
kepada guru-guru kita, demikian pula para sahabat memuliakan guru-guru mereka, 
maka berbakti kepada guru merupakan tanda syukur kita atas
 kenikmatan akhirat, kenikmatan shalat, puasa, zakat dll yang dinantikan oleh 
kebahagiaan nan Abadi.

Sampailah kita kepada puncak pemahaman bahwa berbakti kepada Sayyidina Muhammad 
saw, sebagai Guru dari semua guru yang membimbing kepada keluhuran, merupakan 
tanda sempurnanya syukur kita kepada Allah swt, dan Bakti kepada sang Nabi saw, 
memuliakannya, mengagungkannya, mencintainya, merupakan tanda syukur dan 
terimakasih kita kepada jasa-jasa beliau saw, yang dengan itulah sempurnanya 
syukur kita kepada Allah swt, wahai saudaraku, ketahuilah bahwa Sang Nabi saw 
adalah yang menjaga dan menaungi kita dari musibah api neraka kelak, demikian 
Allah menjelaskan kepada kita tentang Nabi Nya saw ini, Allah swt berfirman : 
"TELAH DATANG PADA KALIAN SEORANG RASUL DARI KELOMPOK KALIAN, SANGAT BERAT 
BAGINYA APA-APA YANG MENIMPA KALIAN, SANGAT MENJAGA KALIAN, DAN KEPADA 
ORANG-ORANG MUKMIN SANGAT BERLEMAH LEMBUT" (QS Attaubah 128). Alangkah agungnya 
manusia yang satu ini, bagaimana Allah swt membanggakan hamba Nya Muhammad saw 
sebagai hamba yang menjadi pelindung bagi hamba-hamba Nya
 yang lain. Kini kita temukan puncak dari kesempurnaan syukur kita atas 
kenikmatan Islam dan Iman, bukan hanya cukup bersyukur kepada Allah swt semata, 
namun berbakti kepada Nabi kita Muhammad saw lah penyempurna syukur kita, 
sebagaimana kesaksian tauhid kita pun tak sempurna sebelum kesaksian Muhammad 
saw sebagai Rasul Allah swt.

Maka timbul pertanyaan dihati kita, bagaimana dengan kelompok yang 
mengenyampingkan atau bahkan mengatakan musyrik bila kita memuliakan Nabi 
Muhammad saw??, bukankah ini ajaran Iblis yang memang tak mau sujud pada Adam 
as yang diberi kelebihan ilmu oleh Allah swt??, sedangkan Nabi saw bukanlah 
saja makhluk yang paling berilmu dari seluruh makhluk Nya Allah swt, namun 
beliau saw adalah guru besar kita yang membimbing kita kepada Iman dan islam, 
barangkali kelompok ini sebentar lagi akan mengatakan bahwa syahadat itu 
musyrik pula bila menyebut nama Muhammad saw. Mereka ini durhaka terhadap sang 
Nabi saw, bagaimana pendapat anda bila ada seorang anak yang menolak 
menghormati ibunya?, mengharamkan penghormatan pada ibu dan ayahnya karena 
dianggap syirik?, bukankah ini anak yang durhaka?, naudzubillah dari durhaka 
yang 1000X lebih besar dari durhaka pada ayah dan ibu, yaitu durhaka pada 
Rasulullah saw, para sahabat radhiyallahu' anhum berebutan air bekas wudhu 
beliau saw (shahih
 Bukhari) para sahabat menjadikan air bekas perasan dari baju beliau saw 
sebagai obat (shahih Bukhari), para sahabat memuliakan sehelai rambut beliau 
saw setelah beliau wafat (shahih bukhari), para sahabat berebutan rambut beliau 
saw saat beliau saw dicukur rambutnya saw (shahih bukhari), apakah ini semua 
musyrik dan kultus?, sungguh.. manakah yang lebih kita ikuti dan panut selain 
para sahabat radhiyallahu' anhum?, siapakah yang lebih memahami tauhid selain 
mereka?, adakah makhluk-makhluk sempalan di akhir zaman ini merasa mereka lebih 
tahu kesucian tauhid daripada sahabat radhiyallahu 'anhum?

Semoga Allah segera mengulurkan hidayah Nya untuk saudara-saudara kita muslimin 
yang masih buta dari kemuliaan syukur ini. amiiin...

[Non-text portions of this message have been removed]






[Non-text portions of this message have been removed]




Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke