Wa'alaikumussalam wr. wb.
 
Alhamdulillah saudara Asrul, untuk memahami ilmu Allah maka jangan
sampai mengabaikan disiplin ilmuNya untuik menjaga agama ini tetap asli.
Dalam disiplin ilmu Islam, ya ilmu Allah juga, setiap orang yang mengaku
beriman maka jika berbicara atau menulis selalu berlandaskan Al Qur'an
dan Hadits yang shahih dengan syarat-syarat dari para Imam hadits dan
ahli hadits terdahulu yang shalih. Dan ditambah lagi perlu membaca
beberapa karya-karya ilmiah para ulama yang shalih yang banyak
menafsirkan dan menjelaskan Al Qur'an dan Hadits tersebut. Itulah
disiplin ilmu dalam Islam. Tidak serta merta menerima langsung begitu
saja artikel-artikel yang bersebaran tanpa filter Al Qur'an dan Hadits
yang shahih.
Jika lupa maka katakan lupa, jika tidak tahu berhentilah atau diam, jika
ingat sedikit maka minta bantuan kepada orang lain untuk mencarikan
dalilnya dan jangan dipaksakan supaya kelihatan alim karena bisa
menimbulkan penyakit menambah-nambahkan atau mengurangi ilmu yang sudah
pernah disepakati oleh jumhur ulama.
Ingatkah saudara Asrul bahwa ada seorang Imam besar kalo tidak salah
imam Malik ditanya oleh orang lain sebanyak puluhan pertanyaan tapi
beliau tidak sungkan mengatakan saya tidak tahu (belum menguasai
ilmunya). Imam Malik tahu konsekuensinya jika tidak tahu tapi dipaksakan
untuk menjawab pasti ada saja yang salah dan bisa menyesatkan banyak
orang.
 
Saudara Asrul,
rasanya permintaan saya terhadap saudara Ridwan untuk disampaikan
kembali kepada Pak Munzir tidak berkaitan dengan masalah ketawaan dan
keimanan dan juga masalah niat. Tapi maksud tanggapan saya adalah
positif yaitu jika memang ada pengagungan dalam bentuk menyembah kepada
manusia (dengan memakai dalil perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi
Adam as) dan pengagungan dalam bentuk rebutan air wudhu Nabi, air
keringat Nabi untuk jadi obat dan rebutan rambut Nabi.
Kemudian dari judulnya dikaitkan kepada ulama sebagai pewaris Nabi maka
artikel ini ingin menggiring kita untuk melakukan hal sama terhadap para
ulama baik yang sudah mati ataupun yang masih hidup sekarang ini.
 
Artikel dari Pak Munzir Almusawa itu ada beberapa poin kerancuan akidah,
ini bisa dibahas bersama-sama dan boleh disampaikan kepada Pak Munzir:
yang pertama, pemakaian dalil yang tidak tepat dan kesimpulannya juga
tidak tepat yaitu perintah Allah kepada Malaikat dan Syaithon untuk
bersujud kepada Nabi Adam as. Coba kita cari apakah ini dalil khusus
atau umum untuk dipergunakan kepada selain Nabi Adam as. Kemudian coba
cari dalil Al Qur'an dan Hadits, apakah sesuai dengan perintah Allah dan
Rosul-Nya yang memerintahkan sesembahan itu hanya untuk Allah saja. Laa
ilaha illallah. Coba muraja'ah kembali tentang makna Laa ilaha illallah
dan dalil-dalilnya. Jika sudah didapatkan semua itu, lalu pertanyaan
selanjutnya apakah tepat dan sesuai dalil bersujud kepada Adam dengan
dalil-dalil penyembahan kepada Allah? Padahal Muhammad sholallahu
'alaihi wasalam diutus untuk menghapuskan penyembahan manusia kepada
manusia dan menyiarkan untuk menyembah kepada Allah semata!!! Masalah
Tauhid perlu didahulukan dan jika ingin tahu lebih banyak silahkan baca
artikelnya yang dikelola oleh Pak Nizami di situs Media Dakwah ini
(http://www.media-islam.or.id <http://www.media-islam.or.id/> ).
 
Tepatkah penafsiran atau pengkiyasan MENGAGUNGKAN ULAMA dengan dalil
bersujud kepada Nabi Adam as? Kesimpulan dari artikel itu adalah
bersujud kepada Adam as adalah suatu bentuk pengagungan yang bisa juga
diterapkan kepada semua Ulama terdahulu atau masa kini.
Bahkan ditambah lagi bentuk pengagungan dengan cara rebutan bekas air
wudhu ulama, rebutan perasan air keringat ulama dan juga rebutan
potongan rambut ulama yang menurut pak Munzir ada di shahih Bukhari.
Makanya saya penasaran sehingga minta bantuan titip pertanyaan kepada
saudara Ridwan kepada Pak Munzir tentang keberadaan hadits-hadits
tersebut.
 
Jadi saya bertanya karena belum pernah menemukan bunyi hadits seperti
itu dan sudah kewajiban kita bersama untuk menjaga agama ini agar tetap
asli tanpa harus ditambah ataupun dikurangi.
 
Ma'af saya bukan mau sok-sok-an gitu, niat saya memang ingin tahu dan
rasanya agak ganjil juga dengan pemahaman tauhid saya selama ini.
Jadi konsentrasinya sekarang untuk saya adalah mencari keempat hadits
Bukhari itu dan penjelasan para ulama shalih terdahulu dalam
menafsirkannya. Itu saja saudara Asrul semoga bisa dimaklumi dan
dipahami.
 
Barokallahu fiekum
Teguh Imanullah


________________________________

From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of asrul
Sent: Thursday, November 02, 2006 6:36 AM
To: 'Media Dakwah'
Subject: Fw: [media-dakwah] Mengagungkan Ulama Apakah Syirik ?



Assalamualikum Wr. Wb...
alhamdulillah.. semenjak saya masuk di milis ini banyak sekali ilmu2
yang saya dapat, apalagi saya begitu awam tentang ajaran islam padahal
semenjak kecil aku sudah islam...
namun ternyata Alloh masih sayang kepadaku dan aku di mulai di bimbing
ke jalan yang benar!
perlu di ingat ketaqwaan dan keimananlah adalah derajat yang paling
mulia di sisi Alloh dan hanyalah Alloh yang lebih tahu derajat atau
keimanan kita, serta kita tidak akan bisa mengenal iman dan taqwa jika
kita tidak mempunyai ilmu Alloh, tentu saja yang lebih mengerti tentang
ilmu Alloh adalah para ulama dan ustadz2 kita dan maha guru besar
Muhammad Rosul kita.
saya sangat setuju dengan artikel ini tapi yang perlu di ingat adalah
kalau ga salah.. segala macam perbuatan dan ibadah kita itu tergantung
niatnya,...
sungguh sulit sekali menata niat dan hati kita ini....
mungkin ada saran para ustads dan ustazdhah...
wassalam...
ASRUL
----- Original Message ----- 
From: Ridwan 
To: Kel-Is ; Ke-Se ; majelismuda@yahoogroups.com
<mailto:majelismuda%40yahoogroups.com>  ; [EMAIL PROTECTED]
<mailto:taslimu%40yahoogroups.com>  ; 'Media Dakwah' ;
[EMAIL PROTECTED] <mailto:cahayanabawiy%40yahoogroups.com>
; dis-hub ; [EMAIL PROTECTED] <mailto:zawiya%40yahoogroups.com>  
Sent: Wednesday, November 01, 2006 12:43 AM
Subject: [media-dakwah] Mengagungkan Ulama Apakah Syirik ?

sumber :
http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&;
id=76&Itemid=1
<http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view
&id=76&Itemid=1> 

Kontributor: Munzir Almusawa 
Saturday, 28 October 2006 
Mengagungkan Ulama Apakah Syirik ?

Alam semesta dan segala isinya tiada henti bertasbih siang dan malam
kehadirat Nya yang Maha Tunggal dalam keluhuran, Tunggal dalam
keabadian, Tunggal dalam kesucian, Tunggal dalam Kesempurnaan, Tunggal
dalam Kekuasaan di Hamparan Angkasa Raya dan Penguasa Kekal pada seluruh
Alam, Dicipta Nya Jagad Raya dari ketiadaan, dijadikan Nya keturunan
Adam as termuliakan sebagai Khalifah dimuka bumi, mereka termuliakan
dengan ilmu, Adam as melebihi malaikat karena ia diberi Ilmu oleh Allah
swt yang tak diketahui oleh para malaikat, maka diperintahkanlah para
malaikat bersujud kepada Adam as karena ia lebih berilmu dari para
malaikat, walaupun malaikat tercipta dari cahaya dan Adam as hanyalah
dari tanah Lumpur, sebagaimana dijelaskan dalam QS Albaqarah 30-34.

Fahamlah kita bahwa ilmu lah yang membuat para malaikat yang tercipta
dari cahaya harus tunduk bersujud dan mengagungkan Adam as yang tercipta
dari tanah Lumpur, sebatas sini kita sudah jelas bahwa pengagungan untuk
para ulama adalah merupakan perintah Allah swt. Allah swt berfirman :
"BILA KALIAN BERSYUKUR MAKA NISCAYA KUTAMBAHKAN NIKMAT ATAS KALIAN, DAN
BILA KALIAN INGKARI NIKMATKU MAKA SUNGGUH SIKSA KU SANGAT PEDIH" (QS
Ibrahim 7), fahamlah kita bahwa bersyukur merupakan kewajiban bagi kita,
dan tidak bersyukur adalah berhadapan dengan siksa Nya yang pedih. 

Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh kenikmatan yang datang kepada
kita mestilah melalui perantara, misalnya harta, makanan, minuman dll,
mestilah lewat Makhluk Nya, tidak langsung dari Nya tanpa perantara,
kita menemukan sebuah hadits mulia, dimana Rasul saw bersabda :
"Belumlah seseorang (dianggap) bersyukur kepada Allah bila ia tak
bersyukur kepada orang (yang berjasa padanya)" (Shahih Ibn Hibban hadits
no.3407, Sunan Imam Tirmidzi hadits no.1954 dengan sanad hasan shahih,
sunan Imam Abu Dawud hadits no.4811). Jelaslah dari hadits ini bila
seseorang misalnya mendapat hadiah, rizki, uang, atau lainnya, lalu ia
bersyukur kepada Allah, ternyata belumlah sempurna syukurnya itu sebelum
ia berterimakasih kepada sang perantara kenikmatan Allah swt.

Kita dituntut untuk bersyukur atas segala kenikmatan, dengan cara
bersyukur kepada Allah swt dan berterimakasih kepada perantara
kenikmatan Nya itu, sebagaimana kita memahami bahwa sebesar apapun
ibadah kita tetap belumlah kita dimuliakan Allah swt sebelum kita
berbakti kepada kedua orang tua, karena ayah dan ibu kita adalah
perantara atas kehidupan kita. Namun adapulan kenikmatan yang bukan
hanya sekedar makan, minum, harta, dll, ada kenikmatan yang jauh lebih
luhur, yaitu kenikmatan ibadah, kenikmatan dzikir, yang bila sedang
melimpah kenikmatan-kenikmatan ini kepada kita maka akan runtuhlah
seluruh kenikmatan duniawi kita, runtuh seluruh kesedihan dan kesempitan
kita, semuanya sirna dan tak terasa saat kita tenggelam dalam satu dua
kejap bersama cahaya khusyu didalam sujud, atau bibir yang bergetar
menyebut Nama Nya dengan ledzat, atau airmata yang mengalir dalam
kerinduan pada perjumpaan dengan Yang Maha Indah..

Wahai saudaraku, kenikmatan yang sangat agung ini berkesinambungan
dengan kenikmatan yang abadi kelak, dan wajib pula disyukuri, yang bila
kita mensyukurinya maka Allah akan menambahnya, dan bila kita tak
menyukurinya maka kita dihadapkan pada siksa Nya yang pedih. Ingatlah
hadits diatas, bahwa setiap kenikmatan itu ada perantaranya, demikian
pula kenikmatan-kenikmatan batin diatas, perantaranya adalah para ulama
yang mengajarkan kita shalat, puasa, zakat, dzikir, kemuliaan Allah,
keagungan Allah dll yang dengan itulah kita akan sampai kepada sorga.
Adakah jasa yang lebih besar pada kita selain jasa guru-guru kita yang
membimbing kita kepada Keridhoan Nya?, maka wajiblah kita mengagungkan
para ulama dan guru-guru kita, itulah bukti akan bakti kita pada mereka,
dan itu merupakan tanda sempurnanya syukur kita kepada Allah..

Sebagaimana Ibn Abbas ra yang memuliakan gurunya, yaitu Zeyd bin Tsabit
ra, ia berjalan kaki seraya menuntun kuda Zeyd bin tsabit ra, maka Zeyd
ra melarangnya dan Ibn Abbas ra berkata : "Beginilah kita diperintah
untuk memuliakan ulama-ulama kita", maka turunlah Zeyd bin tsabit ra
seraya mengambil tangan kanan Ibn Abbas ra dan menciumnya seraya berkata
: "beginilah kita diperintah memuliakan Ahlulbait yang melihatnya"
(Faidhul Qadir juz 3 hal.253), bahkan telah berkata sayyidina Ali kw :
"aku adalah budak bagi yang mengajariku satu huruf", sebagaimana hadits
Rasul saw : "barangsiapa yang mengajari seorang hamba sebuah ayat dari
kitabullah maka ia adalah Tuan baginya, maka sepantasnya ia tak
menghinakannya dan meremehkannya" (Majmu' zawaid Juz 1 hal 128, Fathul
Bari Almasyhur juz 8 hal 248), demikian Rasul saw memerintahkan
penghargaan kepada guru-guru kita, demikian pula para sahabat memuliakan
guru-guru mereka, maka berbakti kepada gu! ru merupakan tanda syukur
kita atas kenikmatan akhirat, kenikmatan shalat, puasa, zakat dll yang
dinantikan oleh kebahagiaan nan Abadi.

Sampailah kita kepada puncak pemahaman bahwa berbakti kepada Sayyidina
Muhammad saw, sebagai Guru dari semua guru yang membimbing kepada
keluhuran, merupakan tanda sempurnanya syukur kita kepada Allah swt, dan
Bakti kepada sang Nabi saw, memuliakannya, mengagungkannya,
mencintainya, merupakan tanda syukur dan terimakasih kita kepada
jasa-jasa beliau saw, yang dengan itulah sempurnanya syukur kita kepada
Allah swt, wahai saudaraku, ketahuilah bahwa Sang Nabi saw adalah yang
menjaga dan menaungi kita dari musibah api neraka kelak, demikian Allah
menjelaskan kepada kita tentang Nabi Nya saw ini, Allah swt berfirman :
"TELAH DATANG PADA KALIAN SEORANG RASUL DARI KELOMPOK KALIAN, SANGAT
BERAT BAGINYA APA-APA YANG MENIMPA KALIAN, SANGAT MENJAGA KALIAN, DAN
KEPADA ORANG-ORANG MUKMIN SANGAT BERLEMAH LEMBUT" (QS Attaubah 128).
Alangkah agungnya manusia yang satu ini, bagaimana Allah swt
membanggakan hamba Nya Muhammad saw sebagai hamba yang menjadi pelindung
bagi hamba-hamb! a Nya yang lain. Kini kita temukan puncak dari
kesempurnaan syukur kita atas kenikmatan Islam dan Iman, bukan hanya
cukup bersyukur kepada Allah swt semata, namun berbakti kepada Nabi kita
Muhammad saw lah penyempurna syukur kita, sebagaimana kesaksian tauhid
kita pun tak sempurna sebelum kesaksian Muhammad saw sebagai Rasul Allah
swt.

Maka timbul pertanyaan dihati kita, bagaimana dengan kelompok yang
mengenyampingkan atau bahkan mengatakan musyrik bila kita memuliakan
Nabi Muhammad saw??, bukankah ini ajaran Iblis yang memang tak mau sujud
pada Adam as yang diberi kelebihan ilmu oleh Allah swt??, sedangkan Nabi
saw bukanlah saja makhluk yang paling berilmu dari seluruh makhluk Nya
Allah swt, namun beliau saw adalah guru besar kita yang membimbing kita
kepada Iman dan islam, barangkali kelompok ini sebentar lagi akan
mengatakan bahwa syahadat itu musyrik pula bila menyebut nama Muhammad
saw. Mereka ini durhaka terhadap sang Nabi saw, bagaimana pendapat anda
bila ada seorang anak yang menolak menghormati ibunya?, mengharamkan
penghormatan pada ibu dan ayahnya karena dianggap syirik?, bukankah ini
anak yang durhaka?, naudzubillah dari durhaka yang 1000X lebih besar
dari durhaka pada ayah dan ibu, yaitu durhaka pada Rasulullah saw, para
sahabat radhiyallahu'anhum berebutan air bekas wudhu beliau saw (sha!
hih Bukhari) para sahabat menjadikan air bekas perasan dari baju beliau
saw sebagai obat (shahih Bukhari), para sahabat memuliakan sehelai
rambut beliau saw setelah beliau wafat (shahih bukhari), para sahabat
berebutan rambut beliau saw saat beliau saw dicukur rambutnya saw
(shahih bukhari), apakah ini semua musyrik dan kultus?, sungguh..
manakah yang lebih kita ikuti dan panut selain para sahabat
radhiyallahu'anhum?, siapakah yang lebih memahami tauhid selain mereka?,
adakah makhluk-makhluk sempalan di akhir zaman ini merasa mereka lebih
tahu kesucian tauhid daripada sahabat radhiyallahu 'anhum?

Semoga Allah segera mengulurkan hidayah Nya untuk saudara-saudara kita
muslimin yang masih buta dari kemuliaan syukur ini. amiiin...

[Non-text portions of this message have been removed]

[Non-text portions of this message have been removed]



 


[Non-text portions of this message have been removed]




Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke