Tulisan dari seorang teman, semoga bermanfaat. "Terror is Me" or "Terrorisme" ?
Agaknya kita sudah terlalu kenyang disuapi kata-kata terorisme oleh Amerika dan antek-anteknya. Mereka sepertinya tidak bosan berperang untuk menunjukkan bahwa mereka yang sebenarnya harus ditakuti oleh dunia sekarang ini. Baru saja perang Afghanistan berlalu, dengan sigap mereka segera mencanangkan perang terhadap Irak dengan alasan mengada-ada: Irak mengembangkan senjata pemusnah massal. Namun, siapa pun di dunia ini sangat mengetahui bahwa negara yang paling banyak dan paling dahsyat bersenjata pemusnah massal adalah Amerika Serikat. Ini bahkan dikatakan sendiri oleh rakyat Amerika Serikat dalam sebuah wawancara di TV ketika terjadinya demo antiperang di sana sebelum perang berlangsung. Saddam dengan Iraknya belum berbuat apa-apa sudah dibilang teroris, kemudian digempur habis-habisan. Seperti biasa, dalam setiap perang yang dilakoni Amerika Serikat, pastilah rakyat sipil yang menjadi korban utama. Bagi Amerika, tidak penting membedakan antara tentara dan rakyat jelata, yang penting menang dan tujuan tercapai. Bukan hanya kali ini Amerika tega berbuat demikian. Nagasaki dan Hiroshima adalah bukti nyata kekejaman mereka. Namun, jika berhadapan dengan militer murni, mereka biasanya keok, seperti di perang Korea dan Vietnam. Jadi, sekarang dalam setiap perang Amerika Serikat selalu mengajak pihak lain untuk ikut membantu, agar tidak hanya mereka yang menjadi korban. Runtuhnya kekuatan Uni Sovyet telah mendorong Amerika Serikat untuk semakin menampakkan kecongkakkannya di hadapan seluruh negara dunia. Bahkan, PBB pun mereka kangkangi, kalau yang ini sebenarnya sudah lama berlangsung, sejak berdirinya PBB. Selama ini badan memble ini hanyalah sebagai alat legitimasi bagi kepentingan Amerika Serikat dan antek-anteknya. Selalu yang menjadi sekjen PBB adalah tokoh dari negara kecil, yang tentunya tidak berani apa-apa. Tinggal di Amerika saja, bagi mereka yang diangkat jadi sekJen, mungkin sudah luar biasa. Amerika sendiri sebenarnya adalah alat terdahsyat dari kepentingan negara Yahudi Israel. Selama ini Amerika plus Inggrislah yang selalu membela Israel, membantu, dan menyediakan apa saja yang dikehendaki oleh negara itu. Demokrasi dan hak asasi manusia adalah tunggangan utama mereka untuk menekan negara-negara dunia. Mereka tampil seolah-oleh yang paling menjaga demokrasi dan HAM. Padahal, merekalah yang paling tinggi pelanggarannya dalam hal itu. Tetapi, begitulah bintang film, bisa berakting sesuai pesanan sutradara. Maklumlah, Amerika memang sarangnya film dan bintang film, sebuah budaya yang mereka sebarkan ke seluruh dunia untuk membentuk opini dunia. Secara verbal Amerika Serikat sekarang sangat lantang meneriakkan antiterorisme, bahkan hampir tidak ada yang berani membantah. Kalaupun ada yang membantah, suaranya hanya terdengar oleh mereka sendiri. Kekuatan media dan informasi sangat mereka pahami. Sehingga mereka mengetahui bagaimana menggunakannya. Namun, secara tindakan nyata Amerika sebenarnya sedang memainkan peran antagonis, yaitu sebagai teroris dalam lakon yang diatur sendiri. Yang menjadi masalah adalah Amerika berperan sekaligus sebagai Arnold Schwarzeneger lakon penumpas teroris dalam film-film Holywood. Akibatnya, begitu si teroris bertindak dan keasyikan dengan aksi-aksi brutalnya, sang penumpas tidak nongol-nongol, karena ia yang memerankannya. Jadi bagaimana? Harus ada pemeran lain yang tampil sebagai penumpas teroris, entah siapa dia, yang penting bukan PBB. Yang jelas pemeran terorisnya tetap Amerika Serikat. Karena, walaupun dia teriak anti teroris, kenyataan membuktikan sebaliknya. Amerika Serikat sekarang sedang lantang meneriakkan sebuah tantangan bagi dunia dengan aksi-aksinya: ?TERROR IS ME... TERROR IS ME....? Biarlah mereka berbuat sesuka mereka sekarang. Kemenangan dan kesenangan adalah tipu daya bagi bangsa perusak. Israel adalah pihak yang sangat diuntungkan dengan perang ini. Karena, Israel selama ini sangat ketakutan akan kebangkitan bangsa Arab muslim. Dalam hal ini Irak ternyata mengalami kemajuan teknologi militer yang cukup signifikan dibanding yang lainnya. Menghadapi batu saja bangsa Yahudi ini sangat ketakutan, apalagi menghadapi rudal dan peluru. Lalu, dengan sangat licik mereka menggiring Amerika ke dalam perang melalui penasihat keamanan dan pertahan si Bush yang notabene keturunan Yahudi si Condoleeza Rice. Wallahu al-musta'an. --------------------------------- Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta. [Non-text portions of this message have been removed]