Terapi Ghibah
   
  
Dalam perjalanan Isra Mi'raj, Rasulullah SAW sempat melihat 
  pemandangan mengerikan. ''Aku diperlihatkan orang yang mencakar-cakar 
  mukanya sendiri dengan kuku-kuku tajam mereka.''
   
  Lantas Rasulullah SAW bertanya kepada Malaikat Jibril. ''Wahai Jibril 
siapakah 
  mereka itu?'' Malaikat Jibril menjawab, ''Mereka adalah yang menggunjing 
  orang lain dan membuka aib kehormatan dirinya.'' (HR Abu Daud). 
   
  Menggunjing orang lain (ghibah) menjadi faktor penyebab azab kubur. 
  Seperti juga diceritakan Jabir ketika bersama Rasulullah SAW melewati 
  dua kuburan. ''Mereka berdua sedang disiksa di dalam kubur bukan karena 
  dosa besar yang dilakukannya, tapi yang satu karena gemar ghibah, sedangkan 
  yang lain karena tidak bersuci setelah kencing.''
   
  ''Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, 
  sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu 
  mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu berbuat 
  ghibah terhadap yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan 
  daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik 
  kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha 
  Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.'' (QS Al-Hujurat [49]: 12).
   
  Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan, ayat ini merupakan gambaran 
  betapa ghibah bagaikan mencabik-cabik orang dari belakang tanpa sempat 
  orang tersebut membelanya. Karena tak dapat membela itulah maka diibaratkan 
  orang mati, yang hanya bisa diam saja sekalipun dirobek-robek. Menikmati 
  ghibah sama seperti makan sekerat daging, enak rasanya hingga susah 
  menghentikannya. Namun, mereka tidak mengetahui bahwa daging itu 
  sudah basi alias telah menjadi bangkai.
   
  Agar terhindar dari azab kubur karena ghibah, ada beberapa terapi 
  mengatasinya. Pertama, Rasulullah SAW mengarahkan agar orang Mukmin 
  gemar berbicara yang baik atau lebih baik diam. Kedua, melakukan klarifikasi 
  (tabayyun) bila ditemukan pembicaraan ghibah yang dapat merembet ke fitnah 
  memecah belah umat. (QS Al-Hujurat [49]: 6).
   
  Ketiga, memberi nasihat bila ditemukan kesalahan orang lain, 
  bukan malah membicarakan di belakang. ''Tiga perkara bila dikerjakan 
  niscaya tidak ada kedengkian dalam hati, yaitu ikhlas beramal karena 
  Allah semata, saling menasihati sesama Muslim, dan tetap berada dalam 
  jamaah Muslimin.'' (HR Ad-Darimi). Keempat, memperbanyak dzikrullah. 
  Dzikrullah ibarat obat penyakit, sementara ghibah adalah pantangannya.
  (Ali Farkhan Tsani )
   
  
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=262388&kat_id=14&kat_id1=&kat_id2=
  
 
---------------------------------
Need Mail bonding?
Go to the Yahoo! Mail Q&A for great tips from Yahoo! Answers users.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke