Halo Godam,

Sayah mauk sak kedar menambahken dalemnya romantisme nostalgiah kota Bogor 
nyang duluknyah adem dan erg mooi, dengen mengutipken lagu lawas nyang 
dinyanyikken olih sangers Alfian (sudah marhum)

Banyak kota daku bermalam
Di masa hidupku nan silam
Kota Bogor dan Kebun Raya 
Mengakhiri segalanya

Ref : 

Daku semalam menginap di Bogor
Mulai pertama di sana
Kini ku takkan lagi 
Mengembara sendiri 
Kota Bogor menahan daku pergi

(kumbali ka bait pertamah)

Memang sakkarang kota Bogor mulain brobah dari kota hunian atawa kota kebun 
menjadi kota industri ringan dan perekonomian. Nyang dulu di waktu pagi ari 
masing ada kabut dingin sakkarang sudah digantiken oleh debu dan hawak panas. 
Nyang dulu oto dan kendraan laen bisak jalan leluasah sakkarang jadi rangsek 
rangsekan. Nyang dulu suasanah hening dan tenang sakkarang bunyih klakson atawa 
tutter memekakken telingah. Belon lagi manungsanyah sakkarang di mana jugak 
sudut sudah padet. Pendeknya polusik komplet lah. Dari polusik udara, polusik 
suara, sampek polusik lingkungan atawa sampah tambah banyak lantaran 
manungsanyah  jugak tambah banyak, sakmentarah puun puun banyak diambrukken 
sakhinggah tekor jat asem. 

Tabek.
Supriyadi




  ----- Original Message ----- 
  From: guritno pamulang 
  To: mediacare@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, November 14, 2006 6:24 PM
  Subject: Re: [mediacare] Mungkinkah Bogor Kembali Asri?mungkin hajah



  GODAM MENIMBRUNG,
  14 nop 2006,selasa,

  Memang Fir..buatku bogor adalah kota kenangan, kota ujan

  yang membuatku saklaluh mendambaken KOTA IJOH YANG ROMANTIS.

  hehehe..sakkarang mah, romantisnyah,sama cabo cabo berjilbabkah?

  daku pernah begituh rindu mendatangin kumbali TALAGA WARNANYAH

  dimana doeloe dijadiken satu judul bacaan kita.tamtunyah

  dengan kerindangan puun,serta gerocokkan aernyah yang

  mencipta khayal nan tenang abadih.

  DAN SAKKARANG BOGOR DI SAKKITAR KEBON RAYAH,

  DEMINGKIAN LIAR, DEMINGKIAN KASAR, DEMINGKIAN KURANG AJAR.

  Namun pertanyaan tentang BISAKKAH BOGOR DILESTARIKEN LAGIH?

  YAHH TAMTU HAJAH BISAK LAH,

  Dengen adanyah KESATUAN PANDANG DARI PUSAT, YANG

  JELAS PLANOLOGINYAH BUAT DAERAH2.

  Dimana otorita2 daerah, UDAH DI BERIKEN RAMBU2 PEMBANGUNANNYAH.

  bukan sakmodel sakkarang, di mana gubernur2 ituh,

  BAGAEKAN JAWARAH, YANG BISAK MELAKUKEN PENGHANCURAN

  DAERAH2 DENGAN SAK ENAK UDELNYAH SENDIRI.

  jadi MANGSALAH BOGOR DAN TEMPAT2 LAENNYAH DI NUSANTARA,

  KUDULAH DI BAHAS DI GEDONG PARI PARI DPR MPR.

  Dimana wangkil rakyatnyah MENGGODOK BERSAMA, TENTANG

  KEBIJAKAN UNTUK PENYELAMETAN DAERAH2 ATAWA KOTA2 TERTAMTU.

  Ambil conto ajah...nagara federasih Ostali, Amerikah...

  ada kota SACRAMENTOH, ATAWA MELBOURNE...

  YANG PERTUMBUHAN POPULASINYAH, GEDONGNYAH BAHKAN

  LAHAN KOSONGNYAH..DIJAGA KETAT,DIPELIHARA SAKCARA

  TERPADU, BAEK DARI PUSAT DAN PEMERENTAHAN SAKTEMPAT.

  agar kota kota ituh  atawa tempat ituh,TETEP ASRI LESTARIH.

  ( ambil conto jugak, grand Canyon di Amrik 

  atawa daerah Wisata Blue mountain di Ostali. )

  mana mungkian gubernor jawarah saktempat,bisak melobangin

  Grand Canyon sak penakke dewek, atawa menebangin puun di

  sakkitar Blue Mountain ituh!!  KERANA UDAH ADA HUKUM FEDERALNYAH.

  YANG MELINDUNGIN DAERAH2 TERTAMTU SAKCARA NASIONAL.

  Bukannyah macem..di Inulnesiah...BOGOR YANG SEPI,MELOMPONG,

  KINI JADI JOROK,PADET DAN MACET JUGAK.

  Jadi PELESTARIAN ALAM DAN KOTA KOTA ITUH, 

  SEYOGIANYAH DI RENCANAKEN DARI AWALNYAH DI PUSAT.

  Bukannyah DIBIARKEN LIAR SAKMODEL ARI ARI INIH.

  nb. biarlah Bogorpun kumbali jadi Firdaus,
  tempat Hawa dan Adam bercintah!
  malahan 

  INSTITUT PERTANIAN BOGOR KUDU DISELAMETKEN

  DARI RACUNNYAH ULER ULER IJOH, BUKAN??

  disebutken IPB tambah islami hajah..dan mulaen beracun!!


  firdaus cahyadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Kompas/Selasa, 14 November 2006
         
         
         
         
          Mungkinkah Bogor Kembali Asri? 
            
          Yayat Supriatna 
            
          Bogor saat ini diibaratkan seperti "kota idaman tinggal kenangan". 
Masa lalu Bogor yang asri, sejuk, nyaman, serta penuh dengan pepohonan sudah 
mulai menghilang secara perlahan. Keasrian "asli" hanya tersisa di Kebun Raya 
Bogor, sementara jalan lingkar di sekitar kebun raya dan jalan-jalan utama di 
Kota Bogor sudah ditutupi dan dipenuhi oleh "gerakan penghijauan" melalui warna 
hijau dari ribuan angkutan kota. 
          Pertumbuhan dan perkembangan Kota Bogor menghadapi pilihan yang 
dilematis, apakah akan tetap mempertahankan idealisme sebagai kota dalam taman 
seperti rencana kota 2000-2009 atau akan tetap mengubahnya menjadi kota bisnis 
jasa yang nyaman seperti isi dari revisi rencana kota saat ini. 
          Walaupun tidak dilakukan revisi terhadap rencana kota, kondisi Bogor 
dikhawatirkan akan semakin bertambah ruwet. Latar belakang sejarah sebagai kota 
peristirahatan menjadikan daya tarik kota ini menjadi pilihan favorit untuk 
tempat tinggal di kawasan di Jabodetabek. Akibatnya, jumlah penduduk Bogor 
semakin meningkat dan mencapai 890.000 jiwa lebih pada tahun 2005. Pertumbuhan 
ini diperkirakan semakin menggerus ruang-ruang terbuka hijau yang sudah sangat 
terbatas dan menambah kepadatan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas saat ini 
sudah semakin parah, khususnya pada wilayah perbatasan dengan Kabupaten Bogor. 
          Kemacetan lalu lintas yang parah ke arah Kampus IPB Bogor di kawasan 
Darmaga adalah wujud kegagalan sistem perencanaan transportasi dan tata ruang 
antara Kota dan Kabupaten Bogor. Sementara untuk beberapa areal ruang terbuka 
hijau dan kampus pendidikan di pusat kota telah menjadi korban komersialisasi 
pengembangan pusat perbelanjaan. 
          Menjadi pertanyaan saat ini, masih menarikkah Bogor untuk 
dipromosikan sebagai kota taman? Adakah daya tarik lain, sekuat dan semenarik 
Kebun Raya Bogor sebagai ikon kota? Dan mampukah Bogor dikembangkan sebagai 
kota taman metropolis yang hijau royo-royo. 
          Keraguan pantas dimunculkan sebab pilihan idealisme dalam membangun 
kota pasti semakin sulit untuk dipertahankan dalam sistem otonomi saat ini, 
selain masih lemahnya komitmen dalam pelaksanaan perencanaan, pemanfaatan, dan 
pengendalian tata ruang kota. Permasalahan tingginya intervensi dari pelaku 
investasi sangat menggoyahkan prinsip- prinsip perizinan yang menjadi kata 
kunci untuk mencegah terjadinya perubahan pemanfaatan ruang. Konsepsi idealisme 
mungkin masih dianggap mimpi bagi pengelola kota di Indonesia. Karena masih 
banyak di antara kita yang ragu, akankah kehidupan kota ke depan akan lebih 
sejahtera dengan menerapkan idealisme jika dibandingkan dengan pendekatan 
kapitalistik, melalui pungutan pajak, pungutan perizinan, dan retribusi yang 
lebih kasatmata dan terbukti nyata dapat memperkaya pundi- pundi. 
          Mungkin saat ini akan terasa sulit bagi Pemerintah Kota Bogor jika 
harus mempertahankan visi sebagai kota taman tanpa adanya kebijakan insentif 
dan bantuan subsidi pembangunan dari pemerintah pusat. 
          Mengingat kota harus terus dibangun dan dipelihara, maka kebutuhan 
dana pembangunan menjadi skala prioritas yang harus dicari. Jika uang yang 
harus dicari, maka tata nilai akan berubah, uang akan berubah tata ruang, dan 
akhirnya prinsip penataan akan menggusur komponen yang paling banyak diam. 
          Komponen yang paling banyak diam adalah pohon karena dia tak mampu 
bicara dan melawan. Akhirnya pohon harus hilang dan terbuang, lalu tinggallah 
kenangan yang tidak tergantikan. 
          Gugatan ini perlu menjadi bahan renungan sebab dengan niat revisi 
rencana kota hingga saat ini belum jelas berapa target ruang terbuka hijau di 
Kota Bogor selanjutnya. Apakah akan naik atau berkurang sama sekali. Jika 
dikaitkan dengan visi kota menjadi kota bisnis dan jasa, maka ada prediksi, RTH 
Bogor saat ini yang mencapai kisaran 30 hingga 40 persen akan berkurang di 
bawah 10, bahkan 6 persen. Hal ini identik dengan adanya amanat untuk melakukan 
penciutan peruntukan areal pertanian seluas 1.156 hektar, untuk memperluas 
kawasan terbangun menjadi 9.118 hektar pada tahun 2009. Sementara pertumbuhan 
kawasan terbangun saat ini telah mencapai lebih dari 8.295 hektar atau 64 
persen dari total luas kota sebesar 11.850 hektar. Jika kondisi terjadi dan 
terus berkembang, apakah keasrian Bogor masih mampu dipertahankan? 
          Tanpa studi banding, pengelola Kota Bogor perlu belajar dari 
Singapura dalam memadukan konsep kota taman dan membangun kota bisnis yang 
nyaman. Mengingat Bogor juga merupakan kota pertemuan tingkat internasional dan 
kota kader para ahli pertanian, maka tak perlu terburu nafsu untuk segera 
menghilangkan keasriannya. 
          Yayat Supriatna Pengajar Planologi Trisakti dan Peneliti di P4W-IPB 
Bogor  


----------------------------------------------------------------------------
    Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta. 




------------------------------------------------------------------------------
  Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.

   

Kirim email ke