Uskup Katolik Dunia Setujui Pedoman bagi Kaum Gay Kamis, 16 November 2006
Uskup-uskup Katolik Roma sedunia menyetujui garis pedoman baru bagi kaum gay. Inti pedomannya, Katolik setuju kaum gay namun harus hidup membujang Hidayatullah.com-- Uskup-uskup Katolik Roma sedunia Selasa (14/11) kemarin menyetujui garis pedoman baru bagi kaum gay dalam Konferensi Uskup Katolik Se-dunia di AS. Inti pedoman tersebut, gereja Katolik menyambut baik kehadiran kaum gay namun dalam kapasitas tetap hidup membujang karena gereja masih menganggap kehidupan seks mereka kacau alias melanggar aturan. Menurut gereja, keberadaan mereka yang memiliki perubahan bentuk dan memiliki kekurangan sesuai kodrat manusia cenderung sering diasingkan. Garis pedoman bagi kaum gay atau sering disebut "hombreng" tersebut mendapat persetujuan mutlak dengan perbandingan 194:37 suara dan satu abstain dalam jajak pendapat di antara para uskup yang menmgikuti konferensi di Baltimore, AS tersebut. Para uskup juga menegaskan kembali bahwa gereja Katolik menolak praktik kontrasepsi buatan. Katolik juga menghimbau para jemaatnya untuk menguji sendiri keputusan siap menerima komuni suci atau tidak. Seseorang yang mengetahui secara parsis bahwa lingkungannya ada yang berdosa, seperti menjalani kehidupan seks ala kaum gay atau sengaja menggunakan kontrasepsi buatan, harus menahan diri dalam menerima mkomuni suci. "Menjadi Katolik adalah sebuah tantangan," kata Uskup Arthur Serratelli, pastur kepala para uskup lewat doktrin mereka. "Menjadi Katolik mewajibkan sebuah pilihan pasti," ujarnya pula. Dari dokumen hasil pertemuan kaum gay, Serratelli mengakui bahwa kaum gay dan lesbian Katolik memiliki kesulitan dalam menjalankan tugas-tugasnya di dunia. Tetapi, pedoman baru bagi kaum gay ini menjadikan tugas kaum gay menjadi penting dan tetap terhormat. "Suara dokumen itu positif, pastoral dan cukup terbuka (bagi kaum gay)," kata Serratelli. "Ini awal untuk lebih mengangkat harkat dan martabat setiap manusia dan Tuhan mencintai setiap orang," katanya. Namun kelompok gay Katolik di AS mengatakan bahwa para uskup telah melakukan pendekatan yang salah dalam menilai para gay. "Garis pedoman para uskup tidak merefleksikan pengetahuan dan teologi yang baik berdasarkan kemusiaan," kata Francisco DeBernardo, Direktur Eksekutif "New Way Ministry", sebuah kelompok gay Katolik di AS. Dokumen ini dinilai hanya melihat kaum gay dan lesbian dari segi fisik, dan tidak memahami kehidupan mereka. Fokus perhatian mereka hanya didasarkan pada satu dimensi, yakni dimensi seksualnya. "Dokumen para uskup cenderung merusak karena merekomendasikan sisi emosi dan spiritual kaum gay ke dalam kloset," kata Ketua Martabat Manusia AS, Sam Sinnett. Garis pedoman para uskup, kata DeBernardo, cenderung diskriminasi terhadap kaum gay. Menurut DeBernardo, tidak dosa seks sesama gay untuk menunjukkan perasaan mereka. Garis pedoman para uskup juga menegaskan bahwa Katolik menentang sesama gay menikah dan pasangan gay atau lesbian mengadopsi anak. Tetapi di lain pihak, anak-anak kaum gay dan lesbian boleh dibaptis jika mereka benar-benar yakin dengan keyakinannya untuk memeluk Katolik. Lebih jauh para uskup menginsintruksikan para jemaat gereja Katolik agar menjauhi 'gaya hidup dan budaya kaum gay'. Gereja menyadari bahwa larangan tersebut kemungkinan tidak efektif. Oleh sebab itu, gereja menandaskan bahwa kaum "hombreng" ini bebas mencari pembimbing untuk membantu mereka hidup tanpa dosa. (sk/cha] Source : http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content <http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3860&Item id=66> &task=view&id=3860&Itemid=66