Mungkin karena ngga cukup buat dibagi-bagi sebagai setoran......
kalo cuma $100.000,- sudah habis dibagi-bagi, kalo lebih dari
segitu, masih ada sisa buat 'wujudnya', lalu difoto & dilaporkan.....


salam,




"Wido Q Supraha" <[EMAIL PROTECTED]> 
Sent by: [EMAIL PROTECTED]
04/11/2007 11:29 AM
Please respond to
[EMAIL PROTECTED]


To
<[EMAIL PROTECTED]>
cc
<[EMAIL PROTECTED]>, "PKS Depok" <[EMAIL PROTECTED]>, "PKS 
Keadilan" <[EMAIL PROTECTED]>, "PKS Umum" 
<[EMAIL PROTECTED]>, 
<[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, 
<[EMAIL PROTECTED]>
Subject
[mediacare] Aneh dan Lucu, Hibah Kok Ditolak






 
Rabu, 11/04/2007 11:06
Aneh dan Lucu, Hibah Kok Ditolak 
Dadan Kuswaraharja - detikfinance 
 
Jakarta - Perintah Wapres Jusuf Kalla untuk mencoret proyek yang dibiayai 
melalui hibah asing di bawah US$ 100.000 karena dianggap merendahkan 
martabat bangsa dinilai aneh dan lucu.
 
Masih banyak hal lain yang merendahkan martabat bangsa ketimbang soal 
hibah yang nilainya secuil itu.
 
Hal tersebut disampaikan anggota Komisi XI DPR Dradjad Wibowo ketika 
dihubungi detikFinance, Rabu (11/4/2007).
 
"Pencoretan itu menjadi aneh, agak lucu yah. Yang merendahkan maratabat 
bangsa itu banyak, misalnya soal kepatuhan Indonesia terhadap AS dalam 
kasus Blok Cepu, dan resolusi DK PBB soal Iran," ujarnya.
 
Hal lain yang merendahkan martabat bangsa adalah soal perseteruan dengan 
Malaysia di Blok Ambalat, perjanjian ekstradisi dengan Singapura yang 
tidak kelar-kelar, lalu lintas udara yang diatur Singapura. Kalau dari 
sisi ekonomi yang merendahkan itu bagaimana Indonesia setiap tahunnya 
harus mengemis ke CGI (Consultative Group on Indonesia).
 
"Itu menunjukkan inkonsistensi pemerintah dalam soal martabat, karena 
masih banyak hal lain yang merendahkan martabat yang permasalahannya besar 
tapi tidak diutak-atik, sementara yang remeh diurusin," ujarnya.
 
Kalau begini ceritanya, lanjut Dradjad, hampir sama dengan proses 
penegakan hukum, kasus yang besar dibiarkan begitu saja, namun kasus yang 
ecek-ecek diurusin pemerintah.
 
Usai rapat soal tata cara pembiayaan luar negeri yang dipimpin Wapres 
Jusuf Kalla di Istana Wapres, Selasa 10 April 2007, Jusuf Kalla 
memerintahkan agar pengajuan hibah sejumlah lembaga pemerintah departemen 
dan nondepartemen kepada lembaga-lembaga dan negara donor dihapus jika 
nilainya hanya 100.000 dollar AS atau Rp 1 miliar. (ddn/qom)
 
Source : 
http://www.detikfinance.com/index.php?url=http://www.detikfinance.com/index.php/kanal.read/tahun/2007/bulan/04/tgl/11/time/110630/idnews/765715/idkanal/4
 
 
 
Selasa, 10/04/2007 18:48
Merendahkan Martabat, RI Tolak Hibah Di bawah Rp 1 Miliar 
Niken Widya Yunita - detikfinance 
 
Jakarta - Pemerintah memutuskan untuk mencoret proyek yang dibiayai 
melalui hibah dari luar negeri yang nilainya di bawah US$ 100.000 dolar 
atau sekitar Rp 1 miliar. Keputusan ini diambil sebab dapat merendahkan 
martabat bangsa.
 
"Wapres yang perintahkan itu, " ujar Menneg PPN/Kepala Bappenas Paskah 
Suzetta usai rapat tantang tata cara pembiayaan luar negeri yang dipimpin 
Wapres Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, 
Selasa (10/4/2007).
 
Menurut Paskah, proyek hibah yang dicoret antara lain berupa program 
konsultasi, bantuan teknis dari lembaga multilateral.
 
Namun Bappenas belum sempat menghitung besar proyek yang dibiayai dari 
hibah luar negeri tersebut. 
 
Paskah menambahkan, Wapres memerintahkan bila proyek yang dicoret itu 
sifatnya mendesak maka dapat dialokasikan di APBN berikutnya.
 
Pada akhir April, lanjut Paskah, Bappenas akan menyusun proyek mana saja 
dalam buku biru Bappenas yang akan mendapat kucuran dana dari luar negeri. 
Setelah dilaporkan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, proyek-proyek itu 
akan diumumkan ke publik. (ddn/qom)
 
Source : 
http://www.detikfinance.com/index.php/kanal.read/tahun/2007/bulan/04/tgl/10/time/184834/idnews/765428/idkanal/4
 
 

Attachment: gifRbYgrk5h3S.gif
Description: GIF image

Kirim email ke