Program Penghijauan Komunitas Utan Kayu Berangkat dari cita-cita mulai ingin menghijaukan Jakarta, Komunitas Utan Kayu memulai proyek penghijauan dari dua kelurahan Utan Kayu Utara dan Utan Kayu Selatan. Ide tersebut dimulai dari tiga pendiri Komunitas Utan Kayu, Goenawan Mohamad, Santoso dan Ayu Utami yang terinspirasi program penghijauan di Puri Kembangan di kawasan Palmerah Jakarta Barat. Hingga saat ini program tersebut sudah berjalan hampir setahun. Program tersebut dimulai dengan mengumpulkan dua lurah dan ketua-ketua RW dan ketua RT di Teater Utan Kayu bulan Pebruari 2007. Ayu Utami yang juga penulis novel Saman berbicara di depan warga tentang pentingnya penghijauan dengan memutar sebuah film dokumenter. Saifullah seorang inspirator penghijauan Puri Kembangan juga diundang dan berbicara berbagi pengalaman dengan warga Utan Kayu. Selepas pertemuan tersebut Komunitas Utan Kayu melalui Radio Utan Kayu FM menyediakan bibit pohon sejumlah 2000 bibit dan diserahkan kepada warga Utan Kayu. Radio Utan Kayu juga telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan dan lembaga dengan cara menukar pemasangan iklan yang dipasang di Radio Utan Kayu dengan bibit-bibit pohon. Taman Mekarsari yang memasang iklan senilai tiga juta rupiah di Radio Utan Kayu membayar dengan bibit pohon senilai harga iklan tersebut, kata Eko penanggungjawab program penghijauan ini. Komunitas Utan Kayu juga bekerjasama dengan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) melalui program Bank Pohon yang membagikan bibit pohon tidak hanya bagi warga Utan Kayu namun bagi warga Jakarta khususnya pendengar Radio Utan Kayu. Hingga saat ini lebih dari 5000 pohon sudah diserahkan pada warga. Dan bulan September ini akan disediakanlagi 3000 bibit pohon kerjasama Taman Mekarsari, Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) dan KBR68H. Menurut Syamsul Ketua RW 06 Utan Kayu program Komunitas Utan Kayu tersebut sangat membantu dan sesuai dengan harapan warga. Selama ini kita hanya bisa mengeluh Jakarta semakin kering dan tambah panas, tapi tidak ada yang peduli untuk menyumbang bibit, Komunitas Utan Kayu telah memulainya.
Eko Sulistyanto Head of Promotion and Marketing Program KBR68H Email: [EMAIL PROTECTED] Mobile: 08161314906 Komunitas Utan Kayu Komunitas Utan Kayu (KUK) terdiri dari Teater Utan Kayu, Galeri Lontar, dan Jurnal Kebudayaan Kalam ketiganya bergerak di lapangan kesenian. Bila diperluas lagi, KUK juga meliputi lembaga-lembaga lain Institut Studi Arus Informasi, Kantor berita Radio 68-H, dan, kemudian, Jaringan Islam Liberal. Terbatasnya kebebasan di segala bidang, termasuk kebebasan pers, di masa Orde Baru menimbulkan ide di kalangan sejumlah wartawan, intelektual, dan penulis untuk mendirikan sebuah kantong di mana kesenian, pemikiran, dan jurnalisme alternatif saling mendukung dalam satu jaringan kemerdekaan bersuara. Pada tahun 1994, tiga media cetak ditutup Pemerintah: Tempo, Editor, dan Detik. Inilah yang merangsang insiatif untuk membangun Komunitas Utan Kayu. Maka berdirilah Institut Studi Arus Informasi (1995) dan Galeri Lontar (1996) di sebuah kompleks bekas rumah-toko di Jalan Utan Kayu 68-H Jakarta Timur. Menyusul kemudian, Teater Utan Kayu (1997). Kini, lembaga-lembaga di lingkungan Komunitas Utan Kayu mengembangkan diri di bidang masing-masing, seraya tetap saling mendukung untuk memelihara semangat dan prinsip kebebasan berpikir dan berekspresi. Pada dasarnya kami percaya bahwa eksperimen dan kepiawaian di pelbagai bidang adalah tanda dari masyarakat yang demokratis, terbuka, dan maju. http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=about&tick=34562109 --------------------------------- Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect. Join Yahoo!'s user panel and lay it on us.