Hehehe Dato marah ya? Toh kita juga 'gak kenal mansor siape sharipah
siape! Toh Sheila Madjid ngetop karena nyanyiin Anyer-Jakarta (bukan
Langkawi-KL). Mau naik ke bulan kek, toh Neil Armstrong 1969 itu
konspirasi mogul film Yahudi. Sudahlah, Stiglitz juga bela Malaysia,
tapi tulisan aseli Stiglitz (2004) tentang natural resources curse itu
juga awalnya tentang Indonesia, bukan Malaysia hehehe sori ye? Kita
kesebut duluan... kita curiga nih Malaysia cari gara-gara terus sama
kita biar bisa masuk media internasional gratis. Mau teori konspirasi
lain? Kenapa teroris di ASEAN cuma ada di selatan Thailand atau di
selatan Filipina, kenapa gak ada di selatan Semenanjung Malay? Siapa
pengimpor teroris kalau begitu? Hehehe sudahlah kita sudah maafkan
polah tingkah angkuh dikau, ini 'kan Ramadhan.

Buat kami di Indonesia: Malaysia? Gak penting!

Hasimah


--- In mediacare@yahoogroups.com, "Dr Ahmad Kamal Abdullah"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Anda boleh ngomong apa saja, tetapi dalam kenyataannya Malaysia 
> sudah di depan Indonesia. Dalam  badminton juga Taufiq Hidayat 
> pernah kalah di tangan Lee Chong Wei dengan straight set. Anak-anak 
> Melayu sudah buktikan keandalannya terutama generasi baru seperti  
> Azhar Mansor bersendirian mengendalikan kapal layarnya keliling 
> dunia, Sharifah Muzlina mengarung antartika bersendirian, Abdul 
> Malik menyebrangi Selat Inggeris dan ramai lagi sudah ke Everest. 
> Ribuan anak-anak Melayu terdidik dalam profesionalisme di Eropa, 
> Amerika, Australia, Jepang, (juga Indonesia, New Zealand, Timur 
> Tengah dll.  PNB dan Khazanah dipimpin oleh anak Melayu. Mereka juga 
> memoderator kemajuan negara asing dengan ilmu dan keahliannya di 
> Dubai, di Sudan, di Lebanon di Inggeris, di Amerika.   Profesor 
> Ungku Abdul Aziz ekonomis tersohor Malaysia di dunia buktikan bangsa 
> Melayu bukan pemalas, para nelayannya sudah sejak dinihari turun ke 
> laut, penurih karet bangun sejak empat pagi ke kebun karet masing-
> masing. Mereka adalah mangsa situasi kepada golongan pemajak dan 
> orang tengah dan sistem feodalisme. Kini semuanya berubah. Yah, 
> memang ada kalangan elit politik  yang mendapat peluang (syer atau 
> saham proyek apa-apaan kah itu) dan mempunyai smart partner dengan 
> teman yang rakyat Malaysia juga, tapi dari segi ilmu ekonomi ini 
> seharusnya berlaku (bukan menjualnya). Ini semuanya ada hubungannya 
> dengan politik, yah ini berlaku di mana-mana. Tegaknya KLCC bukan di 
> tangan TKI semata tetapi dari kalangan Bangladesi, Myanmar,anak 
> Malaysia juga dll. Oh, kalau orang-orang Arab lebih seneng kalau ke 
> Times Square menabur dinar dan wang emasnya. Anda irihati dengan 
> Airport KLIA kami? Ah, takusahlah, itu cuma baru satu dua kemajuan 
> yang nyata selepas jambatan Pulau Pinang, Menara kembar. takusahlah 
> dibesar-besarkan tentang pertahanan kami yang canggih, ini semua 
> persediaan bukan mau melawan Indonesia (saudara serumpun) tetapi 
> adalah untuk mengimbangi apa yang berlaku di Selatan (Singapore) dan 
> di Utara (Thailand dan Vietnam). Mengapa ini tidak anda sentuh 
> karena Singapore berahabat dengan Indonesia untuk membeli pasir bagi 
> reklaming pulau itu?  Apaboleh buat, Malaysia sudah di depan Bung, 
> sewajarnya anda ikut bangga, jangan pedih hati. Pada 10 Oktober 
> nanti astronaut kami yang pertama akan terbang dengan Soyuz ke 
> angkasa. Ini satu kejayaan yang saintifik. Ini juga untuk Indonesia 
> juga. Kejayaan malaysia menjadi kejayaan Indonesia juga, bukankah 
> dia putra Nusantara, Gugusan Kepulauan Melayu. jangan terlalu 
> Indonesian sentrik. Begitu dihanyutkan oleh demogeog-political 
> context. Ini akan merugikan.  Lagu Rasa Sayange itu milik Gugusan 
> Kepulauan Melayu, orang Malaysia menjadikannya lagu yang occasional, 
> dilagukan beramai-ramai terutamanya dalam majlis perpisahan diikuti 
> dengan pantun-pantun yang disebut secara spontan di muka para 
> tetamu, sebutannya bukan Rasa Sayang-e tetapi sudah rasa Sayang Hey. 
> Ei, apa nih, lagu P.Ramlee, Siti Nurhaliza, Sheila Majid, kan anda 
> nikmati, kami tidak sakit hati, mungkin ada yang cetak rampok 
> (tentulah ini berlaku kan?) Bangsa Malaysia tidak malu-maluin lagi, 
> tetapi sanggup berdepan secara ilmiah, tidak main emosi segala, satu 
> bendera Malaysia dibakar di Jakarta dan di Medan, kalau mau, kami 
> boleh membakar satu ribu bendera Indonesia di setiap kota dan desa, 
> tapi untuk apa? Kalau main emosi ya TKI harus diantar pulang 
> kesemuanya dengan kapal yang paling gede karena jumlahnya saja 
> hampir 3 juta yang legal dan illegal, ya ramai penganggur dari 
> bagian dunia lain mau datang.Baru-baru ini sdr Viddy AD ada membuat 
> liputan yang rasional, dengarkanlah dan fahami itu. Jika anda tidak 
> datang ke Malaysia dan membuat riset sendiri kepada telatah pembantu 
> rumah, pekerja kontrak TKI anda tidak akan dapat sumber yang valid. 
> Putarbelit, tipu-helah, sekongkolan agensi dan pembantu, pergaduhan 
> antar etnis, pembuhhan, rampok malam hari, pembantu yang belum cukup 
> kontraknya sudah kabur, kabur dengan emas dan ringgit majikannya.Ada 
> yang membawa lari anak majikannya, macem-macem gejala. tetapi, ada 
> antaranya berasa berbahagia karena ada yang sudah menerima status 
> penduduk tetap (PR) dan juga menjadi rakyat Malaysia yang baru. 
> Mereka berbahagia menjadi rakyat Malaysia. tapi, ini negeri Melayu 
> yang nenek moyangnya  berasal dari Indonesia juga. Mengapa fakta ini 
> dinafikan? Semua kebiasaan di Indonesia dengan seni makanan, hiburan 
> dan adat istiadatnya masih dipelihara dan diamalkan dalam kehidupan 
> bermasyarakat sama ada di Johor, Selangor, Pahang, Kedah, Perak, 
> Negeri Sembilan, Pulau Pinang. Yang malu-maluin ini nanti akan 
> diwarisi oleh Indonesia, kalau tabiat anda yang takhabis-habisnya 
> menuding Malaysia dan memfitnahi dengan segala macam gelar yang 
> negatif akan bombrang ke muka anda sendiri. Tetapi pemerintah 
> Malaysia masih toleran. kalau ada apa-apa masalah yang timbul 
> Perdana Menteri Abdullah Badawi akan terbang menemui Presiden SBY, 
> begitu juga Wakil Perdana Menteri sanggup terbang ke Sulawesi, 
> menemui Wapres Yusuf Kalla. Apa yang perlu anda renungkan ialah 
> bagaimana mencari metode agar Indonesia dibenahi dengan baik supaya 
> berangsur-angsur menjadi negara maju, menghargai jiran tetangganya 
> yang prihatin pada setiap kesakitan dan musibah yang berlaku di 
> Indonesia. Ternyata dalam pertandingan Piala Merdeka 50 tahun 
> Malaysia yang lalu , anak-anak muda kami menjuarainya. Di mana tim 
> Indonesia, tersungkur juga bukan?  Aduh, ini adu otot, ada waktunya 
> di atas, ada waktunya jatuh ke bawah. Gak usah setiap ada kemajuan 
> Malaysia, maka anda ikut kaget dan panas hati. Aduh, ini bukan sihir 
> apa-apa dong, tetapi diakibatkan oleh perencanaan dan ketrampilan 
> generasi baru Malaysia yang tampil ke arena mancanegara, dan tidak 
> lagi seperti katak di bawah tempurung. Benar, Ambon yang indah itu 
> jika diberikan ke tangan Dr. Mahathir atau PM Abdullah mereka  boleh 
> memajukannya sehebat Langkawi, tetapi anda semuanya merasa bahwa 
> Malaysia itu masih seperti bocah kecil, boleh dipermainkan, 
> diajuksenda, dipegang batok kapalanya seolah di zaman kolonialis 
> Inggeris, masih boleh diobrakabrik dengan kata-kata sadis dan 
> nista.  Zaman sudah berubah Bung, Governor Bank Negara kami adalah 
> puteri kepada Profesor Ungku Aziz. Menteri Perdagangan kami juga 
> seorang wanita.  Menteri Belia juga seorang wanita. Menteri halehwal 
> Keluarga dan Wanita tetaplah wanita. Tidak ada bias gender. Ya, 
> Tuhan berilah pertunjuk kepada saudara-saudaraku ini agar membuka 
> mata, bahwa Malaysia adalah sahabat yang terbaik untuk diajak 
> berembuk bagi memajukan sosio-ekonomi Indonesia yang 'sakit' 
> sekarang. Gagasan yang main emosi dan mencacinista atau mengejek 
> secara anak-anak tinggalkanlah. Kalau anda katakan kami The most 
> laziest nation in the world, tentu kami boleh membalas dengan yang 
> lebih pahit lagi. Tapi, ungkapan itu takusahlah saya 
> rekamkan.Bisikannya akan tetap sampai juga menikam kalbu anda.
> 


Kirim email ke