RAJAB, ISRA’ MIKRAJ DAN KERUNTUHAN KHILAFAH
[Al-Islam 514] Setidaknya ada dua peristiwa besar di bulan Rajab ini. 
Pertama: Peristiwa Isra’ Mikraj, yang diyakini terjadi tanggal 27 Rajab. 
Peristiwa yang terjadi sekitar 14 abad lalu ini diabadikan langsung dalam 
al-Quran (QS al-Isra’ [17]: 1). Pada saat itu Baginda Nabi Muhammad saw. 
diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha 
di al-Quds (Palestina), lalu dilanjutkan dengan menembus lapisan langit 
tertinggi (Sidratul Muntaha’). Semua itu ditempuh dalam sehari-semalam. 
Peristiwa itu begitu istimewa. Karena itu, hampir setiap tahun, tanggal 
tersebut dijadikan momentum oleh sebagian kaum Muslim untuk mengadakan 
Peringatan Isra’ Mikraj.
Kedua: Peristiwa Keruntuhan Khilafah Islamiyah. Peristiwa ini juga terjadi 
pada bulan Rajab, 89 tahun lalu, tepatnya tanggal 28 Rajab 1342 H. Berbeda 
dengan Isra’ Mikraj yang memang merupakan peristiwa besar yang langsung 
dialami Baginda Nabi saw. dan diabadikan al-Quran, keruntuhan Khilafah 
adalah peristiwa yang dianggap ‘tidak terlalu penting’ oleh kaum Muslim. 
Padahal peristiwa tersebut berhubungan dengan salah satu warisan yang 
ditinggalkan Baginda Nabi saw. Ya, Khilafahlah pelanjut sistem 
pemerintahan Islam yang pondasi dan pilar-pilarnya dibuat dan dipraktikan 
Baginda Rasulullah saw. saat beliau memimpin Daulah Islam di Madinah.
Sebagaimana kita ketahui, tidak lama setelah peristiwa Isra’ Mikraj (hanya 
sekitar setahun), terjadi peristiwa besar yang juga tidak bisa dilupakan 
kaum Muslim, yakni peristiwa hijrah Nabi saw. dan kaum Muslim ke Madinah. 
Peristiwa ini tentu penting karena menjadi tonggak pertama tegaknya Daulah 
Islam yang dipimpin langsung oleh Nabi saw. sebagai kepala negaranya. 
Sejak Nabi memproklamirkan berdirinya Daulah Islam di Madinah, kaum Muslim 
memiliki institusi negara yang menjadi pelayan, pengayom dan pelindung 
mereka. Melalui Daulah Islam pula hukum-hukum Islam diterapkan dalam 
seluruh aspek kehidupan dan Islam disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia 
dengan dakwah dan jihad.
Setelah Nabi saw. wafat, kepemimpinan negara kemudian beralih ke tangan 
Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai khalifah (kepala negara) pertama. Khalifah 
Abu Bakar ra. mengawali era Khulafaur Rasyidin. Sejak itu era Kekhilafahan 
Islam dimulai. Era Khulafaur Rasyidin kemudian berakhir, lalu digantikan 
oleh era Khilafah Umayyah. Era Khilafah Umayyah kemudian diganti oleh era 
Khilafah Abbasiyyah. Selanjutnya, era Khilafah Abbasiyyah diganti oleh era 
Khilafah Utsmaniyah. Sayang, era Khilafah Utsmaniyah ini harus berakhir 
tragis karena diruntuhkan oleh tangan-tangan penjajah Barat, yakni Mustafa 
Kamal Attaturk, tepat tanggal 28 Rajab, 89 tahun lalu. Inilah yang 
menandai peristiwa penting kedua di bulan Rajab.
Karena itu, selain diingatkan dengan peristiwa Isra’ Mikraj, bulan Rajab 
juga memberikan kesempatan bagi kaum Muslim untuk merenungkan kembali 
kewajiban mereka terkait dengan upaya menegakkan kembali Khilafah yang 
runtuh sejak 89 tahun lalu itu.
Setelah Khilafah Runtuh
Keruntuhan Khilafah pada 28 Rajab 1342 H benar-benar telah melenyapkan 
pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Muhammad saw. 
dari muka bumi ini. Akibatnya, sejak saat itu hingga sekarang segala 
problem kaum Muslim makin meningkat, bahkan makin bertambah. Musuh-musuh 
kaum Muslim yang dulu gemetar ketakutan hanya karena berpikir akan 
menghadapi kaum Muslim yang dipimpin oleh seorang khalifah yang gagah 
berani, sekarang justru berani dan lancang menodai tempat-tempat suci kaum 
Muslim dan melecehkan manusia paling mulia, Sayidina Muhammad saw. Semua 
itu didengar dan dilihat langsung oleh para penguasa Muslim yang tetap 
diam saja bak patung meski mereka memegang kekuasaan atas umat yang paling 
besar di dunia ini, memiliki militer paling besar dan kekayaan terbanyak 
di antara umat-umat yang ada.
Tentara kaum Muslim seharusnya dipimpin oleh seorang khalifah untuk 
membebaskan negeri-negeri kaum Muslim yang diduduki dan meluaskan 
kekuasaan kaum Muslim ke negeri-negeri lain dengan pembebasan dan 
keadilan. Namun, bukan seperti itu yang terjadi saat ini. Saat ini kaum 
Muslim di negeri-negeri Islam justru dipimpin oleh antek-antek Amerika 
yang pengecut.
Pemerintah kaum Muslim, kala mereka memiliki Khalifah dulu, telah membuat 
Dunia Islam makmur hingga membuat Barat, khususnya Inggris saat itu, 
merasa iri dan “ngiler.” Sebaliknya, setelah negeri-negeri Islam berada di 
bawah cengkeraman Kapitalisme, Dunia Islam tenggelam di dalam krisis 
ekonomi yang terjadi silih berganti.
Khilafah: Mercusuar Segala Kebaikan
Sungguh, sistem pemerintahan dalam Islam adalah sistem Khilafah, bukan 
yang lain. Inilah sistem pemerintahan yang telah diwajibkan oleh Rasululah 
saw., menjadi ijmak Sahabat ridhwanallah ‘alaihim serta dipraktikkan oleh 
Khulafaur Rasyidin dan para khalifah sesudahnya. Khilafahlah yang menjaga 
agama, kehormatan, jiwa dan harta manusia; menjaga perbatasan; 
menghilangkan hambatan dan penghalang yang berusaha menghalangi sampainya 
risalah Islam sehingga kalimat Allah dijunjung tinggi di muka bumi ini.
Khalifahlah yang benar-benar menjadi pemelihara bagi kaum Muslim. 
Khalifahlah penjaga sejati wilayah Islam dan pelindung hakiki kaum Muslim 
dari setiap serangan musuh. Khalifahlah yang mengemban Islam ke seluruh 
penjuru dunia dengan dakwah dan jihad dengan tetap menjaga kemuliaan, 
keadilan dan kebaikan.
Kaum Muslim di bawah naungan Khilafah benar-benar bisa merasakan kehidupan 
yang mulia dan terhormat. Mereka diselimuti perasaan aman dan nyaman, 
kewajaran dan keadilan, serta kemakmuran dan sejahtera. Saking makmur dan 
sejahtera, pernah ada suatu masa saat tidak ada lagi rakyat yang mau 
mengambil zakat, karena semua merasa telah kaya! Hal itu pernah terjadi 
pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau pun pernah menulis surat 
kepada amilnya (kepala daerah) di Samarkand, Sulaiman bin Abi as-Samri: 
“Hendaklah kamu membangun beberapa penginapan di wilayahmu. Jika ada di 
antara kaum Muslim yang melewati wilayahmu maka biarkan mereka tinggal 
sehari semalam dan uruslah kendaraannya. Jika ia masih punya alasan untuk 
tinggal maka biarkan ia tinggal sehari dua malam. Jika ada seseorang yang 
kehabisan bekal maka berilah ia harta yang cukup untuk sampai ke daerah 
tempat tinggalnya.”
Bukankah ini sebuah bentuk pengurusan rakyat yang sesungguhnya? Apakah 
mungkin itu terjadi tanpa Khalifah yang memiliki kekuasaan untuk 
menerapkan Islam, sebagaimana saat ini?
Khilafah pun senantiasa menjaga wilayah Islam dan kaum Muslim. Lupakah 
kaum Muslim dengan kisah Khalifah al-Mu’tashim Billah, ketika seorang 
Muslimah yang dizalimi oleh seorang Romawi meminta pertolongannya, “Wahai 
Mu’tashim, di manakah engkau!”
Berita itu sampai kepadanya pada malam hari. Beliau tidak menunggu hingga 
pagi. Beliau segera berangkat memimpin sendiri pasukannya. Sesampainya di 
Amuria, beliau meminta agar orang Romawi pelaku kezaliman itu diserahkan 
untuk di-qishash. Saat penguasa Romawi menolaknya, beliau pun menyerang 
kota, menghancurkan benteng pertahanannya dan menerobos pintu-pintunya 
hingga menaklukannya.
Lupakah kaum Muslim dengan sikap Harun ar-Rasyid terhadap Nakfur Raja 
Romawi yang telah merusak perjanjian yang diadakan dengan kaum Muslim dan 
sikap permusuhannya terhadap kaum Muslim? Saat itu Ar-Rasyid mengirim 
surat kepada Nakfur, yang isinya: “Dari Harun, Amirul Mukminin, kepada 
Nakfur, anjing Romawi. Jawaban atas sikap permusuhanmu adalah apa yang 
akan kamu lihat, bukan apa yang akan kamu dengar.”
Nakfur pun benar-benar bisa melihat tentara kaum Muslim, ketika mereka 
masih di perbatasan Romawi, sebelum surat ar-Rasyid sampai kepadanya.
Khilafah juga mengemban Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan 
jihad demi kemuliaan, keadilan dan kebaikan. Lihatlah berbagai pembebasan 
yang telah menyebarluaskan Islam dan membersihkan semua bentuk kezaliman 
yang terjadi di berbagai penjuru dunia sejak masa Rasulullah saw., 
Khulafaur Rasyidin dan para Khalifah sesudahnya. Semua itu merupakan 
mencusuar kebaikan di dunia. Hanya dalam satu abad saja Islam telah 
tersebar luas dan kekuasaan Islam meliputi negeri-negeri Arab, Syam, Irak, 
Mesir, Afrika Utara, Andalusia, Bukhara dan Samarkand, Sind, India, dan 
wilayah barat laut India (Pakistan bagian Barat). Islam terus menyebar 
hingga sampai di Asia Tenggara dan menyinari Indonesia. Selanjutnya, 
berbagai penaklukkan meluas hingga ke Asia Kecil, menaklukkan 
Konstantinopel dan Balkan; serta banyak lagi wilayah di muka bumi ini. 
Khilafah benar-benar menyandang kebesaran dan keagungan.
Khilafah juga menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dan gudang para ulama dan 
ilmuwan. Ketika itu kaum Muslim menjadi umat yang pertama dan terkemuka 
dalam bidang fisika, kimia, matematika dan astronomi. Negeri-negeri kaum 
Muslim menjadi pusat ilmu pengetahuan sehingga banyak pelajar berdatangan 
dari negara-negara Barat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan di 
lembaga-lembaga pendidikan di Baghdad dan Andalusia.
Semua keagungan itu tetap ada dan terpelihara hingga Khilafah lenyap pada 
hari yang menyakitkan, yaitu 28 Rajab 1342 H, 89 tahun lalu. Sejak saat 
itulah, umat Islam yang dulunya hebat dan kuat, kini menjadi santapan 
lezat yang menjadi rebutan berbagai umat, persis yang digambarkan di dalam 
sabda Rasul saw.
Begitu jelas perbedaan kondisi kita ketika pada masa Khilafah dan ketika 
lenyapnya Khilafah. Tidakkah semua itu mendorong kita untuk 
bersungguh-sungguh dalam perjuangan untuk mengembalikan Khilafah, yang 
tidak lain merupakan salah satu kewajiban utama dalam Islam? Tentu, kita 
semua wajib bersegera dalam melakukan perjuangan yang serius dan 
sungguh-sungguh untuk menegakkan kembali Khilafah ini. Marilah kita 
bersegera menyambut janji Allah SWT:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ 
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ 
قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ 
وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan 
amal-amal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan 
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan 
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka 
agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka; dan benar-benar akan menukar 
(keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman 
sentosa (QS an-Nur [24]: 55).
Marilah kita segera menyongsong basyirah Rasulullah saw.:
« ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ »
Selanjutnya akan datang kembali Khilafah berdasarkan metode kenabian (HR 
Ahmad).
 
Komentar al-islam:
Arah Ekonomi Merisaukan (Kompas, 6/7/2010).
Inilah saatnya negara menerapkan sistem ekonomi syariah.
 

Kirim email ke