Revolusi akhlak bagi muslim di negeri kita dengan solusi selalu mengingat Allah

Kita sebagai muslim yang mengadakan "perjalanan" di alam dunia, secara tidak 
disadari menggantungkan cita-cita maupun tujuan hidup yang umumnya hubud dunya, 
cinta dunia.

Padahal Allah, telah memperingatkan kita dalam firmanNya, yang artinya

"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, maka Kami penuhi 
balasan pekerjaan-pekerjaannya di dunia dan mereka tidak akan dirugikan 
sedikitpun. Tetapi di akhirat tidak ada bagi mereka bagian selain neraka. Dan 
sia-sialah apa-apa yang mereka perbuat di dunia dan batallah apa-apa yang 
mereka amalkan". (QS. Hud : 15-16)

Sebaiknya kita sebagai muslim harus berupaya atau bercita-cita menjadi muslim 
yang terbaik. Inilah perwujudan apa yang disunnahkan Rasulullah shallallahu 
alaihi wasallam, yakni menjadi muslim yang Ihsan. Ihsan adalah kata dalam 
bahasa Arab yang berarti "kesempurnaan" atau "terbaik."

Sewaktu Jibril bertanya-jawab dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di 
depan para sahabat, Ihsan maksudnya adalah "seolah-olah kita melihat-Nya 
walaupun kita tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat kita"

Keadaan muslim yang Ihsan , "seolah-olah melihatNya" akan memotivasi kita untuk 
melaksanakan perintahNya, menjauhi laranganNya.

Muslim yang "seolah-olah melihatNya", akan menjauhi laranganNya seperti, 
sombong, riya, ujub,  bohong, korupsi, mafia kasus/hukum, membuka aurat di 
depan orang yang tidak berhak, pornografi atau pornoaksi, zina, narkoba, riba  
dll. Inilah solusi untuk revolusi akhlak bagi muslim di negeri kita ini.

Bagaimanakah kita mewujudkan "seolah-olah melihatNya" atau bertemu Allah atau 
dekat dengan Allah atau  bersama Allah (billah) ?

Imam Qusyairi mengatakan
"Asy-Syahid untuk menunjukkan sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang 
membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-akan pemilik hati tersebut 
senantiasa melihat dan menyaksikan-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa 
yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid 
(penyaksi)".

Dengan selalu sadar dan ingat kepada Allah (mengingat Allah), seorang muslim 
dapat mencapai tingkatan Ihsan, "seolah-olah melihat-Nya".

Penuhilah hati kita dengan selalu mengingat Allah, kita akan mencapai muslim 
yang Ihsan, "seolah-olah melihat-Nya".

Sebagaimana yang dikisahkan seorang pemuda dengan kekasih wanita nya. Di mana 
pria setiap akan makan, mandi, tidur dan perbuatan lainnya selalu mengingat 
sang kekasih dan hatinya dipenuhi kekasihnya atau kekasihnya selalu hadir di 
hati pemuda itu, maka pemuda itu akan "seolah-olah melihat kekasihnya". Pemuda 
tersebut "seolah-olah" menjadi hamba sang kekasih.

Begitu pula bagi seorang muslim, yang mengingat Allah setiap melakukan 
perbuatan seperti ketika makan, mandi, tidur, mengadakan perjalanan dan 
perbuatan yang lain, muslim yang selalu mengingat Allah, sambil berdiri atau 
duduk atau dalam keadaan berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan 
bumi akan mencapai tingkatan ihsan, "seolah-olah melihatNya".  Muslim yang 
menjadi hamba Allah.

Agar kehidupan kita di alam dunia ini selalu mengingat Allah maka seluruh 
perbuatan kita di alam dunia harus dengan sadar dan selalu mengingat Allah. 
Semua perbuatan muslim di alam dunia harus karena Allah (lillah) dan bersama 
atau dengan pertolongan Allah (billah).

Ini sekaligus bantahan bagi kaum sekuler yang memisahkan urusan dunia dengan 
urusan dengan Tuhan atau agama. Sehingga kelirulah bagi muslim yang mengatakan 
Agama Islam : Yes,  Partai Islam : No.

Apapun perbuatan, profesi, organisasi, institusi, lembaga, partai politik, 
jama'ah minal muslimin, harus merujuk kepada Al-Qur'an dan Hadits. Para pendiri 
negeri inipun menyadari bahwa pendirian atau kemerdekaan negara adalah atas 
berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan 
UUD 1945.

Oleh karenanya kelirulah manusia yang merasa hidup seorang diri dan segala 
sesuatu merupakan adalah upaya manusia sendiri sehingga lupa mengingat Allah. 
Sehingga ada yang merasa gagal dalam upaya dan hidupnya serta merasa seorang 
diri menjalankan kehidupannya, akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara 
bunuh diri.

Padahal Allah, setelah menciptakan Manusia, Dia tidak membiarkan ciptaanNya 
begitu saja. Dia mengurusi manusia dengan ke Maha Pemurah dan Maha Penyayang 
Nya. Sungguh seorang manusia dalam perjalanannya di alam dunia tidaklah seorang 
diri, kita selalu dekat dengan Allah, hanya kita menghijabi diri dari Allah. 
Salah satu hijabnya adalah ego diri atau kesombongan diri.

Firman Allah yang artinya,

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal 
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur" (QS 
al Baqarah 2 : 255) .

Katakanlah: "Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari 
dari (azab Allah) Yang Maha Pemurah?" Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang 
berpaling dari mengingati Tuhan mereka. (QS al Anbiyaa 21:42)

"Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia 
berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu 
(manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang 
lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)" (QS. An Naml 27 : 62)

Berikut sebagian langkah-langkah kita sebagai muslim agar dalam perjalanan di 
alam dunia, seluruh waktunya dalam kesadaran dan selalu  mengingat Allah.

1. Tobat

Salah satu yang menghijabi manusia dari kedekatan atau bersama Allah (billah) 
adalah dosa. Segeralah mengingat Allah dengan bertobat yang sesungguhnya.

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya 
diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa 
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan 
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui" (QS 
Ali Imran 3 : 135)

Allah dengan tegas menyatakan dalam ayat diatas bahwa salah satu ciri orang 
yang bertaqwa kepada Allah yaitu mereka yang apabila melakukan kesalahan, 
mereka kemudian mengingat Allah serta bertaubat atas segala kesalahan yang 
dilakukannya dan tidak akan meneruskan atau mengulangi kesalahan.

Mengingat manusia adalah tempat salah dan lupa maka Allah dengan sifat Rahman 
dan RahimNya senantiasa membuka pintu taubat dan ampunanNya sampai kelak 
matahari terbit dari arah barat saat dimana kiamat kubra akan terjadi.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan akan hal itu dalam sabdanya yang diriwayatkan 
oleh Imam Bukhori dan Muslim yang artinya: " Sesungguhnya Allah taala 
membentangkan tanganNya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang 
berdosa pada waktu siang, dan Ia membentangkan tanganNya pada waktu siang untuk 
menerima taubat orang yang berdosa pada waktu malam, sehingga matahari terbit 
dari arah barat (sampai kiamat)." ( H.R. Muslim )

2. Akhlakul kharimah

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi
pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di­
artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama.

Akhlak atau etika islami merupakan tema penting yang seringkali dibahas dalam 
kajian tazkiyatunnufus (pensucian diri), akhlak juga merupakan salah satu poin 
penting yang karenanya diturunkan Rasul pilihan, Nabi akhir zaman Muhammad Saw. 
"sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak".

Akhlak islami merupakan sifat kepribadian yang sangat dianjurkan oleh agama 
yang hanif ini, dan menyerukan kepada segenap kaum muslimin untuk menghiasi 
diri mereka dengannya.

Akhlak adalah manifestasi batin seorang muslim yang mana pada hari akhir nanti 
akan ditampakkan segala hakikatnya. Sebagaimana pada diri manusia ada sisi 
jasmani yang dhohir, yang merupakan postur tubuh manusia itu sendiri manusia 
juga memiliki kerangka rohaniyahnya yang jika ditempa dengan baik dan dirawat 
maka akan menghasilkan bentuknya yang indah sebagaimana jasmani kita yang 
sering kita rawat dengan telitinya. Tetapi Allah hanya menilai bentuk rohaniyah 
dari seorang hamba-Nya saja, "seseunggunhnya Allah Swt tidak melihat kepada 
bentuk tubuh kalian melainkan pada hati kalian".

Akhlakul kharimah merupakan akhlak muslim yang selalu dalam kesadaran dan 
mengingat Allah antara lain, menahan amarah, pemaaf, berprasangka baik, jujur, 
amanah, sabar, ikhlas, qanaah, wara', tawadhu, dll

Alhamdulillah, adanya kesadaran dari pemerintah melalui melalui Kementerian 
Pendidikan Nasional yang sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk 
semua tingkat pendidikan, dari SD-Perguruan Tinggi . Namun pendidikan karakter 
bukanlah pendekatan melalui filsafat, psikologi, motivasi, menurut prasangka 
manusia atau hubungan antar manusia semata, yang terbaik adalah pendekatan 
melalui pendidikan akhlakul kharimah, menghubungkan kembali manusia dengan 
Allah, mendidik manusia untuk dapat menghilangkan hijabnya dengan Allah 
sehingga dapat merasakan kedekatan atau kebersamaan dengan Allah yang 
memotivasi untuk mentaati perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Silahkan baca juga tulisan tentang pendidikan dan akhlak pada 
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/07/pendidikan-akhlak/

3. Dzikir dan Doa

Dzikir jahar dan dzikir khofi kita lakukan dalam upaya untuk selalu mengingat 
Allah yang merupakan sebuah latihan untuk memunculkan akhlakul karimah karena 
selalu merasa dilihat Allah sampai meningkat kepada keadaan seolah-olah 
melihatNya.

4  Sholat wajib dan Sholat Sunnah, waktu terhubung kita dengan Allah pada 
waktu-waktu yang telah ditentukan..

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka 
sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku."  (QS  Thaha 20: 14)

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan 
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) 
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar 
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu 
kerjakan." (QS al Ankabut 29: 45)

Nabi Muhammad Saw bersabda, bahwa Ash-shalatul Mi'rajul Mu'minin , "sholat itu 
adalah mi'rajnya orang-orang mukmin". Yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan 
nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah.
Selengkapnya bacalah tulisan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/26/tips-sholat-khusyu/

2. Puasa, biasakanlah puasa senin-kamis atau yang lainnya, sehingga "keadaan" 
sedang berpuasa menambah waktu kita terhubung dengan Allah. Bukan sekedar 
menahan lapar dan haus saja.

"Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka 
dan kegembiraan ketika bertemu dengan Tuhannya" (HR Bukhari)

Begitu juga selalu menjaga wudhu, menambah waktu kita terhubung dengan Allah.

3.  Zuhudlah di dunia, menambahah waktu kita terhubung dengan Allah, bahkan 
bisa dikatakan sepanjang kehidupan di alam dunia.

Selengkapnya, silahkan baca tulisan pada 
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/30/zuhudlah-di-dunia/

Dari Abul Abbas — Sahl bin Sa'ad As-Sa'idy — radliyallahu `anhu, ia berkata: 
Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan 
berkata: "Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku suatu amalan yang jika aku 
beramal dengannya aku dicintai oleh Allah dan dicintai manusia." Maka 
Rasulullah menjawab: "Zuhudlah kamu di dunia niscaya Allah akan mencintaimu, 
dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan 
mencintaimu." (Hadist shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya).

Jika Allah mencintai kita maka sebagaimana sabda Rasulullah SAW, dalam sebuah 
hadits qudsi, bahwa Allah SWT, berfirman:

"Apabila Aku (Allah) mencintai seorang hamba, maka pendengarannya adalah 
pendengaran untuk-Ku, penglihatannya adalah penglihatan-Ku, tangannya 
(kekuasaannya) adalah kekuasaan-Ku, perjalanan kakinya adalah perjalanan 
untuk-Ku"

Imam Ahmad berkata, "Zuhud ada tiga macam:

    * Pertama, meninggalkan perkara haram, dan ini adalah zuhudnya orang awam.
    * Kedua, meninggalkan perkara halal yang tidak berguna, dan ini adalah 
zuhudnya orang khas / khusus.
    * Ketiga, meninggalkan hal-hal yang menyibukkan seorang hamba sehingga 
melupakan Allah, dan ini adalah zuhudnya orang-orang arif."

Kita harus menjadi seorang arif adalah orang yang menyibukkan dirinya dengan 
Allah dan hanya melakukan perbuatan jika Allah yang berkenan dan bukan karena 
keinginan kita sendiri. Dengan zuhud di dunia ,  kita dapat mencapai keadaan 
manusia yang terhubung sampai (wushul) kehadhirat Allah.

Silahkan baca juga tulisan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/26/sampai-kehadhirat-allah/

Zon di Jonggol
http://mutiarazuhud.wordpress.com

Kirim email ke