Abu Abdillah <abine.abdul...@gmail.com> 

 
Berdoa dengan Bahasa Selain Arab, Bolehkah?
Seringkali ada yang mengajukan pertanyaan, “Bolehkah berdo’a dengan bahasa 
non Arab?”
Semoga penjelasan berikut bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Berdo’a dengan Bahasa Non Arab
Syaikh Sholih Al Munajid hafizhohullah dalam situs beliau Al Islam Sual wa 
Jawab memberikan penjelasan,
“Jika orang yang shalat mampu berdoa dengan bahasa Arab, maka ia tidak 
boleh berdo’a dengan bahasa selainnya. Namun jika orang yang shalat 
tersebut tidak mampu berdo’a dengan bahasa Arab, maka tidak mengapa ia 
berdo’a dengan bahasa yang ia pahami sambil ia terus mempelajari bahasa 
Arab (agar semakin baik ibadahnya, -pen).
Adapun do’a di luar shalat, maka tidak mengapa menggunakan bahasa non 
Arab. Seperti ini sama sekali tidak ada masalah lebih-lebih lagi jika 
hatinya semakin hadir (semakin memahami) do’a yang ia panjatkan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan,
وَالدُّعَاءُ يَجُوزُ بِالْعَرَبِيَّةِ وَبِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ وَاَللَّهُ 
سُبْحَانَهُ يَعْلَمُ قَصْدَ الدَّاعِي وَمُرَادَهُ وَإِنْ لَمْ يُقَوِّمْ 
لِسَانَهُ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ ضَجِيجَ الْأَصْوَاتِ بِاخْتِلَافِ اللُّغَاتِ 
عَلَى تَنَوُّعِ الْحَاجَاتِ .
“Berdo’a boleh dengan bahasa Arab dan bahasa non Arab. Allah subhanahu wa 
ta’ala tentu saja mengetahui setiap maksud hamba walaupun lisannya pun 
tidak bisa menyuarakan. Allah Maha Mengetahui setiap do’a dalam berbagai 
bahasa pun itu dan Dia pun Maha Mengetahui setiap kebutuhan yang 
dipanjatkan”[1].”[2]
Do’a Al Qur’an dan As Sunnah, Do’a Terbaik
Do’a terbaik tentu saja do’a yang disebutkan dalam Al Qur’an dan hadits 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika memanjatkan do’a semacam ini, 
kita akan mendapatkan kebaikan yang amat banyak, tidak sebatas pada yang 
kita minta saja. Begitu pula kita nantinya tidak salah meminta karena 
tidak sedikit yang salah meminta dalam do’anya. Do’a dari Al Qur’an dan 
Hadits pun tidak membuat kita salah dalam mengucap sehingga salah makna.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan,
وَيَنْبَغِي لِلْخَلْقِ أَنْ يَدْعُوا بِالْأَدْعِيَةِ الشَّرْعِيَّةِ 
الَّتِي جَاءَ بِهَا الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ فَإِنَّ ذَلِكَ لَا رَيْبَ فِي 
فَضْلِهِ وَحُسْنِهِ وَأَنَّهُ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ صِرَاطُ الَّذِينَ 
أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ 
وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا .
“Sudah sepatutnya setiap hamba berdo’a dengan do’a yang syar’i yang 
disebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Karena do’a yang berasal dari 
keduanya tidak diragukan lagi keutamaannya dan kebaikannya. Do’a yang ada 
pada keduanya termasuk doa’ para Nabi, para shidiqin, para syuhada’, 
orang-orang sholih yang menjadi teman terbaik yang tentu berada di jalan 
yang lurus. ”[3]
Praktekkan Do’a Sederhana Namun Maknanya Luar Biasa
Begitu banyak do’a dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang mengandung makna 
yang luar biasa sebagaimana do’a sapu jagad berikut.
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً 
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqinaa ‘adzaban 
naar” [Ya Rabb kami, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan 
pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari adzab Neraka] (QS. Al 
Baqarah: 201)
Coba perhatikan dengan seksama bagaimana penjelasan Ibnu Katsir mengenai 
do’a tersebut. Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“Do’a ini sungguh telah mencakup permintaan seluruh kebaikan di dunia dan 
terhindar dari setiap kejelekan. Permintaan kebaikan di dunia yang 
dimaksudkan dalam do’a ini mencakup nikmat sehat, rumah yang lapang, istri 
yang penuh dengan kebaikan, rizki yang luas, ilmu yang bermanfaat, amal 
sholih, kendaraan yang menyenangkan, pujian yang baik serta 
kebaikan-kebaikan lainnya dengan berbagai ungkapan dari pakar tafsir yang 
tidak saling bertentangan satu dan lainnya. Semua yang disebutkan ini 
tercakup dalam kebaikan dunia. 
Adapun kebaikan di akhirat yang diminta dalam do’a ini tentu saja lebih 
tinggi dari kebaikan di dunia yaitu dimasukkannya ke dalam surga, 
dibebaskan dari rasa khawatir (takut) dari berbagai kesulitan dan diberi 
kemudahan dalam hisab (perhitungan amalan) di akhirat serta berbagai 
kebaikan di akhirat.
Adapun permintaan diselamatkan dari siksa neraka mengandung permintaan 
agar kita dibebaskan dari berbagai sebab dunia yang menjerumuskan ke dalam 
neraka yaitu dengan dijauhkan dari berbagai perbuatan yang haram dan dosa, 
dan diberi petunjuk untuk meninggalkan hal-hal syubhat (yang masih 
samar/abu-abu) dan hal-hal yang haram.
Inilah penjelasan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menjelaskan surat Al 
Baqarah ayat 201. [4]
Begitu luar biasa dan ampuhnya do’a sapu jagad ini, begitu ringkas, namun 
makna yang dikandung begitu dalam. Itulah do’a yang seharusnya bisa kita 
rutinkan.
Terakhir
Sudah sepatutnya do’a yang dipanjatkan dipahami maknanya. Karena hati yang 
memahami isi do’a tentu saja do’anya akan lebih didengar dan dikabulkan 
daripada hati yang lalai. Oleh karena itu, setiap do’a yang dipanjatkan 
hendaknya dipahami artinya sehingga bisa lebih diresapi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda,
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ 
اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan 
ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. 
Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Semoga yang singkat ini bermanfaat.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Diselesaikan atas nikmat Allah di Panggang-GK, ba’da maghrib, 27 Rajab 
1431 H (09/07/2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com
Dipublikasikan oleh: PengusahaMuslim.Com

[1] Majmu’ Al Fatawa, 22/489
[2] Sumber: http://islamqa.com/ar/ref/20953
[3] Majmu’ Al Fatawa, 1/346.
[4] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2/262-263.


Kirim email ke