Abu Abdillah <abine.abdul...@gmail.com> 
Letak Kebahagiaan Bukan Pada Kemewahan Dunia
Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia. Namun banyak orang yang 
menempuh jalan yang salah dan keliru. Sebagian menyangka bahwa kebahagiaan 
adalah dengan memiliki mobil mewah, Handphone sekelas Blackberry, memiliki 
rumah real estate, dapat melakukan tur wisata ke luar negeri, dan lain 
sebagainya. Mereka menyangka bahwa inilah yang dinamakan hidup bahagia. 
Namun apakah betul seperti itu? Simak tulisan berikut ini.
Kebahagiaan untuk Orang yang Beriman dan Beramal Sholeh
Saudaraku … Orang yang beriman dan beramal sholeh, merekalah yang 
sebenarnya merasakan manisnya kehidupan dan kebahagiaan karena hatinya 
yang selalu tenang, berbeda dengan orang-orang yang lalai dari Allah yang 
selalu merasa gelisah. Walaupun mungkin engkau melihat kehidupan mereka 
begitu sederhana, bahkan sangat kekurangan harta. Namun jika engkau 
melihat jauh, engkau akan mengetahui bahwa merekalah orang-orang yang 
paling berbahagia. Perhatikan seksama firman-firman Allah Ta’ala berikut.
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ 
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan 
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya 
kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97). Ini adalah balasan bagi orang 
mukmin di dunia, yaitu akan mendapatkan kehidupan yang baik.
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang 
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97). 
Sedangkan dalam ayat ini adalah balasan di akhirat, yakni alam barzakh.
Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا 
لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الْآَخِرَةِ أَكْبَرُ 
لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, 
pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan 
sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka 
mengetahui.” (QS. An Nahl: 41)
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ 
مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. 
(Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi 
kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang 
telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang 
mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Huud: 3). Kedua ayat ini 
menjelaskan balasan di akhirat bagi orang yang beriman dan beramal sholeh.
Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ 
أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ 
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada 
Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. 
Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang 
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)
Inilah empat tempat dalam Al Qur’an yang menjelaskan balasan bagi orang 
yang beriman dan beramal sholeh. Ada dua balasan yang mereka peroleh yaitu 
balasan di dunia dan balasan di akhirat. Itulah dua kebahagiaan yang 
nantinya mereka peroleh. Ini menunjukkan bahwa mereka lah orang yang akan 
berbahagia di dunia dan akhirat.
Salah Satu Bukti
Seringkali kita mendengar nama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Namanya 
begitu harum di tengah-tengah kaum muslimin karena pengaruh beliau dan  
karyanya begitu banyak di tengah-tengah umat ini. Syaikhul Islam Ibnu 
Taimiyyah, nama aslinya adalah Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin 
Abdullah bin Muhammad bin Al Khodr bin Muhammad bin Al Khodr bin Ali bin 
Abdullah bin Taimiyyah Al Haroni Ad Dimasqi. Nama Kunyah beliau adalah 
Abul ‘Abbas.
Berikut adalah cerita dari murid beliau Ibnul Qayyim mengenai keadaannya 
yang penuh kesusahan, begitu juga keadaan yang penuh kesengsaraan di dalam 
penjara. Namun di balik itu, beliau termasuk orang yang paling berbahagia.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Allah Ta’ala pasti tahu bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang 
lebih bahagia hidupnya daripada beliau, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. 
Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan 
kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan 
siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah Ta’ala, yaitu 
berupa siksaan dalam penjara, ancaman dan penindasan dari musuh-musuh 
beliau. Namun bersamaan dengan itu semua, aku dapati bahwa beliau adalah 
termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling 
tegar hatinya dan paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar 
kenikmatan hidup yang beliau rasakan. Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), 
jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami 
prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan kesempitan hidup, 
kami segera mendatangi beliau untuk meminta nasehat, maka dengan hanya 
memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau, serta merta hilang 
semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, 
tegar, yakin dan tenang”.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pun sering mengatakan berulang kali pada 
Ibnul Qoyyim, “Apa yang dilakukan oleh musuh-musuhku terhadapku? 
Sesungguhnya keindahan surga dan tamannya ada di hatiku.”
Begitu pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah mengatakan tatkala beliau 
berada di dalam penjara, padahal di dalamnya penuh dengan kesulitan, namun 
beliau masih mengatakan, “Seandainya benteng ini dipenuhi dengan emas, 
tidak ada yang bisa menandingi kenikmatanku berada di sini.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga pernah mengatakan, “Sebenarnya orang 
yang dikatakan dipenjara adalah orang yang hatinya tertutup dari mengenal 
Allah ‘azza wa jalla. Sedangkan orang yang ditawan adalah orang yang masih 
terus menuruti (menawan) hawa nafsunya (pada kesesatan). ”
Bahkan dalam penjara pun, Syaikhul Islam masih sering memperbanyak do’a 
agar dapat banyak bersyukur pada Allah, yaitu do’a: Allahumma a’inni ‘ala 
dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah, aku meminta pertolongan 
agar dapat berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik pada-Mu). Masih 
sempat di saat sujud, beliau mengucapkan do’a ini. Padahal beliau sedang 
dalam belenggu, namun itulah kebahagiaan yang beliau rasakan.
Tatkala beliau masuk dalam sel penjara, hingga berada di balik dinding, 
beliau mengatakan,
فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ 
وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ
“Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah 
dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (QS. Al 
Hadid: 13)
Itulah kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang memiliki keimanan yang 
kokoh. Kenikmatan seperti ini tidaklah pernah dirasakan oleh para raja dan 
juga pangeran.
Para salaf mengatakan,
لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ 
لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ
“Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di 
hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang.”
Mendapatkan Surga Dunia
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Di dunia itu terdapat surga. 
Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka dia tidak akan memperoleh surga 
akhirat.”
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa surga dunia adalah mencintai Allah, 
mengenal Allah, senantiasa mengingat-Nya, merasa tenang dan thuma’ninah 
ketika bermunajat pada-Nya, menjadikan kecintaan hakiki hanya untuk-Nya, 
memiliki rasa takut dan dibarengi rasa harap kepada-Nya, senantiasa 
bertawakkal pada-Nya dan menyerahkan segala urusan hanya pada-Nya.
Inilah surga dunia yang dirindukan oleh para pecinta surga akhirat.
Itulah saudaraku surga yang seharusnya engkau raih, dengan meraih 
kecintaan Allah, senantiasa berharap pada-Nya, serta dibarengi dengan rasa 
takut, juga selalu menyandarkan segala urusan hanya kepada-Nya.
Penutup
Inti dari ini semua adalah letak kebahagiaan bukanlah dengan memiliki 
istana yang megah, mobil yang mewah, harta yang melimpah. Namun letak 
kebahagiaan adalah di dalam hati, yaitu hati yang memiliki keimanan, yang 
selalu merasa cukup dan selalu bersandar pada Allah Ta’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى 
النَّفْسِ
“Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau 
banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang 
selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita dan memberikan kita surga dunia 
yaitu dengan memiliki hati yang selalu bersandar pada-Nya.
Hati yang selalu merasa cukup itulah yang lebih utama dari harta yang 
begitu melimpah.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala 
nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi  wa sallam.
Sumber rujukan: Shahih Al Wabilush Shoyyib, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hl. 
91-96, Dar Ibnul Jauzi
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id


Kirim email ke