http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/03/07303785/Kondisi.Terparah.2009..Ekonomi.Tumbuh.4.5.Persen

Kompas.com, Rabu, 3 Desember 2008 | 07:30 WIB
JAKARTA, RABU - Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 diperkirakan bisa
mencapai level terburuk di posisi 4,5 persen, jauh lebih rendah
dibandingkan target APBN 2009, yakni 6 persen. Meskipun demikian,
target APBN itu masih bisa tercapai jika Indonesia bisa mempertahankan
aktivitas ekspor dan investasi.

"Nilai tengah pertumbuhan ekonomi kami perkirakan ada di level 5-5,5
persen," ujar Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menko
Perekonomian Sri Mulyani Indrawati saat melaporkan kondisi terakhir
krisis ekonomi kepada Komisi XI DPR di Jakarta, Selasa (2/12).

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik menyebutkan, pada tahun 2008 setiap
1 persen pertumbuhan ekonomi akan menambah 702.000 lapangan kerja baru
(Kompas, 22/8/2008). Dengan demikian, jika pertumbuhan turun dari 6
persen ke 4,5 persen, tenaga kerja yang tidak terserap bisa mencapai
1,053 juta orang. Padahal, masih ada sekitar 9,427 juta penganggur
terbuka yang menunggu pekerjaan saat ini.

Menurut Sri Mulyani, faktor- faktor yang masih bisa diandalkan sebagai
pendorong ekonomi pada tahun 2009 adalah konsumsi rumah tangga dan
belanja pemerintah. Adapun ekspor dan investasi diperkirakan akan
menghadapi tekanan berat pada 2009.

Konsumsi rumah tangga diharapkan masih tumbuh 5 persen dibandingkan
konsumsi tahun 2008. "Anggaran kementerian dan lembaga nondepartemen
dialokasikan senilai Rp 322,3 triliun atau naik dibandingkan tahun
2008, yakni Rp 290 triliun. Namun, realisasinya akan dipengaruhi
kemampuan departemen dan lembaga itu dalam menyerap dananya," ujar
Menkeu.

Di Batam, Kepulauan Riau, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta pelaku
usaha tetap optimistis pada tahun 2009 meskipun melemahnya permintaan
pasar dunia dapat memengaruhi kinerja ekspor industri manufaktur,
khususnya ekspor ke AS, Jepang, Korea, dan China.

Namun, di sisi lain, lanjutnya, ada beberapa produk ekspor yang
bersumber pada komoditas dan energi, seperti minyak kelapa sawit atau
batu bara, yang tetap dibutuhkan negara lain.

Dorong daya beli

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu menyebutkan, pemerintah
tengah mencari sumber dana siaga minimal 5 miliar dollar AS untuk
menggantikan dana yang mungkin tak didapatkan dari penerbitan obligasi
negara. Ini untuk membiayai belanja negara yang tetap meningkat pada
tahun 2009.

Anggota Komisi XI DPR, Maruarar Sirait, menegaskan, pemerintah harus
melakukan lima langkah yang tidak biasa untuk menolong ekonomi.
Pertama, menerapkan tax amnesty (pengampunan pajak). Kedua, menerapkan
blanket guarantee atas simpanan nasabah. Ketiga, menurunkan harga
bensin dan solar lebih dari Rp 500 per liter. Keempat, perluasan
reformasi birokrasi. Kelima, menurunkan suku bunga acuan (BI Rate).


OIN,FER,INU
Sumber : Kompas Cetak

Kirim email ke