*Ini ada berita terbaru mengenai Kemila* *Dapat Dana tidak Langsung US$70 Juta Kemila Terafiliasi Recapital*
JAKARTA (Media): PT Kemila International Holding, salah satu investor yang berminat membeli PT Dipasena Citra Darmaja (Dipasena) diduga memperoleh pendanaan dari Recapital Advisors. Sumber Media Indonesia mengonfirmasi bahwa Kemila, yang dipimpin pengusaha Lalam Salam, memperoleh pendanaan sebesar US$70 juta secara tidak langsung dari Recapital. "Kemila memperoleh pendanaan secara tidak langsung dari Recapital. Sehingga jika hanya berpegang pada fakta hukum agak sulit menelusurinya," ungkap sumber tersebut. Dana tersebut, lanjutnya, sebagian mengalir melalui PT Citra Dana Asia (Fund Asia), yang dimotori bankir kawakan Robby Djohan dan Hendro Martowardoyo. Fund Asia merupakan konsultan keuangan yang membantu Kemila dalam mencari pendanaan. Sedangkan sebagian dana lagi akan mengalir melalui Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN). Hal ini dimungkinkan karena salah satu komisaris Kemila adalah mantan Menko Perekonomian Dorojatun Kuncorojakti, yang juga komisaris utama BTPN. Komisaris Kemila lainnya adalah Ketua Komisi VI DPR Didik J Rachbini. Di sisi lain, Recapital melalui perusahaan Admiro Corp merupakan pemegang 71,6% saham BTPN. Sementara itu, Presiden Direktur Recapital Advisors Rosan P Roeslani juga duduk sebagai salah satu komisaris di BTPN. Sumber tadi juga mengonfirmasi bahwa dana yang dikucurkan Recapital kepada Kemila merupakan sebagian dari pinjaman yang dikucurkan Faralon Capital, melalui anak perusahaannya, Noonday Assets Management. Sebagaimana diketahui, Recapital memperoleh fasilitas pinjaman US$120 juta dari Noonday (Media Indonesia 17/4). Ketika hal ini ditanyakan, Komisaris Utama Recapital Sandiaga Uno tidak berkomentar dan hanya tersenyum. PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) melarang PT Recapital Advisors dan PT Renaissance Capital Asia beserta afiliasinya yang merupakan preferred creditor Dipasena sebelumnya, untuk ikut dalam tender kali ini. "Pasalnya, Recapital dan Renaissance telah dikenai status default, lantaran gagal memenuhi kewajibannya kepada pemerintah," tegas Sekretaris Perusahaan PPA Renny O Rorong. Selain CP Prima dan Kemila, dua investor lain yang telah mengajukan diri sebagai calon investor Dipasena adalah Laranda Powerindo, dari Filipina, yang menggandeng pengusaha lokal Rosihan dan Julius P Saria. Calon lainnya adalah Royal Aqua Bussines Ltd, dari Thailand, yang menggandeng kelompok Nusantara sebagai mitra lokal. Posisi plasma Sementara itu, dalam dokumen info memo program penjualan aset Dipasena yang diperoleh Media Indonesia, petambak plasma berada dalam posisi yang sangat lemah. Info memo tersebut tidak menegaskan sistem kerja sama plasma dan inti wajib diteruskan pemilik baru. Selain itu, info memo yang diberikan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), kepada calon investor Dipasena tersebut, juga tidak menegaskan bahwa pemilik baru wajib meneruskan dan menjalankan komitmen, yang sudah disepakati plasma dan inti selama periode 2002-2007. (Dre/E-1). [ Media Indonesia - Senin, 21 Mei 2007 ] On 5/21/07, arianspace w <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
dear all biar owe beritahu websitenya... http://www.kmlseafood.com/ owe liat di website kemila ini, sepertinya tidak disebutkan mereka mempunyai tambak udang, hanya pabriknya saja, di facility juga tidak disebutkan....(mungkin hanya membeli udang saja) saya rasa pemerintah juga mesti berhati hati menyerahkan Dipasena ke perusahaan tidak berpengalaman seperti kemila, masalah di dipasena menyangkut nasib puluhan ribu petani plasma, perusahaan sekelas CPRO akan mampu mengelola dipasenan dengan baik karena perusahaan ini bergerak di aquaculture dari hulu sampai hilir, contohnya ( pakan udang), pembibitan, teknologi pengolahan air....complete... dan sudah terbukti bratasena dikelola dengan sangat baik, synergy dengan petani plasma juga sangat baik, mau bukti apa lagi???? Kemila? wah ini burem... apakah tidak terlalu beresiko untuk memberikan ke perusahaan ini, kalau kita dipihak pemerintah, apakah mungkin mempercayakan nasib beberapa puluh ribu petani ke kemila? http://www.elany-global.com/supplier/minaku/expose.html --> sekilas reputasi sang pemilik memang sangat bagus sepak terjangnya, tetapi itu tetap tidak cukup untuk masa sekarang... kecuali beliau bisa buktikan bahwa mereka mempunyai perusahaan tambak udang sejenis dengan synergy dengan petani plasma... On 5/21/07, Daniel Wong <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sepertinya begitu pak. > > Quote: "Kelola Mina Laut disingkat jadi KEMILA?" > > > > Cheers > > DW > > > ------------------------------ > > *From:* obrolan-bandar@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] > *On Behalf Of *Wiro Hardy > *Sent:* Monday, May 21, 2007 1:49 PM > *To:* obrolan-bandar@yahoogroups.com > *Subject:* Re: [obrolan-bandar] pesaing CPRO DI TENDER DIPASENA > > > > Kutipan: "Pabrik yang dibangun tahun 2002 merupakan salah satu anak > perusahaan dari Kelola Mina Laut Group yang diresmikan ini telah > melakukan uji coba operasi sejak bulan Januari 2003" > > Kelola Mina Laut disingkat jadi KEMILA? > > On 5/21/07, Irmandita Wahyu <[EMAIL PROTECTED] <iwl_ayu%40yahoo.co.id>> > wrote: > > > > > > > > > > > > > > > > > > Ini beritanya sudah lama tetapi bisa dipakai sebagai refernsi siapakah > sebenarnya pesaing CPRO (disini saya asumsikan nama perusahaan pesaing bukan > KEMILA) krn refernsi dari Kontan yang menyebut PT. Kemilau Bintang Timur). > > > > 08/07/03 - Siaran Pers: Utama > > Menteri Kelautan dan Perikanan Resmikan Pabrik Pengolahan Ikan > > > > > > > > > > Menteri Kelautan dan Perikanan Prof. DR. Ir. Rokhmin Dahuri dalam > kunjungan kerjanya ke Propinsi Sulawesi Selatan meresmikan beroperasinya > pabrik processing ikan dan udang beku atau Frozen Seafood Processing milik > PT. Kemilau Bintang Timur. Pabrik yang dibangun tahun 2002 merupakan salah > satu anak perusahaan dari Kelola Mina Laut Group yang diresmikan ini telah > melakukan uji coba operasi sejak bulan Januari 2003. > > > > Pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Makassar (KIMA) didirikan > dengan modal US $ 3.500.000 mempunyai kapasitas produksi rata -rata 500 > ton perbulan dengan tujuan ekspor kenegara Amerika Serikat, Uni Eropa dan > Jepang. Bahan baku pabrik ini dipasok dari wilayah sekitar Pulau Sulawesi > dan Pulau Kalimantan serta didukung oleh kurang lebih 100 orang supplayer > dengan jumlah nelayan kecil binaan para suplayer sekitar 3.300 orang. > Diperkiraan dalam satu tahun keuntungan kotor yang bisa diraup oleh > perusahaan ini berkisar US $ 18.000.000. > > > > Pabrik ini diresmikan pada tanggal 30 Juni 2003 dan dihadiri oleh > beberapa Pejabat teras dari Pemerintah Propinsi maupun dari Pemerintah Kota > Makassar. > > Dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Propinsi Sul Sel, Menteri > Kelautan dan Perikanan bersama Gubernur Sulawesi Selatan, di Kantor Gubernur > mengadakan sosialisasi Program Konpensasi pengurangan Subsidi Bahan Bakar > Minyak atau PKPS BBM. > > > > Selama kunjungan kerja di Propinsi Sulawesi Selatan Menteri Kelautan > dan Perikanan mengunjungi Balai Benih Ikan Air Tawar di Kab. Tator, > mengadakan tatap muka dan dialog dengan para nelayan dan meninjau budidaya > ikan laut di Kab. Pangkep, meninjau budidaya rumput laut di Kota Palopo dan > meninjau pabrik rum put laut di kab. Takalar. > > > > > > > > Jakarta, 8 Juli 2003 > > > > Kepala Pusat Informasi dan Pelayanan Masyarakat > > > > > > > > Adi Priana H. Pasaribu > > > > ________________________________ > Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! > > > > > > -- > Best regards, > Wiro. > >