--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "hendrik_lwww" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> > Diantara ketiga komoditas tsb, posisi CPO sebetulnya yg paling 
kuat.
> > Karena CPO selain sebagai bahan pangan, bisa juga dijadikan 
sumber 
> > energi. Kelebihan pasok CPO sebagai bahan pangan bisa dibuang 
> > sebagai sumber energi. Tinggal pintar2nya produsen CPO 
membalancing 
> > output CPO sebagai bahan pangan dan CPO sebagai sumber energi, 
untuk 
> > mendapatkan keuntungan yg optimal.
> > CPO bisa mensubstitusi COAL + OIL, tapi tidak sebaliknya.
> >
> 
> BENER, CPO yang paling kuat.
> tapi juga yang paling MUDAH dicari.
> dengan ingginya harga OIL, maka CPO akan berkembang pesat...
> tau ndiri kan dari dulu biodiesel ngga berkembang gara2 oil masih 
di 
> bawah 80.
> 
> btw, saya lupa tambahkan ETANOL yang skrg dipakai di brasil 
sebagai 
> Bahan BAkar
> jadi pertarungannya :
> 
> OIL vs CPO vc COAL vs ETHANOL
>

OIL VS CPO beda ceritanya dengan NICKEL VS PIG IRON.
NICKEL VS PIG IRON memperebutkan kue yg sama.
OIL VS COAL juga bisa dikatakan memperebutkan kue yg sama.
Beda ceritanya dengan CPO VS OIL.
CPO diutamakan sebagai bahan pangan.
Jika terjadi kelebihan pasok maka sebagian CPO "DIBUANG" sebagai 
biodiesel. Sehingga harga CPO sebagai bahan pangan tetap terjaga 
baik.
Dalam hal ini cuma dibutuhkan kepiawaian dari para produsen CPO, 
menyiapkan sarana untuk produksi biodiesel yg siap dijadikan katup 
pengaman untuk menjaga harga CPO.
Sepertinya para produsen CPO masih terlena dengan harga CPO yg 
tinggi, sehingga melalaikan katup pengaman ini.
Tapi dengan kejadian anjloknya harga CPO belakangan ini, tampaknya 
para produsen CPO sudah mulai sadar dari keterlenaannya.
Bayangkan saja, jika 10%-20% produksi CPO dijadikan biodiesel, maka 
supply CPO akan sangat ketat, dan untuk mencapai harga MYR 4000,- 
bukanlah hal yg sulit.




Kirim email ke