21/10/2008 11:59
Tenang Atasi Kepanikan Pasar
Erry Firmansyah
Asteria

*INILAH.COM, Jakarta – Terjunnya indeks saham domestik tak urung membuat
pelaku pasar panik. Tapi untunglah otoritas bursa sigap menggelontorkan
serangkaian kebijakan antisipatif. Semua ini tak terlepas dari peran Erry
Firmansyah.*

Ya, tangan dingin sang nahkoda, Erry Firmansyah turut menentramkan pasar.
Sebagai Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Erry termasuk narasumber
penting yang mudah ditemui wartawan.

Sikapnya yang tenang dan rasional dalam memberi penjelasan merupakan nilai
plus bagi investor yang mudah panik di tengah gonjang-ganjing pasar keuangan
atas krisis finansial AS yang mendunia.

Lihat saja perdagangan pada Rabu (8/10) lalu, dimana Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) anjlok hingga 168,052 poin (10,38%) ke posisi 1.451,669,
terendah sejak September 2006. IHSG pun saat itu mencatat penurunan terburuk
dibanding bursa-bursa dunia lain yang hanya merosot 4-5%.

Otoritas BEI pun memutuskan untuk menutup perdagangan saham pada sesi I
mulai pukul 11.08 WIB. Ketika itu Erry memberi penjelasan bahwa, "Kejatuhan
indeks yang cukup dalam hari ini tidak diiringi dengan volume transaksi yang
mencukupi. Jadi bursa kita suspensi hari ini untuk menenangkan dan melihat
lebih jauh," ujarnya dengan nada datar.

Ia pun berusaha menenangkan investor dengan mengatakan bahwa irasionalitas
pasar tidak hanya terjadi di bursa Indonesia. "Kalau kita lihat itu
Singapura dan Nikkei yang biasanya bertahan itu juga bergerak tidak
rasional, melihat gejala ini kami mensuspensi sesi kedua," tandasnya.

Namun, di balik sikapnya itu, pria kelahiran 18 September 1955 ini juga
menunjukkan tanggung jawab sebagai salah satu petinggi pasar bursa. Sejak
bursa disuspensi, ia melakukan koordinasi intensif dengan anggota bursa,
pelaku pasar, pihak Bapepam-LK dan beberapa mentri terkait.

Ia juga harus aktif melakukan pemantauan terhadap beberapa sentimen
eksternal penggerak bursa. Yang tak kalah bikin sibuknya adalah menerima
deringan telpon ke HP-nya dari serombongan wartawan yang membutuhkan
informasi dan langkah terkini tentang situasi yang dilakukan jajarannya.

Selama disuspensi, Erry menyiapkan berbagai peraturan untuk menopang
penguatan IHSG saat dibuka lagi, seperti kebijakan *buyback*,
mengesampingkan aturan *marked to mark* untuk dana pensiun dan asuransi
serta menerapkan revisi aplikasi penghentian perdagangan sementara otomatis
(auto rejection) menjadi 10% dari sebelumnya 30%.

Ini dilakukan untuk meredam anjloknya harga-harga saham di tengah kondisi
bursa global yang terpuruk berlanjut pada jatuhnya IHSG. Penyuka mancing dan
jogging di hari libur ini pun tetap optimistis kondisi pasar modal Indonesia
segera pulih, meski ketidakpercayaan investor masih menyeruak.

"Kondisi sekarang memang lagi beragam, jadi saya tidak bisa memprediksikan.
AS saja naik tapi turun lagi. Tapi yang jelas kami tetap optimistis market
bisa segera pulih, biar banyak yang jual tapi yang *long term* kan juga
banyak," katanya.

Keterlibatan Erry di lingkungan pasar modal sudah cukup lama. Setelah lulus
sarjana akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1981, ia
sempat duduk sebagai senior auditor pada kantor akuntan Drs Hadi Susanto &
Co.

Selanjutnya pindah ke Grup Lippo dan menjadi salah seorang direktur pada
1998. Kemudian Erry menjadi regulator dari para emiten dengan menjadi
Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Ajang pemilihan Direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kemudian menjadi BEI
diikutinya pada 2002. Akhirnya, ia terpilih sebagai Dirut BEJ menggantikan
Mas Achmad Daniri, hingga dua periode jabatan. Pada masa transisi bursa
hasil penggabungan ini, Erry Firmansyah terpilih kembali dalam jajaran
direksi BEI.

Banyak kalangan menyebut Erry sebagai lokomotif BEI yang secara tertib
menarik gerbong-gerbongnya. Pasalnya, dialah yang mempunyai andil besar
dalam perkembangan bursa dan membuat pasar saham Indonesia menjadi semarak
(bullish).

"Kita berusaha membuat bagaimana investasi yang ada bisa aman dan nyaman.
Itu yang kita lakukan. Selain tentu saja dengan melakukan pengawasan,"
katanya.

Sebagai orang yang mengetahui seluk-beluk pasar modal, Erry memanfaatkan
imbal hasil tinggi di pasar modal dengan berinvestasi pada reksadana. Namun,
direksi dan karyawan BEI serta badan regulator lainnya dilarang berinvestasi
langsung pada saham karena berpotensi benturan kepentingan antara fungsi
sebagai regulator dan investor.

Ayah dari dua orang putra ini sudah bertekad bulat menjadikan pasar modal
sebagai lahan investasi yang menarik. Targetnya tidak muluk-muluk, hanya dua
juta investor perorangan hingga akhir 2008. [E1]

Kirim email ke