Kami mendapat kamar di lantai empat di mana ngarai
Sianok yang sering juga disebut Grand Canyon of
Indonesia itu dengan latar Gunung Merapi dan Gunung
Singgalang di kiri kanan terlihat menghampar seperti
sebuah lukisan panorama yang sangat indah. Bukittinggi
yang dingin (900 m di atas permukaan laut)  memang
terlhat sangat cantik, bahkan dari jendela kamar
Superior yang biasa saya gunakan. Kabut kadang-kadang
terlihat menyaput pucuk-pucuk pohon. Sementara Ngarai
Sianok di kejauhan dengan desir anak sungai yang
mengalir di bawahnya seperti menyimpan misteri masa
silam dengan bunyi genta pedati menyisir jalan di
dasar ngarai menyisir malam. Novotel letaknya memang
sangat strategis.

Karena anak-anak, sudah mengeluh lapar, setelah
menaruh koper-koper di kamar kami diantar Inof ke
warung Nasi Kapau Uni Lis di Pasar Wisata, Pasar Atas
dekat gerbang tangga yang menghubungkan Pasar Atas
dengan kawasan Pasar Bawah yang lazim disebut sebagai
jenjang empat puluh, sesuai dengan jumlah anak
tangganya. Kenikmatan Nasi Kapau Uni Lis dan nasi
kapau warung tenda lainnya di Bukittinggi cukup
berbeda dengan masakan kapau di warung-tenda di Jalan
Kramat Raya Jakarta. Selain kualitas bahan, yang lebih
baik, masakan kapau di  warung-warung tenda di
Bukittinggi  umumnya masih dimasak dengan kayu bakar.
Saya makan dengan gulai tunjang dan gulai rebung,
sedangkan Kur dengan dendeng belado. Anak-anak saya
lihat makan dengan lahap sekali.

Dari sana kami langsung ke Padangpanjang menemui
beberapa keluarga dekat saya yang masih ada. Dan
sebelum kembali ke Bukittinggi kami mampir ke SMS
atawa Sate Mak Syukur di Padangpanjang yang tersohor
itu. Bagi Anda yang punya bayi dan belum pernah
mencicipi Sate Padang, mungkin “tidak tega” memakan
sate daging sapi yang berkuah kuning setengah kental
itu. Tetapi sekali mencoba pasti ingin mencoba lagi. 

Malamnya di Bukittinggi kami makan di restoran
“Cubadak Gaya Baru” di Pasar Bawah. Berebeda dengan
rumah-rumah makan di Jakarta atau kota-kota besar
lainnya yang di setiap piring disajiakan dua potong
ikan, di restoran ini di setiap piring hanya disajikan
satu potong. Beda lainnya, ada sejumlah masakan khas
serta bumbunya rata-rata lebih terasa.       

Hawa dingin dan perasaan letih karena perjalan yang
cukup panjang hari itu menyebabkan kami cepat
tertidur. Walaupun tidak jauh dari Novotel ada 2 buah
masjid besar, azab subuh hanya terdengar hanya
lamat-lamat saja, lebih pelan dari pada suara azan
yang saya dengar di hotel tempat saya menginap di
Sanur, Bali sepekan sebelumnya.   

Hari itu kami merencanakan akan ke Harau yang terletak
di Kab Limapuluh Kota  sekitar 25 km sebelah timur
Payakumbuh arah ke Pekanbaru, atau sekitar 50 km dari
Bukittinggi, kemandirian ke Pagarruyung di dekat
Batusangkar, ibukota Kab Tanahdatar lalu ke pinggir
Danau Singkarak, dan dari sini kembali ke Bukittinggi
lewat Padangpanjang dan akan start dari hotel jam 10
pagi.

Karena hanya punya 3 kupon breakfast, dan kalau
sarapan di hotel harus bayar Rp 45 rb, saya memilih
sarapan di luar saja dan pergi ke sebuah “Bufet” di
Pasar Wisata untuk makan Amping Dadih [1] dan minum
teh telor khas Minang, habis hanya Rp 9 rb. Sehabis
sarapan Kur dan anak-anak sempat berjalan-jalan ke
Pasar Atas. 

Perjalanan ke Harau memamakan waktu kurang dari satu
jam. Harau adalah adalah sebuah hutan lindung yang
asri, berupa sebuah ngalau memanjang yang berpagar
bukit yang curam berupa patahan dan ujung pada sebuah
air terjun. Karena hari itu hari Jumat pengunjung
tidak terlalu ramai. Sesudah berfoto-foto kami segera
cabut, kembali ke arah semula dan setelah beberapa
meliwati Payakumbuh, berbelok ke kiri, ke arah selatan
menuju ke Batusangkar dan terus ke Istana Pagaruyung.
Karena waktu salat Jumat sudah tiba, saya dan Nofi
salat di sebuah masjid yang tidak jauh dari sana,
sebuah Masjid berukuran sedang yang cukup bagus yang
merupakan wakaf dari seorang dermawan bersebelahan
dengan kantor Bupati Tanahdatar, salah satu dari 4
kabupaten/kota yang menurut evaluasi LIPI yang paling
berhasil melaksanakan otonomi daerah di Indonesia.
Kantor Bupati tersebut terlihat sangat sederhana.

Seusai salat jumat, saya bergabung dengan Kur dan
anak-anak yang sudah lebih dulu masuk kompleks Istana
Pagaruruyung. Kami berfoto-foto berpakaian adat
Minangkabau  di dalam bangunan istana---tepatnya
replika dari istana asli yang habis terbakar yang
terletak tidak jauh dari sana.  Kemudian kami makan
siang di restoran “Ambun Pagi” yang terletak di arah
jalan ke Sawahlunto. Kur saya lihat mendelik
menyaksikan saya menyambar piring gulai gajeboh
(daging yang sangat berlemak) yang dimasak asam padeh
(tanpa santan) yang sangat jarang ditemukan di
rumah-rumah makan Padang di luar Sumatra Barat
(kecuali di Resto Simpang Raya Bogor). Kami kemudian
juga mencicipi gulai jarieng (jengkol) yang agak
berbeda dengan jengkol yang ada di jawa, lebih empuk,
lebih legit dan tidak terlalu berbau.

Selesai makan kami meneruskan perjalanan ke arah
selatan ke Ombilin di pinggir Danau Singkarak, di mana
kami bertemu dengan jalan raya yang menghubungkan
Padangpanjang dengan Solok yang menyusur pinggir danau
terbesar di Sumatra Barat dengan panjang 20 km dan
sangat indah itu, lalu berbelok ke arah Solok dan
berhenti di sebuah restoran dan tempat rekreasi,
tempat saya dan rekan-rekan saya dari Kantor Regional
beristirhat dan makan rujak kalau bertugas ke Solok.
Puas beristirhat dan makan rujak sembari di belai
angin danau, kami berbalik arah menuju Padangpanjang
dan terus ke Bukittinggi. Kur berhenti di sebuah kios
penjualan ikan di pinggir danau untuk  membeli ikan
bilis yang sangat disukai Kur untuk oleh-oleh dan
untuk kami sendiri. Ikan bilis adalah sejenis ikan
purba berukuran kecil khas Danau Singkarak yang
populasinya semakin menyusut mengikuti menurunan
permukakan air danau Singkarak, khususnya sejak PLTA
yang menggunakan air Danau tersebut beroperasi.


(bersambung)

[1[] Amping terbuat dari beras ketan yang diolah dan
ditumbuk sampai tipis dan kemudian dikeringkan,
diguyur dengan air panas supaya lembek.  lalu dtaburi
kelapa parut, dadih (kepala susu kerbau yang dibekukan
di dalam tabung bambu) dan kemudian diguyur dengan
tengguli gula merah. 


                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
The all-new My Yahoo! - What will yours do?
http://my.yahoo.com 

____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke