Assalamualaikum wr.wb : Akhir akhir ini seringkali terjadi pesawat udara tergelincir dibeberapa bandara Indonesia , kenapa hal tersebut bisa terjadi ,analisa pakar yang saya forwardkan berikut berikut ini patut disimak . Wassalam : zul amry piliang ( mantan karyawan bandara ngurah rai bali ) Rabu, 16 Feb 2005, ( Jawa post ) Sering Tergelincir saat Landing
Oleh Wardhani Sartono * Jumat 11 Februari 2005, terjadi dua kali pesawat tergelincir di bandara pada saat landing. Pesawat pertama adalah Mandala jenis Boeing B-737-200 dengan nomor penerbangan RI-296 yang membawa 92 penumpang dan tergelincir di runway Bandara Ahmad Yani, Semarang. Pesawat kedua adalah Lion Air jenis MD-82 tergelincir di Bandara Selaparang, Mataram. Seluruh penumpang dan awak pesawat dari dua pesawat tersebut selamat. Sebelumnya 3 Februari 2005, Lion Air dengan nomor penerbangan JT-791 yang membawa 146 penumpang dari Ambon tergelincir di Bandara Hasanuddin, Makassar, pada saat landing akibat cuaca buruk dan hujan. Pesawat keluar runway tiga meter. Sebelumnya, 30 November 2004, terjadi kecelakaan pesawat udara. Pertama dialami Bouraq Airlines B-737-200 BO 402 yang tergelincir di Bandara Hasanuddin, Makassar. Kedua dialami MD 82 Lion Air JT 538, yang tergelincir di Bandara Adisumarmo, Solo. Sebanyak 26 di antara 141 penumpang tewas dan sisanya luka berat serta ringan. Dua kecelakaan tersebut terjadi ketika pesawat mendarat dan kondisi cuaca hujan deras. *** Kecelakaan pesawat di Indonesia bukan hal baru. Lihat saja data berikut ini berserta lokasi kejadiannya: Januari 1981, DC-10 Garuda tergelincir di Bandara Ujung Pandang; 23 November 1992, DC-9 Garuda tergelincir di Jogjakarta; 13 Januari 1995, Boeing 737 Garuda mengalami musibah serupa juga di Jogjakarta. Lantas, 5 April 1997, MD-11 Garuda tergelincir di Cengkareng serta Boeing 737-500 Garuda tergelincir di Semarang pada 4 Oktober 2003. Berikutnya, F-28 Merpati tergelincir di Semarang 1 Desember 1994 serta DC-9 Merpati tergelincir di Jogjakarta, 9 Desember 1994. Mandala juga beberapa kali mengalami musibah. Pada 5 April 1999, Boeing 737-nya tergelincir di Makassar diikuti Boeing 727-nya di Cengkareng 6 Maret 2004 serta Boeing 737-200 di Semarang 11 Februari 2005. MD-82 Lion Air tergelincir di Makassar pada 31 Oktober 2003, pesawat sejenis tergelincir lagi Februari 2004 juga di Makassar, pesawat serupa (MD-82) mengalami musibah sejenis di Palembang 3 Juli 2004, di Makassar lagi pada 3 Februari 2005, di Mataram 11 Februari 2005, semuanya jenis MD-82. Hampir semua musibah yang menimpa pesawat-pesawat komersial airlines itu terjadi ketika pesawat mendarat dalam kondisi hujan deras. *** Kecelakaan pesawat pada umumnya terjadi akibat beberapa hal. Misalnya, cuaca buruk, kesalahan pilot (pilot error), kerusakan pesawat, serta prasarana pendaratan yang kurang memenuhi syarat. Selain itu, letak geografis Indonesia yang berada di daerah tropis sering tidak menguntungkan bagi penerbangan. Sering terjadi kondisi cuaca kurang bagus untuk lalu lintas penerbangan. Tetapi, kelemahan tersebut harusnya dapat diantisipasi Badan Meteorologi dan peralatan canggih yang tersedia di bandara maupun di pesawat komersial yang belakangan ini serba computerized. Selain itu, kualifikasi pilot dan kondisi pesawat harus memenuhi standar internasional. Apalagi saat ini, di Bandara Soekarno-Hatta terdapat Garuda Maintenance Facility yang mampu menangani pemeliharaan pesawat yang beroperasi di Indonesia. Perlu dikemukakan di sini, yang dimaksud dengan prasarana ialah kondisi permukaan landasan. Perlu diketahui bahwa landasan pacu bandara harus memenuhi dua syarat, yaitu syarat structural performance dan syarat functional performance. Structural performance berarti landasan pacu harus mampu melayani semua jenis pesawat di bandara tersebut sampai jumlah lintasan tertentu tanpa mengalami kerusakan. Sementara itu, functional performance berarti landasan pacu harus mampu melayani pesawat dengan aman dan nyaman, walau dalam kondisi basah atau hujan. Ada tiga parameter yang harus dipenuhi dalam functional performance. Yakni, skid resistance (kekesatan), roughness (kekasaran), dan evenness (kerataan). Skid resistance berarti permukaan landasan harus cukup kesat sehingga pesawat yang sedang take off maupun landing tidak tergelincir, walaupun kondisinya basah dan hujan. Tetapi, skid resistance dapat menurun akibat gesekan antara permukaan landasan dan roda pesawat. Karena itu, permukaan landasan pacu menjadi licin atau aus serta terjadi rubber deposit. Roughness berarti permukaan landasan menjadi kasar sehingga menimbulkan getaran pada pesawat. Akibatnya, penumpang merasakan tidak nyaman. Evenness berarti landasan pacu harus cukup rata dan diberikan kemiringan melintang (slope) sekitar 1,5 persen agar air hujan tidak menimbulkan genangan di atas permukaan landasan. Harap diketahui, genangan air di landasan pacu dapat menimbulkan hydroplaning. Hydroplaning terjadi apabila pesawat dengan kecepatan tertentu (110-140 mil/jam) di atas permukaan landasan yang tergenang air setinggi 12 milimeter kehilangan kemudi akibat koefisien gesek yang sangat rendah. Hal itu disebabkan selaput tipis air, yang membatasi antara permukaan landasan dan permukaan roda pesawat sehingga pesawat dapat tergelincir keluar landasan pacu. Peristiwa hydroplaning sering terjadi pada pesawat jet karena ketika menyentuh landasan, kecepatan landing pesawat jet sekitar 130 mil/jam. Guna menghindari peristiwa hydroplaning, maka selain landasan pacu harus cukup rata, itu juga harus dilengkapi sistem drainase yang baik. Dengan uraian singkat tersebut, maka untuk landasan dengan permukaan licin (skid resistance rendah) dan tidak rata (mudah terjadi genangan air hujan), peluang tergelincirnya pesawat pada saat take off maupun landing menjadi sangat besar. *** Bagaimana mengatasi agar peristiwa pesawat tergelincir dapat dikurangi? Edward L.Gervais, senior principal engineer airport technology Boeing Commercial Airplane Group, pada 17 Februari 1995 mengirim surat kepada saya. Isinya ialah untuk mengurangi terjadinya hydroplaning, sebaiknya permukaan runway dibuat alur melintang (transverse grooving) guna menambah surface run off. Federal Aviation Administratation merekomendasikan perlunya dilakukan survei berkala meliputi skid resistance dan menghilangkan rubber deposit, yang jumlahnya per tahun disesuaikan dengan aircraft movement di bandar udara masing-masing. Sebagai contoh, bandar udara yang melayani pesawat jet lebih dari 90 landing per hari, pembersihan rubber deposit dilakukan setiap 4 bulan dan pengujian friction dilakukan setiap bulan. Membentuk slope memanjang dan melintang permukaan runway sesuai rekomendasi ICAO (Aerodromes Annex 14/1999) serta menghilangkan terjadinya genangan air di permukaan runway bila terjadi hujan untuk mencegah hydroplaning. Kemudian, mempertahankan mikrotekstur dan makrotekstur permukaan runway agar tetap mempunyai sifat skid resistance terhadap pesawat yang beroperasi, seperti yang direkomendasikan ICAO, Airport Services Manual Part 2 Pavement Surface Conditions. Juga perlu memperbaiki sistem drainase di kawasan bandara, khususnya di airside (fasilitas prasarana sisi udara). Memperhatikan temuan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tentang penyebab kecelakaan Lion Air di Solo November 2004, muncul kesan bahwa tim KNKT kurang tajam membahas kondisi permukaan runway. Andaikata kecelakaan itu terjadi sebelum pesawat touch down (menyentuh landasan), maka kondisi permukaan runway tidak perlu ditinjau. Barulah bila kecelakaan tersebut terjadi setelah pesawat touch down, kondisi permukaan runway perlu ditinjau sebagai salah satu kemungkinan penyebab kecelakaan itu. * Ir H Wardhani Sartono Msc, dosen Jurusan Teknik Transportasi Pascasarjana UGM Jogjakarta --------------------------------- Do you Yahoo!? Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term' ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________