-----Original Message-----
From: Syafruddin Ujang
Sent: 24 September 2006 16:43
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [RGM_GM] Catatan ke Banda Naira (1)

Besama Menneg Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta Swasono ke Maluku:
Banda Naira, Kota Tua yang Makin Merana
Selama empat hari, Kamis hingga Minggu (14-17/9) lalu, Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan Prof. DR. Meutia Farida Hatta Swasono bersama
sejumlah staf mengadakan kunjungan ke Provinsi Maluku untuk sosialisasi RUU
Pornografi dan Pornoaksi, soal kekerasan dalam rumah tangga, upaya-upaya
peningkatan kualitas hidup perempuan dan menghadiri Lustrum I Sekolah Tinggi
Perikanan (STP) Hatta-Syahrir di Banda Naira. Karena perjalanan ini bernilai
sejarah dengan mengunjungi tempat pembuangan dua tokoh nasional asal
Minangkabau; Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir di Banda Naira itu, Meutia
mengajak wartawan Singgalang di Jakarta, Syafruddin Al untuk menyertainya.
Berikut catatan perjalanan yang disajikan dalam tiga tulisan di samping
wawancara khusus dengan menteri soal perempuan dan soal Minangkabau. Selamat
mengikuti. 

Untuk bisa menjangkau Banda Naira, di Kecamatan Banda yang berada di tengah
laut Banda, 132 Km selatan Teluk Ambon, tak semudah mengetahui namanya lewat
buku sejarah di bangku SD. Hanya ada dua jenis angkutan ke kawasan kepulauan
itu. Pertama kapal laut, kedua dengan pesawat udara sejenis cassa. Tetapi,
di musim pancaroba seperti sekarang di mana cuaca bisa berubah-ubah tiap jam
dan bahkan tiap menit, perjalanan dengan pesawat maupun dengan kapal laut
(kecuali kapal besar seperti KM Siguntang milik Pelni yang sedang naik dok),
cukup berisiko tinggi. 

Beberapa hari lalu, di laut Seram (utara Ambon) ada kapal penumpang yang
dihempas gelombang dan merenggut korban jiwa. Begitu juga di sekitar
Kepulauan Banda, ada kapal nelayan yang terdampar. Sebulan sebelum kami
datang ke Banda Naira, pesawat reguler CN 235 milik Merpati Nusantara
terhempas di landasan Bandara Banda Naira dalam kondsi cuaca yang sangat
buruk. Memang tidak ada korban jiwa, tetapi seluruh penumpangnya harus masuk
rumah sakit. "Laut dan cuaca di sekitar Maluku sekarang ini memang sedang
tidak bersahabat!" kata seorang petugas di Bandar Udara Internasional
Pattimura kepada saya pada acara jamuan makan siang yang disediakan Gubernur
Maluku Karel Albert Ralahalu kepada rombongan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan yang tiba Kamis (14/9) siang pukul 13.20 WIT. Selisih waktu antara
Ambon dengan Jakarta bertaut sekitar 2 jam.

Rombongan Menteri yang beranggotakan 12 orang; Dra. Setiawati Arifin (Deputi
bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan), Syafruddin Setia Budi
(Assisten Urusan Tenaga Kerja Wanita), Ibu Salinas Z Assari (Ass Urusan
Sosial Budaya), Rizki Muis (Dirketur Budidaya Tanaman Rempah & Penyegar,
Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian), dr Lenggang Kentjana (Staf Khusus
Men PP), Ninin Parawati (Kabid pada Deputi Peningkatan Kualitas Hidup
Perempuan), Aidi Hasan (Kepala Biro Pers dan Media), Budi Hartono
(Protokol), sang "Raja Pala" Banda, Des Alwi, Iptu Dona Fatma (Ajudan
Menteri) dan dua wartawan; saya dan Clara dari Media Indonesia, pada Jumat
pagi harus berangkat dalam dua gelombang menuju Banda Naira menggunakan
pesawat Nomed milik TNI Angkatan Laut yang berpenumpang 7 orang. 

Naik pesawat kecil di musim badai laut dalam cuaca yang kurang bersahabat
itu, sempat membuat nyali saya menciut. Apalagi mengingat peristiwa
terhempasnya pesawat Merpati sebulan lalu. Di sepanjang perjalanan selama
satu jam, selain berdoa di antara deru pesawat yang memekakkan telinga dan
wajah-wajah enumpang yang nampak pucat, saya mencoba mengalihkan perhatian
tentang peristiwa kerusuhan yang pernah melanda hampir seluruh daerah di
Maluku empat tahun silam. 

Sehari sebelumnya dan bahkan beberapa jam sebelum terbang, di sepanjang
perjalanan dari Bandara Pattimura ke kediaman Gubernur di Bukit Mangga Dua,
Kota Ambon dan sebaliknya, di kiri-kanan jalan sejak dari Batu Merah hingga
Bandara Pattimura, masih banyak ditemukan bekas rumah penduduk, masjid,
gereja, pasar, dan fasilitas umum lainnya yang pernah dibakar massa.

Cerita mantan Kapolda Maluku Irjen Pol Drs. Adityawarman, SH, MH, yang saya
wawancarai bulan lalu bahwa kerusuhan Maluku paling dahsyat karena gesekan
di akar rumput yang terpendam sehingga keberingasan masa sampai merusak
infrastruktur, dan tampil ke permukaan dalam bentuk perang antar agama
(sara), memang sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Tapi, sekarang,
selama beberapa jam di Kota Ambon, saya melihat kondisi sudah mulai pulih.
Beberapa warga kota yang saya tanya, mengaku selama ini mereka merasa
terhasut dan akhirnya rugi sendiri.

Secara gamblang, Brigjen TNI (Purn) DR (Hc) Karel Albert Ralahalu, Gubernur
Maluku yang berhasil meredam konflik selama tiga tahun kepemimpinannya itu
(2003-2006), mengakui harmoni kehidupan masyarakat Maluku yang majemuk; baik
agama, etnis, suku, bahasa dan adat istiadat yang selama ratusan tahun telah
hidup berdampingan dalam suasana kebersamaan dan terekat dalam nilai-nilai
budaya nenek moyang orang Maluku, yang disebut dengan Pela Gandong (budaya
yang tanpa melihat latar belakang agama, suku, bahasa dan adat istiadat),
sedikit banyak sudah terusik ketika pemerintahan Orde Baru memaksanakan
sentralisasi pemerintahan melalui penyeragaman Pemerintahan Desa. Sama
seperti yang terjadi di Minangkabau, Nagari diubah menjadi desa, di Maluku
pun demikian.

Dengan diterapkannya UU No.5 Tahun 1979, kata Karel, menyebabkan
budaya-budaya lokal di hampir seluruh negeri di nusantara kurang
dikembangkan. Termasuk di Maluku, secara perlahan, budaya Pela Gandong makin
hilang, nilai-nilainya makin terdegradasi. Ia hanya menjadi bagian dari
budaya yang tidak lagi "membumi" sebagai warisan nenek moyang orang Maluku,
dan lebih cenderung hanya menjadi aksesoris budaya daerah. Sistem
sentralistik menyebabkan ruang gerak budaya lokal menjadi sempit, budaya
hanya dijadikan sebagai eksotisme seolah dipajang dalam etalase kehidupan
sosial. "Pada saat kita menganut 'ideologi developmentalisme', budaya lokal
sering dianggap tidak sejalan dengan pembangunan. Kondisi inilah yang
menjadi salah satu penyebab terkoyaknya harmoni kehidupan masyarakat Maluku
yang majemuk itu," papar Gubernur sembari menyerahkan buku yang ditulisnya
tentang Maluku, berjudul "Otonomi Daerah di Tengah Konflik".

Sekarang, kata sang Gubernur, konflik sudah berhasil kita padamkan di atas
kesadaran sendiri masyarakat Maluku yang majemuk tapi menganut paham
kebersamaan yang hakiki. Ke depan, pemerintah bersama masyarakat Maluku
harus saling bahu membahu untuk mebangun kembali negerinya yang pernah
tercabik-cabik itu. 

Kota Tua yang Mulai Merana 

Tanpa terasa, penerbangan kami dari Bandara Pattimura ke Banda Naira -sebuah
kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah-- yang semula dijadwalkan selama 45
menit, ternyata sudah mendekati waktu tempuh 55 menit. Meski ada angin,
cuaca di sekitar Bandara cukup cerah. Saya tak begitu merasakan pesawan
menukik dari ketinggian 8000 kaki menjelang mendarat, karena Oom Des -sapaan
akrab Des Alwi-- yang duduk di belakang saya, menunjuk Pulau Rhun yang
karena hasil palanya pernah ditukar Belnada dan Inggeris dengan Pulau
Manhattan, New York. 

Mendengar cerita Oom Des tentang kekayaan sumberdaya alam Banda, saya
membayangkan betapa mewahnya kehidupan rakyat di pulau yang terkenal kaya
dengan tanaman rempah-rempahnya ini.
Rombongan saya yang tiba tiga jam lebih dulu dari pesawat Menteri, tetap
disambut Muspika setempat yang dipimpin Camat Y. Usemahu. Maklum, selain
rombongan pertama ini juga bagian dari rombongan menteri, juga terdapat Oom
Des Alwi yang kami juluki sebagai "Raja"nya orang Banda. Sementara,
rombongan Menteri Meutia Hatta yang tiba seusai shalat Jum,at disambut
dengan tarian cakalele, tarian adat Banda yang sudah turun temurun sejak
zaman jajahan Portugis.
Saya demikian terharu begitu menginjakkan kaki di bumi Banda Naira, kota tua
di atas pulau kecil Naira yang dulu pernah didiami oleh dua pahlawan
nasional asal Minangkabau, Bung Hatta dan Bung Syahrir selama enam tahun
(1936-1942) sebagai buangan pemerintah kolonial. 
Kecamatan Banda dan lebih populer dengan nama Banda Naira, terdiri dari 11
pulau dengan tujuh pulau berpenghuni, masing-masing; Naira, Banda Besar,
Rhun, Ay, Hatta, Syahrir dan Gunung Api. Lima pulau yang tak berpenghuni
terdiri dari Karaka, Manukang, Naikala dan Batu Kapal. Total luas wilayah
kecamatan yang berpenduduk sekitar 22.000 jiwa itu adalah 172 Km persegi.
Sebagaimana terbaca dalam banyak buku sejarah, Banda Naira dibangun oleh
Portugis pada awal abad XVI, dan kemudian diteruskan oleh Belanda. Pada saat
penjajahan Belanda inilah Banda Naira dikembangkan sebagai kota yang bergaya
Eropa. Pelabuhan, perkebunan pala, permukiman warga Belanda, dan kantor
pimpinan VOC (Vereenigde Oost Indiesche Compagnie) pun dibangun dengan gaya
arsitektur mereka. Namun kejamnya penjajah, waktu masuk, Belanda lebih dulu
membunuhi 6000 penduduk asli Banda, 44 tetua mereka langsung dipenggal, 750
dibuang ke Jakarta, dan tak sedikit pula jumlahnya yang melarikan diri.
Jadi, jangan heran, kalau di Kecamatan Banda, kita sulit meemukan lelaki mau
pun perempuan yang berwajah orang Maluku. "Di sini umumnya kemudian tinggal
kaum pendatang dari Arab, Cina, Jawa, Buton dan hanya sebagian kecil orang
Maluku," kata Oom Des Alwi yang plasteran Palembang, Tidore dan Arab ini.
Di Banda Naira yang menjadi pusat Kecamatan Banda itu, terdapat sebuah
Istana Mini yang mirip dengan Istana Negara di Jakarta. Pada abad XVIII
Istana Mini tersebut dijadikan tempat tinggal dan kantor Gubernur VOC. Kini
istana tersebut kosong melompong, setelah penghuninya yang terakhir, yaitu
Camat Banda yang dewasa itu Rumalutur, BA, pindah ke rumah dinas yang baru.
Hanya beberapa bangunan pendukung di dibagian belakang yang masih ditinggali
penduduk yang kondisi kehidupannya juga nampak memprihatinkan.
Dalam kunjungan kami ke Istana Mini itu, Meutia Hatta langsung menjadi guide
dan menjelaskan berbagai peristiwa masa lalu yang pernah terjadi.
Menurutnya, di gedung besar yang kini dibiarkan kosong tersebut, sejumlah
guratan sejarah masih membekas dan dibiarkan apa adanya, seperti lubang
bekas tembakan meriam dan surat seorang tentara Portugis yang mati gantung
diri.
Di samping kanan Istana Mini terdapat sebuah baileo atau ruang pertemuan
yang biasa dipergunakan masyarakat Banda untuk mengadakan rapat atau tempat
menyambut tamu penting. Itulah yang kini dijadikan kantor Dinas Pendidikan
(UPTDP) Kecamatan Banda. Semasa penjajahan Belanda, gedung tersebut dikenal
dengan sebutan Gedung Societeit yang digunakan oleh orang-orang Belanda
pemilik perkebunan sebagai klub untuk minum-minum dan bermain bridge.
Menurut Camat Banda, Drs. Y. Usemahu yang baru lima bulan ini bertugas di
sana, ada sekitar 92 buah bangunan besejarah di Banda Naira, termasuk rumah
pengasingan para pejuang yang dibuang Belanda, Gereja Tua, dan Benteng
Belgica. Benteng berbentuk segi lima ini dibangun di atas perbukitan di
sebelah barat daya Pulau Naira. Pada setiap sisi benteng terdapat sebuah
menara. Untuk menuju puncak menara tersedia tangga dengan posisi nyaris
tegak dan lubang keluar yang sempit. Dari puncak menara ini wisatawan dapat
menikmati panorama sebagian daerah Kepulauan Banda, mulai dari birunya
perairan Teluk Banda, puncak Gunung Api yang menjulang, sampai rimbunnya
pohon pala di Pulau Banda Besar.
Kata penjaga benteng, Benteng Belgica merupakan benteng peninggalan Portugis
yang dibangun pada tahun 1602 hingga tahun 1611. Di bagian tengah benteng
terdapat sebuah ruang terbuka luas untuk para tahanan. Di tengah ruang
terbuka tersebut terdapat dua buah pintu rahasia untuk memasuki sebuah
lorong yang menghubungkan benteng dengan pelabuhan dan Benteng Nassau yang
berada di tepi pantai.
Akan tetapi, di antara bangunan-bangunan bernilai sejarah itu, hanya
beberapa rumah pengasingan para pejuang kemerdekaan yang masih terawat
dengan baik, temasuk bangunan yang dipakai untuk kantor Polsek Banda.
Selebihnya, termasuk Istana Mini yang sesungguhnya megah itu, sama sekali
tidak terawat lagi.

"Ini adalah bias dari kerusuhan empat haun lalu. Pemda Maluku maupun Yayasan
Warisan dan Budaya Banda Naira yang saya pimpin tak sanggup lagi merawat
seluruh bangunan itu karena keterbatasan pemasukan," kata Des Alwi.

Oom Des mengaku, kala kerusuhan, Banda Naira dijadikan tempat pengungsian
orang-orang yang lari dari Ambon dan wilayah lainnya di Maluku. Meski di
kawasan ini penduduknya juga majemuk, tetapi 98 persen Islam, relatif aman.
Namun pasca kerusuhan, Banda Naira yang menjadi primadona pariwisata Maluku
itu pun makin ditinggalkan orang. Penerbangan reguler dari Ambon yang biasa
tiga kali seminggu, menjadi sekali seminggu. Malah, sejak pesawat jatuh
sebulan lalu, nyaris tak ada penerbangan ke Banda Naira. Demikian juga
halnya dengan kapal Pelni dari dua kali seminggu menjadi sekali seminggu.
Dan, sejak Kapal Siguntang milik Pelni naik dok, kapal jenis fery yang
melayani rute Ambon-Banda Naira pun tak tepat waktu karena kondisi cuaca.
Akibatnya, kata Oom Des, Hotel Maulana dan Hotel Laguna yang dikelola
Yayasan, kini nyaris tak berpengunjung. 

Banda Naira yang dulu ramai dikunjungi wisatawan, termasuk para penyelam
untuk menyaksikan taman laut di seputar Banda yang menakjubkan, hingga
pertengahan 2006 ini memang belum mampu bangkit. Tak mengherankan kalau
wajah kota tua bersejarah ini nampak makin kusam.

Menurut Des Alwi, ada dua rencana yang akan dilakukan untuk mengembalikan
wajah kusam kota tua itu. Pertama pemerintah Indonesia melalui Departemen PU
akan merenovasi seluruh bangunan bersejarah itu, kedua ada investor yang
ingin share dan menjadikan sejumlah bangunan sebagai tempat hunia ekslusif.
Misal, Istana Mini yang terdiri empat kamar, bisa disewakan untuk wisatawan
dengan harga yang tinggi. "Bisa tinggal di Istana, adalah sesuatu yang
menarik," kata mantan diplomat ini.

Camat Banda Naira, Y. Usemahu membenarkan adanya kedua rencana tersebut. Ia
mengakui beberapa bulan lalu sudah ada tim survey dari Departemen PU dari
Jakarta yang datang ke Banda untuk meninjau bangunan-bangunan kuno itu.
Namun sampai sekarang, kata sang camat, belum jelas pula ujung pangkalnya.

Gubernur Karel A. Ralahalu yang ditanyai Singgalang seusai menghadiri
lustrum perdana Sekolah Tinggi Perikanan Hatta-Syahrir, menyebutkan bahwa
untuk merenovasi kota tua baik oleh pemerintah maupun oleh investor
diperlukan lebih dulu payung hukum yang jelas supaya pengelolaannya tidak
tumpang tindih. Karena itu, kata dia, Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah
bersama DPRDnya yang berpusat di Masohi, Pulau Seram, harus segera
mengeluarkan perda untuk mengatur itu. "Kita tak ini masalah ini menjadi
tumpang tindih," kata Gubernur. 

Camat Usemahu didampingi para Muspikanya, sangat setuju aturan main dengan
Perda itu didudukkan dulu. "Sepanjang Oom Des masih ada tak masalah, tapi
bila beliau sudah pergi, kita tak ingin ada kompeni lagi di tempat ini,"
ujarnya.

Tak hanya soal rumah tua peninggalan sejarah, dalam kondisi kekinian, Banda
Naira dengan jalannya yang sempit (rata-rata selebar 4 meter), juga masih
banyak kekurangan sarana dan prasarana. Di kota ini hanya ada 6 buah mobil,
1 di antaranya mobil penumpang. Angkutan utama bagi masyarakat untuk
berpergian dalam kota hanya dengan menggunakan becak (8 buah), sepeda motor
ojek dan speed boat untuk antar pulau. 

Kecamatan, Polsek dan Koramil, hampir tak punya fasilitas yang lengkap,
termasuk speed boat untuk mejangkau sejumlah wilayah di luar pulau Naira.
"Jangankan speed boat, komputer saja kami tak punya. Kalau lagi banyak
kasus, saya terpaksa minjam komputer milik hotel," kata Kapolsek Banda,
Iptu. Pol. S. Suwakul, S.Ag.

Hal yang cukup menyedihkan, dua buah Puskesmas yang ada di kecamatan ini, 1
di Banda Naira dan satu lagi di Salamon, kondisi pisiknya amat parah.
Puskesmas ini juga tidak memiliki satu orang dokter pun. Menurut Pak Camat,
ada memang dokter PTT yang bertugas di Banda Naira sejak lima bulan
terakhir, namun malangnya, dr. Opi Wijayanti (jelas bukan orang Banda),
termasuk korban kecelakaan pesawat Merpati di lapangan terbang Banda Naira
itu.

Banda memang sebuah kawasan wisata yang menyenangkan, menakjubkan dan sudah
terkenal di seluruh dunia sejak abad ke-16. Di Kecamatan ini terdapat 27
obyek wisata; seperti Gunung Api (700 meter), Lomba Kora-kora (angkatan laut
orang Banda tempoe doloe), Pantai Lontoir, Taman Laut Namulu, Pusat Selam,
Benteng Belgica di naira dan Benteng Holand di Banda Besar, Batu berdarah,
rumah poengasingan, Kubur Satu Jenderal dan lain-lain. Karena itu, Oom Des
menyebut Banda Naira sebagai kota internasional tapi pola kehidupan
masyarakatnya masih tradisional. Tidak maju-maju. Namun Syafruddin Setia
Budi (Assisten Urusan Tenaga Kerja Wanita pada Kementrian Pemberdayaan
Perempuan) yang senama dengan saya, mengaku siap ditugaskan berbulan-bulan
di tempat ini. "Saya jamin, paru-paru kita akan kembali bersih," katanya
setengah bergurau. *

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
<http://uk.messenger.yahoo.com>  

[Non-text portions of this message have been removed]



__._,_.___
Messages in this topic
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM/message/2838;_ylc=X3oDMTM1OW4yamVtBF9T
Azk3MzU5NzE0BGdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRtc2dJZAMyODM4BHNl
YwNmdHIEc2xrA3Z0cGMEc3RpbWUDMTE1OTA5MTE3NQR0cGNJZAMyODM4> (1) Reply (via web
post)
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM/post;_ylc=X3oDMTJxaG00cmxuBF9TAzk3MzU5
NzE0BGdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRtc2dJZAMyODM4BHNlYwNmdHIE
c2xrA3JwbHkEc3RpbWUDMTE1OTA5MTE3NQ--?act=reply&messageNum=2838> | Start a
new topic
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM/post;_ylc=X3oDMTJmc2VrNmE3BF9TAzk3MzU5
NzE0BGdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDZnRyBHNsawNudHBjBHN0
aW1lAzExNTkwOTExNzU->
Messages
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM/messages;_ylc=X3oDMTJmOXRlZXFvBF9TAzk3
MzU5NzE0BGdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDZnRyBHNsawNtc2dz
BHN0aW1lAzExNTkwOTExNzU->  | Links
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM/links;_ylc=X3oDMTJnMHJudWVwBF9TAzk3MzU
5NzE0BGdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDZnRyBHNsawNsaW5rcwR
zdGltZQMxMTU5MDkxMTc1>  | Database
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM/database;_ylc=X3oDMTJkNmx1M3FjBF9TAzk3
MzU5NzE0BGdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDZnRyBHNsawNkYgRz
dGltZQMxMTU5MDkxMTc1>  | Polls
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM/polls;_ylc=X3oDMTJnaThxdm8wBF9TAzk3MzU
5NzE0BGdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDZnRyBHNsawNwb2xscwR
zdGltZQMxMTU5MDkxMTc1>  | Members
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM/members;_ylc=X3oDMTJmMGhpM2IwBF9TAzk3M
zU5NzE0BGdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDZnRyBHNsawNtYnJzB
HN0aW1lAzExNTkwOTExNzU->  | Calendar
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM/calendar;_ylc=X3oDMTJla25tbmc1BF9TAzk3
MzU5NzE0BGdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDZnRyBHNsawNjYWwE
c3RpbWUDMTE1OTA5MTE3NQ-->
===========================================================================
Sanak nan samo mancinto ranah Minangkabau, nan samo marindukan Minangkabau
bangkik manjadi jaya baliak. Marilah awak susun tanago basamo, awak
sinergikan daya dan kemampuan nan awak miliki. Ado ciek nan paralu awak
kana: urang awak nan bisa, iyo samo bakarajo, tapi indak bisa bakarajo samo.
Bisa ndak awak ubah fenomena ko? Awak pasti bisa. Mari sinsiangkan langan
baju.

Rang Dapua Milis Grup GM
===========================================================================
Yahoo! Groups
<http://groups.yahoo.com/;_ylc=X3oDMTJlMzUwYW8yBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzE2N
zczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDZnRyBHNsawNnZnAEc3RpbWUDMTE1OTA5MTE3N
Q-->
Change settings via the Web
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM/join;_ylc=X3oDMTJnY2JsN3VrBF9TAzk3MzU5
NzE0BGdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDZnRyBHNsawNzdG5ncwRz
dGltZQMxMTU5MDkxMTc1>  (Yahoo! ID required) Change settings via email:
Switch delivery to Daily Digest
<mailto:[EMAIL PROTECTED] Delivery: Digest>  |
Switch format to Traditional
<mailto:[EMAIL PROTECTED] Delivery Format:
Traditional> Visit Your Group
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM;_ylc=X3oDMTJlMmlsOXVzBF9TAzk3MzU5NzE0B
GdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDZnRyBHNsawNocGYEc3RpbWUDM
TE1OTA5MTE3NQ--> | Yahoo! Groups Terms of Use
<http://docs.yahoo.com/info/terms/> | Unsubscribe
<mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Recent Activity

*                1
        New Members
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM/members;_ylc=X3oDMTJnbDBlMHVpBF9TAzk3M
zU5NzE0BGdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDdnRsBHNsawN2bWJyc
wRzdGltZQMxMTU5MDkxMTc1> 

Visit Your Group
<http://groups.yahoo.com/group/RGM_GM;_ylc=X3oDMTJmajhlb20wBF9TAzk3MzU5NzE0B
GdycElkAzE2NzczNDg2BGdycHNwSWQDMTYwMDE3MTQ2NQRzZWMDdnRsBHNsawN2Z2hwBHN0aW1lA
zExNTkwOTExNzU->
SPONSORED LINKS

*       Corporate culture
<http://groups.yahoo.com/gads;_ylc=X3oDMTJkdmFvb3JrBF9TAzk3MzU5NzE0BF9wAzEEZ
3JwSWQDMTY3NzM0ODYEZ3Jwc3BJZAMxNjAwMTcxNDY1BHNlYwNzbG1vZARzdGltZQMxMTU5MDkxM
Tc3?t=ms&k=Corporate+culture&w1=Corporate+culture&w2=Tissue+culture&c=2&s=43
&g=2&.sig=brwISv2CFo4OUPJ1Fzqq-A>  
*       Tissue culture
<http://groups.yahoo.com/gads;_ylc=X3oDMTJkaHRiMGJlBF9TAzk3MzU5NzE0BF9wAzIEZ
3JwSWQDMTY3NzM0ODYEZ3Jwc3BJZAMxNjAwMTcxNDY1BHNlYwNzbG1vZARzdGltZQMxMTU5MDkxM
Tc3?t=ms&k=Tissue+culture&w1=Corporate+culture&w2=Tissue+culture&c=2&s=43&g=
2&.sig=LRWQEr_oY8hVw0-fmZYy3Q>  

Ads on Yahoo!

Learn more now.
<http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hts5862/M=493064.8985663.9760769.8674578/D=gr
oups/S=1705171465:NC/Y=YAHOO/EXP=1159098377/A=3848643/R=0/SIG=131q47hek/*htt
p://searchmarketing.yahoo.com/arp/srchv2.php?o=US2005&cmp=Yahoo&ctv=Groups4&
s=Y&s2=&s3=&b=50> 

Reach customers

searching for you.

Y! Messenger

Quick file sharing
<http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h319jio/M=493064.8985659.9760753.8674578/D=gr
oups/S=1705171465:NC/Y=YAHOO/EXP=1159098377/A=3848580/R=0/SIG=11umg3fun/*htt
p://us.rd.yahoo.com/evt=42403/*http://messenger.yahoo.com> 

Send up to 1GB of

files in an IM.

Yahoo! Mail

Get on board
<http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hfvth6m/M=493064.8985657.9760727.8674578/D=gr
oups/S=1705171465:NC/Y=YAHOO/EXP=1159098377/A=3848567/R=0/SIG=12jvenc9k/*htt
p://us.rd.yahoo.com/evt=42408/*http://advision.webevents.yahoo.com/handraise
rs> 

You're invited to try

the all-new Mail Beta.

.
 
<http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=16773486/grpspId=1600171465/msgI
d=2838/stime=1159091175/nc1=3848643/nc2=3848580/nc3=3848567>
__,_._,___ 


--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=========================================================

Kirim email ke