Bisnis Indonesia www.bisnis.com 
Banjir & Doa Nasional 

Oleh Christovita Wiloto
CEO & Managing Partner Wiloto Corp. Asia Pacific
www.wiloto.com email: [EMAIL PROTECTED] com 

"Indonesia Floods Leave 200,000 Homeless." begitu
kira-kira judul berita yang dimuat hampir di seluruh
media internasional, seperti The Associated Press;
Washington Post, USA; Focus News, Bulgaria; The
Telegraph, Inggris; Turkish Daily News; MWC News,
Canada; ABC News Australia; BBC News, Inggris; dan
masih banyak lagi media-media international yang
memuat berita sedih ini.

Berita banjir besar di Jakarta ini sempat menggeser
beberapa berita buruk lainnya asal Indonesia, seperti
flu burung dan lumpur panas Lapindo yang selalu
dipantau perkembangannya oleh publik internasional.

Setelah diguyur hujan hanya selama hampir tiga hari
berturut-turut -- sejak Kamis (1/2) hingga Sabtu (3/2)
-- Ibu Kota pun nyaris tenggelam. Air meluap
kemana-mana. Dari perumahan kelas bawah hingga ke
kompleks perumahan menteri, bahkan Istana Presiden.
Dari gang-gang sempit hingga jalan protokol. Jalan tol
-- termasuk yang ke arah Bandara -- terpaksa ditutup.
Sementara, jalan tol yang masih beroperasi praktis
lumpuh, dan macet total, lantaran semua kendaraan
(termasuk sepeda motor) berebut aman dengan mengakses
jalan tersebut. 

Puluhan ribu warga mengungsi. Tak kurang dari 29 orang
dinyatakan tewas, karena kedinginan, terseret arus dan
tersengat listrik. Karena itu, hampir 20 persen
listrik Jakarta terpaksa dimatikan, untuk menghindari
korban lebih banyak lagi. Separuh warga Jakarta
terpaksa hidup dalam gulita, dan kekurangan air
bersih. 

Setral Telepon Otomat (STO) Semanggi II, di Jl Gatot
Subroto terendam setinggi dada. Akibatnya, 70.000
satuan sambungan telepon (SST) menjadi bisu tuli.
Jaringan telepon seluler dan internet terganggu.
Sehingga warga Jakarta seperti hidup di zaman batu,
sebelum alat komunikasi ditemukan. 

Layanan perbankan juga tak optimal. Ratusan mesin ATM
-- dari berbagai bank -- offline. Pusat perbelanjaan,
dan rumah sakit juga banyak yang berkubang air.
Sebagian sarana transportasi, terpaksa berhenti
beroperasi. Termasuk 80-an lebih bis Trans Jakarta
yang melintasi tiga koridor busway. Jalur kereta api
antar kota pun tak dapat digunakan. Demikian pula KRL
yang dioperasikan tenaga listrik, terpaksa tak bisa
melayani penumpang. Ribuan warga Jakarta
terkatung-katung. 

''Ini siklus lima tahunan. Tak perlu cari kambing
hitam,'' kilah Gubernur DKI, Sutiyoso. Memang pada
saat yang bersamaan dilaporkan di Johor Malaysia &
juga Fiji, sebuah negara kepulauan dekat Irian juga
terlanda banjir. Namun jika ini siklus lima tahunan,
mengapa seperti tidak ada persiapan sama sekali? Aneh
bukan?

Siapa yang patut disalahkan dalam bencana kali ini?
Sudahlah, hanya yang berjiwa ksatria saja yang berani
mengakui kesalahannya. Tapi, pemerintah juga tak bisa
lepas tangan sama sekali, dengan berlindung di balik
fenomena alam. 

''Lahan hijau yang selama ini menjadi resapan air
hujan, banyak yang berubah fungsi menjadi perumahan,''
kata Wapres Jusuf Kalla. Sementara pembangunan
villa-villa mewah di kawasan Puncak yang kian menggila
juga dituduh sebagai salah satu biang keladi banjir di
Jakarta. ''Saya sudah berulang kali peringatkan, ini
(pembangunan villa-villa yang tak terkendali di
Puncak) bisa berdampak sangat luas,'' kata Menhut MS
Ka'ban. 

Sementara pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) --
sepanjang 23,7 kilometer dari Duren Sawit hingga ke
Marunda -- berjalan amat lambat. Hingga kini tak lebih
dari 8 kilometer yang mulai dibangun. Walau sudah
direncanakan sejak zaman pemerintahan Presiden
Megawati Soekarnoputri, sampai saat ini pembebasan
tanahnya pun belum sepenuhnya tuntas. 

''Padahal kita siap memberi penggantian sesuai harga
pasar. Artinya, masyarakat yang terkena gusur tak akan
rugi,'' kata Menteri PU, Djoko Kirmanto. Uniknya, saat
Pemprov DKI meminta izin untuk memakai dana APBD
sebesar Rp 600 miliar, DPRD minta angka itu dikurangi.

Padahal, peran BKT mengatasai banjir di Jakarta amat
strategis. Setidaknya kanal itu bisa mengendalikan 25
persen tumpahan air bah yang akan menerjang Jakarta. 

Sampai di sini jelas, Pemprov DKI tak ingin disalahkan
sendirian dalam musibah banjir yang kembali
menyambangi Jakarta. Meski, peringatan tentang
kemungkinan terjadinya banjir besar di Jakarta sudah
kerap didengungkan banyak pihak. Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG), misalnya, jauh hari sebelumnya telah
memprediksikan bakal terjadi hujan besar pada
Februari-Maret 2007. Bahkan kira-kira seminggu sebelum
banjir besar di Jakarta, BMG sempat melarang (khusus)
Presiden SBY untuk terbang. Bahaya bagi Presiden,
katanya, BMG memang tidak mengumumkan larang terbang
ke bangsa Indonesia.

Dan, saat sejumlah daerah -- termasuk Bekasi, yang
notebene berada di pinggir Jakarta -- mulai
kebanjiran, Pemprov DKI dan warga Jakarta seakan cuek,
tenang-tenang saja. Mereka tak melakukan persiapan apa
pun untuk menyambut tamu yang tak pernah diundang itu.

Bahkan, poster-poster 'Indonesia Terapung' yang
terpampang di hampir seluruh penjuru kota seakan
menjadi pajangan semata. Padahal, poster itu dipasang
Badan Amil Zakat Nasional dan Dompet Dhuafa selain
untuk mengetuk nurani kita menyalurkan donasi ke warga
yang terserang banjir di Aceh Tamiang, juga untuk
mengingatkan kita, bukan tak mungkin suatu saat
Jakarta juga bakal terlanda banjir. Mungkin kata-kata
'Indonesia Terapung" saat ini dirasa cukup "ngepop"
bagi sebagaian warga Jakarta, mungkin yang dibutuhkan
warga Jakarta adalah kata-kata keras seperti "Awas
Banjir Besar!", atau entahlah.

Tak heran kalau Pemprov DKI dan warga Jakarta seperti
terkaget-kaget saat banjir menyerbu Ibu Kota, Jumat
(2/2) lalu. Aksi evakuasi korban banjir dan penyaluran
bantuan juga nyaris tak terkoordinasi dengan baik.
Warga terpaksa harus berswadaya membangun tempat
pengungsian dan dapur umum. Evakuasi pun lebih banyak
dilakukan relawan yang tak lain adalah warga setempat.
Walau tampak ada personel TNI yang ikut membantu. 

Ini indikasi konkret kita memang tak siap menghadapi
bencana alam. Tak bisa dibayangkan dengan penangangan
banjir yang seperti itu, bagaimana jika bencana yang
lebih besar datang secara tiba-tiba. Amit-amit, tapi
seperti gempa bumi besar, yang disertai tsunami,
seperti di Aceh dan Yogya? Kita sama sekali tidak
mengharapkan dan senantiasa berdoa agar Tuhan
menghindarkan kita dari segala bencana. Namun sebagai
layaknya sebuah ibukota negara, Jakarta harus tetap
bersiap diri, agar korban dapat sebisa mungkin
dihindari.

Perlu sekali lagi diingatkan, bahwa Indonesia berada
di "Pacific Ring of Fire", karena berada pada
pertemuan tiga lempeng besar dunia yang sangat aktif.
Lempeng Indo-Australia yang mendesak ke timur laut dan
utara, Lempeng Eurasia yang relatif statis tetapi
bergerak ke arah tenggara, dan Lempeng Pasifik yang
mendesak ke arah barat daya dan barat laut. Indonesia
sendiri terbentuk karena pergerakan besar
lempeng-lempeng tersebut. Selama 30 kedepan Indonesia
harus siap setiap saat berada dalam bahaya gempa bumi
dan tsunami, tidak terkecuali DKI Jakarta! (baca
tulisan saya di BIM Agustus 2006)

Kita memang berharap berbagai bencana di Indonesia
segera dapat berhenti. Sekali lagi, sebagai bangsa
yang percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa, adalah sangat
urgent bagi pemerintah dan bangsa Indonesia untuk
segera melakukan doa nasional, demi keselamatan
Indonesia. 

Memang, sejumlah ustadz -- dengan didukung sejumlah
lembaga swasta -- sudah melakukan zikir bersama,
demikian juga dengan beberapa Gereja melalukan doa dan
puasa. Namun, saya yakin kalau doa nasional ini
dikomandani oleh Presiden SBY, dengan melibatkan
seluruh bangsa dari semua agama di seluruh pelosok
Indonesia, dalam waktu -- misalnya -- sepekan, maka
gerakkan moral ini efeknya bisa lebih dahsyat,
setidak-tidaknya akan meningkatkan rasa kesatuan dan
persaudaraan, senasib sepenanggungan yang mendalam
bagi seluruh bangsa Indonesia. Marilah kita berdoa
bersama secara nasional, minta pengampunan dan
perlindungan Tuhan Yang Maha Kasih, demi keselamatan
Indonesia. Pak SBY, ayo dong?!




 
____________________________________________________________________________________
Food fight? Enjoy some healthy debate 
in the Yahoo! Answers Food & Drink Q&A.
http://answers.yahoo.com/dir/?link=list&sid=396545367

Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.
-----------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment tidak dianjurkan, sebaiknya melalui jalur pribadi.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >500KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--------------------------------------------------------------
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.
============================================================

Kirim email ke