Rekan Dodo Yth,
Saya pribadi sebenarnya tidak begitu
tertarik untuk membicarakan tokoh yang
satu ini. Mengapa ??
Karena saya belum bisa sepenuhnya melihat
beliau lepas dari pusat kekuasaan.
Memang betul beliau sangat aktif didalam
perjuangan sebelum bulan Mei yang lalu,
tetapi saya melihatnya lebih pada usaha
penggulingan Pak Harto pada saat itu.

Sekali lagi ini adalah pendapat pribadi,
dan tentunya (atau mungkin) akan banyak
rekan yang tidak setuju dengan pemikiran
saya ini. Dan saya siap untuk 'salah'.
Keterlibatan beliau dalam organisasi
ICMI mungkin menjadi salah satu alasan
saya berpendapat demikian.

Mengenai tokoh yang lebih kuat, saya setuju
dengan pendapat anda, bahkan mungkin saya
melihatnya sebagai 'kekalahan ronde 1' untuk
tokoh yang satu ini. Ronde 1, artinya masih
akan banyak lagi ronde-ronde berikutnya,
dengan segala kemungkinannya.

Saya hanya bisa berdoa, semoga Pak Amien
diberikan kekuatan lahir dan bathin untuk
terus berjuang sesuai dengan harapan rakyat
Indonesia, bukan sesuai dengan harapan pihak
pihak tertentu. Dan semoga pemikiran saya
diatas ini adalah 'tidak benar'. Amin.


Salam,
bRidWaN

--------------------------------------------
At 08:17 01/02/99 -0800, DODO DOLITET wrote:
>Assalamu'alaikum,
>
>Rekan2 Permias sekalian,
>Kelihatannya kita agak kehabisan bahan untuk di bicarakan di forum
>ini. Saya coba ajak rekan2 untuk menanggapi pernyataan Amien Rais di
>depan deklarasi PAN di Senayan yang mengatakan bahwa dia tidak akan
>ngotot lagi untuk jadi presiden. (Jawapos, 1 Feb. 99)
>
>Saya kira hal ini menarik untuk di cermati karena AMien Rais adalah
>tokoh yang selama era reformasi ini paling banyak di sorot dan paling
>banyak membuat manuver politik. Saya rasa, Amien juga merupakan orang
>yang paling berpotensi untuk menduduki kursi kepresidenan bila
>dibanding kandidat lainnya, (dengan catatan Nurcholis Madjid tetap
>pada posisi netral).
>
>Kalau Amien mengatakan bahwa dia tidak ngotot lagi untuk jadi
>presiden, justru saya melihat kesan yang sebaliknya di belakang
>pernyataan tersebut. Sejak agenda reformasi digulirkan sampai dengan
>sekarang, Amien adalah tokoh yang paling berambisi untuk jadi
>presiden. Dia bahkan pernah menolak untuk di jadikan menteri di
>kabinet reformasi, dan tegas2 mengatakan bahwa dia mengincar kursi
>kepresidenan. Kalau sekarang dia mengatakan bahwa tidak akan ngotot
>lagi untuk memperebutkan kursi kepresidenan, saya rasa hal itu bukan
>berarti bahwa ambisinya untuk jadi presiden menjadi kendur. Saya
>lebih cenderung melihat hal itu sebagai gejala, bahwa dia mulai
>bersikap hati hati dan realistis. Dia menyadari bahwa dirinya bukan
>satu satunya calon kuat untuk menjadi presiden di periode mendatang.
>Rival2 politiknya dari kubu yang lain juga mempunyai peluang yang
>sama kuatnya, dan bahkan dia melihat Megawati mempunyai posisi yang
>paling kuat.
>
>Dengan pernyataannya itu, Amien Rais terkesan menjaga dirinya agar,
>"tidak berangan angan terlalu muluk, sehingga kalau nantinya jatuh
>tidak akan terlalu sakit."
>
>Pernyataannya yang lain yang mengatakan bahwa dia tidak akan menjadi
>orang nomer dua kalau Mega menang, juga mengisyaratkan bahwa dia
>masih punya ambisi yang besar untuk menjadi orang nomor satu, atau
>setidaknya dia akan merasa "gengsi" kalao kalah terus menjadi orang
>nomor dua. Bagi dia, lebih baik tidak jadi sama sekali daripada hanya
>menjadi orang nomor dua. Seandainya orang lain yang menjadi presiden,
>dia tentunya akan berdiri di posisi yang berlawanan atau sebagai
>kelompok oposisi yang terus terusan memberikan kritik kepada
>pemerintahan, seperti yang selama ini dia laksanakan. Dia juga akan
>mengkonsolidasi kekuatannya, dan mungkin akan menyusun kekuatan yang
>lebih besar untuk bertarung pada pemilu berikutnya.
>
>Walaupun saya sendiri mengakui bahwa AMien Rais adalah orang yang
>paling berpotensi untuk menjadi presiden, dengan latar belakang
>politiknya yang mumpuni dibanding tokoh2 yang lain, tapi ada satu hal
>dari pernyataannya yang mengisyaratkan bahwa dia sendiri masih suka
>terbawa oleh emosinya.
>
>Dia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang demokrat tulen, dan akan
>menghargai siapapun yang menang dalam pemilu nanti. Tapi sejenak
>kemudian, dia mengeluarkan pernyataan yang bertentangan, yang justru
>mencerminkan "ketidak demokratan" dirinya dengan mengatakan bahwa
>apabila Golkar menang nanti, pasti ada unsur manipulasi di dalamnya.
>Kecurigaan semacam ini seharusnya tidak terjadi pada seorang tokoh
>seperti dia. Kalau memang dia melihat hal itu akan terjadi,
>seharusnya dia mencegahnya dari sekarang, bukannya setelah Golkar
>menang kemudian hal itu dianggap sebagai manipulasi.
>
>Saya rasa itu yang bisa saya tangkap dari pernyataan Amien Rais
>2 hari yang lalu di Senayan.
>
>Mungkin ada tanggapan dari rekan2 yang lain..???
>
>Wassalam

Kirim email ke